Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Erick Thohir Kaget BUMN Punya Banyak Hotel, Memanfaatkan Aset Menganggur?

29 Desember 2019   00:07 Diperbarui: 29 Desember 2019   00:15 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel milik BUMN di Bali (dok.travelingyuk.com)

Kemana saja anda memanfaatkan libur panjang akhir tahun ini? Apakah anda bepergian naik pesawat Garuda Indonesia, bus Damri, kapal laut Pelni, atau kereta api? Saya yakin, anda sudah tahu bahwa semua perusahaan transportasi yang ditulis tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Tapi bisa jadi anda menginap di sebuah hotel di Bali, Lombok, Yogyakarta, Anyer, Bandung, Danau Toba, atau hotel di area bandara, yang tanpa anda sadari bahwa hotel itu adalah BUMN juga. 

Ya, memang tak banyak yang tahu kalau akhir-akhir ini semakin banyak saja BUMN yang ikut-ikutan berbisinis di bidang perhotelan. Sebagian besar dengan membentuk anak perusahaan dan bekerja sama dengan pihak yang sudah berpengalaman dalam mengelola hotel.

Tak heran kalau Menteri BUMN yang baru, Erick Thohir, kaget begitu mengetahui terdapat banyak hotel milik BUMN. Erick langsung menyampaikan kritik karena menginginkan masing-masing BUMN lebih terfokus mengelola bisnis utamanya saja.

Sangat logis kritik yang dilontarkan Erick. Tapi kalau ditelusuri, hotel-hotel tersebut tidak mendadak dibangun begitu saja. Kalau tidak keliru, Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno, memang punya pemikiran lain.

Rini melihat betapa banyaknya BUMN yang mempunyai aset menganggur, baik berupa tanah, bangunan, atau aset lainnya. Aset yang menurut analisis studi kelayakan, cocok dijadikan hotel, ya akhirnya jadi hotel. Tentu setelah direnovasi, bila tadinya berupa gedung menganggur.

Maka PT Pegadaian pun sudah punya 9 hotel berbintang tiga yang tersebar di beberapa kota. Pegadaian membentuk anak perusahaan PT Pesonna Indonesia Jaya pada tahun 2015. 

Hotel yang dikelolanya antara lain Pesonna Hotel Semarang, Pesonna Hotel Malioboro, Pesonna Hotel Pekanbaru, Pesonna Hotel Ampel Surabaya, Pesonna Hotel Makassar, dan 4 hotel lainnya.

Demikian pula PT Angkasa Pura yang mendirikan anak perusahaan PT Angkasa Pura Airport untuk mengelola beberapa hotel yakni Novotel Bali Airport, Ibis Budget Makassar Airport dan  Ibis Budget Surabaya Airport.

Bahkan ada BUMN yang namanya jarang terdengar yakni PT PANN Multifinance yang sekarang kinerjanya tengah terpuruk, juga mengelola Garden Permata Hotel Bandung sejak 2017, bekerja sama dengan PT Aria Molucca Pratama (kompas.com, 4/12/2019).

Harus diakui ada pula BUMN yang sudah lama punya hotel, jauh sebelum Rini Soemarno menjadi Menteri BUMN. Contohnya hotel-hotel yang ada nama "Patra" di depannya, ini milik anak perusahaan Pertamina, PT Patra Jasa.

Begitu pula Garuda Indonesia sudah lama punya anak perusahaan PT Aero Wisata yang punya sejumlah hotel. Hotel milik Garuda yang terkenal terdapat di Pantai Sanur, Bali.

Adapun BUMN yang bisnis intinya memang di bidang perhotelan adalah PT Hotel Indonesia Natour, yang hotel dan resort-nya memakai nama "Ïnna". Contohnya Grand Inna Bali Beach, Grand Inna Padang, Grand Inna Malioboro, dan sebagainya.

Tidak hanya hotel, juga ada apartemen. Bagi warga Jakarta Selatan yang sering melewati Stasiun Kereta Api Tanjung Barat, akan terperangah melihat ada gedung jangkung yang menyatu dengan komplek stasiun.  

Dari tulisan yang ada di papan nama proyek yang hampir rampung itu, ternyata ini adalah apartemen yang merupakan proyek bersama dua BUMN, Kereta Api Indonesia dan Perumnas.

PT Perkebunan Nusantara merupakan BUMN yang punya banyak bangunan kuno bekas pabrik yang tidak lagi terpakai. Salah satunya terdapat di kota Solo yang sekarang telah disulap menjadi museum bergaya kekinian yang dinamakan De Tjolomadoe. Museum tersebut sekarang menjadi objek wisata yang ramai pengunjungnya di hari libur.  

Yang terbaru, ada lagi bekas pabrik penggilingan tebu peninggalan zaman kolonial yang bersalin rupa jadi museum menawan di rest area km 260 Jalan Tol Trans Jawa, tepatnya di daerah Brebes, Jawa Tengah. Museum ini menyediakan tempat bagi banyak pedagang kecil penjual oleh-oleh khas Brebes.

Selain dua museum di atas yang memang dibangun di era Rini menjadi menteri, jauh sebelumnya sudah ada museum milik BUMN yang juga relatif bagus, seperti Museum Bank Mandiri di kawasan kota tua, Jakarta, dan Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto, kota kelahiran BRI, 124 tahun lalu yang embrionya adalah dari kas masjid.

Ada pula dua museum milik Kereta Api Indonesia yang menjadi objek wisata edukatif di Ambarawa, Jawa Tengah, dan Sawahlunto, Sumatera Barat.

Kembali ke kritik Erick Thohir, sangat bisa dipahami kegeramannya melihat tidak fokusnya BUMN dalam berbisnis. Tapi diharapkan penataan yang akan dilakukan Erick tidak asal babat saja.

Perlu dipilah, hotel mana yang sebaiknya dilepas, dan mana yang dipertahankan. Agar terfokus, ada baiknya hotel yang dipertahankan diambil alih oleh BUMN yang memang bisnis intinya di bidang perhotelan. Demikian juga dengan apartemen.

Sedangkan museum, perlu dipertahankan karena ada nilai edukatifnya bagi masyarakat. Museum sulit diharapkan jadi penyumbang laba (kecuali De Tjolomadoe yang dengan harga tiket Rp 25.000 per orang, masih tetap laku), namun pembiayaannya dapat bersumber dari anggaran corporate social responsibility masing-masing BUMN yang memiliki museum.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun