Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Didi Kempot Angkat Gengsi Lagu Jawa, Lagu Minang Masih Mati Suri

23 Agustus 2019   11:24 Diperbarui: 25 Agustus 2019   08:19 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orkes Gumarang (dok. wikipedia.org)

Sebagai orang Minang yang suka mendengarkan berbagai lagu daerah, saya merasa kecewa. Waktu saya kecil dulu, sekitar awal dekade 1970-an, banyak sekali lagu pop Minang yang berkumandang, terutama dipancarkan oleh stasiun radio, baik RRI maupun radio amatir.

Waktu itu warga Sumbar memang belum bisa menangkap siaran televisi. Di samping dari radio, penyanyi Minang yang berkarir di Jakarta dan berpredikat artis nasional, juga sering melakukan pertunjukan langsung di berbagai kota di Sumbar.

Elly Kasim, Tiar Ramon dan Yan Bastian adalah penyanyi pop Minang terkenal ketika itu. Sedangkan pencipta lagu Minang di era itu yang paling produktif adalah Nuskan Syarif.

Bapisah Bukannyo Bacarai, Bareh Solok, Mudiak Harau, Kaparinyo, Ampun Mandeh, Ubekkan Denai, Malam Bainai, adalah beberapa judul lagu yang syahdu dinyanyikan Elly Kasim yang masih segar dalam ingatan saya. 

Tapi menurut orang tua saya, pada dekade sebelumnya, lagu Minang lebih berjaya lagi dan dikenal luas secara nasional. Sekarang lagu-lagu itu termasuk legendaris. 

Sebelum era Elly Kasim tersebut, Orkes Gumarang merupakan orkes paling top dan dari berbagai referensi dinobatkan sebagai pelopor era grup band di tanah air.

Berikutnya, masih sebelum dekade 70-an,  juga terkenal penyanyi asal Padang, Oslan Husein. Oslan laris manggung di seluruh Indonesia dan juga Malaya (nama Malaysia waktu dulu). Selain itu ada lagi Orkes Kumbang Tjari dan Zaenal Combo. 

Ayam Den Lapeh, Laruik Sanjo, Takana Jo Kampuang, Tak Tontong, Lompong Sagu, Baju Kuruang,  Bugih Lamo, Kasiah Tak Sampai, Kambanglah Bungo, adalah beberapa lagu pop Minang tempo dulu di era Gumarang dan Oslan Husein yang juga dikenal oleh masyarakat bukan Minang. 

Sebetulnya lagu-lagu yang dibawakan Orkes Gumarang sangat kental berirama latin yang waktu itu lagi digemari secara internasional. Begitu juga Oslan, lagu-lagunya berirama cha cha. Namun karena liriknya berbahasa Minang, jadi disebut sebagai Lagu Pop Minang.

Harus diakui, kebijakan Presiden Sukarno ketika itu yang melarang dimainkannya lagu-lagu barat, turut mengangkat derajat lagu pop daerah, tidak hanya Minang. 

Kalau tidak keliru, lagu daerah lain yang top di era itu seperti Es Lilin dan Bubuy  Bulan (Sunda), Ampar-ampar Pisang (Banjarmasin), Anging Mammiri (Bugis), O Ina Ni Keke (Manado), Jali-jali (Betawi) dan sebagainya.

Namun semua itu hanya kenangan dari zaman keemasan lagu daerah. Kondisi sekarang ini sangat jauh berbeda. Boleh dikatakan generasi sekarang lebih hafal lagu-lagu barat dan kurang mengenal lagu daerah.

Khusus untuk lagu Minang, izinkan saya menyebutnya sebagai sudah terlalu lama mati suri. Memang setahu saya masih ada lagu Minang yang baru. Tapi tidak begitu dikenal oleh warga Minang sendiri. 

Hanya ada satu radio swasta yang punya program khusus memutar lagu Minang sepanjang siarannya, baik lagu lama maupun yang baru. Padahal ada banyak radio swasta di belasan kota di Sumbar.

Radio dimaksud adalah Harau FM di Payakumbuh. Sewaktu saya berada di Payakumbuh awal Agustus lalu, saya sempatkan mendengar lagu-lagu Minang keluaran terbaru. 

Menurut saya lagunya kalah jauh dari lagu lama, lebih mirip lagu dangdut ala Pantura yang di-Minang-kan. Maklum saja, yang menciptakan dan menyanyikan masih kelas lokal Sumbar, bukan artis nasional asal Sumbar seperti dulu.

Tapi perkembangan lagu daerah lain pun dari pengamatan sekilas, kelihatan tak beda jauh, kecuali khusus lagu pop Jawa, yang beruntung punya seorang Didi Kempot.

Kalau mau, Didi Kempot tentu bisa saja membuat lagu hits berlirik dalam bahasa Indonesia. Tapi penyanyi sekaligus pencipta lagu yang sekarang dijuluki Lord Didi dan god father of broken heart itu tetap konsisten mendendangkan lagu-lagu Jawa. 

Nah, saya sungguh mengharapkan munculnya Didi Kempot versi Minang untuk mambangkik batang tarandam, membangkitkan gengsi yang sudah lama terbenam.

Banyak penyanyi pop Indonesia yang berdarah Minang. Yang paling menonjol adalah Tulus yang lahir dan besar di Bukittinggi sebelum kuliah di Bandung. Tapi belum kelihatan penyanyi yang memilih konsisten di jalur lagu Minang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun