Tadinya saya menduga arsitektur seperti itu karena memasukkan nuansa Jawa sebagai "pusat"-nya NU. Namun ternyata dari referensi yang saya baca, hal itu mencerminkan pengaruh Betawi.
Koridor di sekeliling ruang utama terlihat menarik dengan banyaknya tiang yang kokoh. Koridor ini juga luas sehingga bila jamaah tidak tertampung di ruang utama, bisa menggunakan koridor tersebut. Dengan demikian, MRHA mampu menampung sekitar 12.500 jamaah.
Dok pribadi
Hanya saja MRHA belum sepenuhnya rampung terutama di halaman sekelilingnya yang belum punya taman. Terlihat pula di salah satu sayap masjid beberapa ruang kelas yang rumput di halaman depannya tidak terawat.
Sebetulnya lokasi MRHA tidak persis di Jalan Daan Mogot, tapi masuk ratusan meter, sehingga tampilan masjid tidak begitu terlihat dari jalan utama. Jalan masuk ke masjid awalnya agak sempit, namun mendekati masjid jalannya lumayan lebar yang ada taman pembatas di tengahnya.
Jalan menuju masjid (dok pribadi)
Lokasi yang jauh dari pusat kota Jakarta, juga membuat MRHA belum ramai dikunjungi, kecuali oleh warga sekitarnya. Namun seharusnya faktor lokasi yang jauh tidak menjadi alasan kalau tampilan masjid bisa lebih "wah". Buktinya Masjid Kubah Mas di Depok, Jawa Barat, menjadi obyek wisata religi yang ramai.
Sekiranya taman di komplek MRHA sudah tuntas dan pengurus masjid bisa membuat program yang mengundang minat masyarakat untuk datang, pasti suasananya menjadi semarak.
View dari lantai atas masjid (dok pribadi)
Satu lagi yang agak mengganggu, di sekitar masjid, yang dari lantai dua terlihat jelas, masih banyak rumah warga yang kurang layak huni, meski di kejauhan tampak beberapa gedung tinggi untuk rusun.
Bagaimanapun juga MRHA layak untuk dikunjungi, paling tidak untuk warga ibu kota. Masjid Istiqlal memang menjadi masjid raya nasional, tapi masjid rayanya DKI Jakarta, ya MRHA.