Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Selamat Jalan Mus Mulyadi, Penyanyi Keroncong Legendaris

12 April 2019   09:48 Diperbarui: 12 April 2019   10:27 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remaja sekarang mungkin banyak yang tidak kenal dengan seorang penyanyi keroncong legendaris, Mus Mulyadi. Adiknya, Mus Mudjiono yang memilih menjadi musisi jazz, lebih dikenal oleh anak muda.

Memang popularitas lagu berirama keroncong semakin menurun, namun bagaimanapun juga perlu dilestarikan karena lebih terasa ke-Indonesia-annya, meskipun kalau dilacak dari sejarahnya, musik keroncong berasal dari Portugis yang masuk ke nusantara pada abad ke-16.

Bengawan Solo adalah salah satu lagu keroncong yang mendunia ciptaan almarhum Gesang. Nah, setelah Gesang, Mus Mulyadi menjadi penerusnya. Lagu-lagu yang mengiringi para pemuda pada dekade 1940-an yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI, juga didominasi lagu keroncong.

Sayang sekali generasi sekarang seperti melupakan keroncong. Apalagi setelah tersiar kabar duka, Mus Mulyadi baru saja dipanggil Sang Pencipta, meninggal dunia karena mengidap penyakit diabetes di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2019) jam 09.08 pagi, dalam usia 73 tahun (lahir di Surabaya, 14 Agustus 1945).

Menarik mengikuti perjalanan hidup seorang Mus Mulyadi seperti yang ditulis kapanlagi.com (11/4/2019). Lahir dari keluarga musisi, ayahnya seorang pemain gamelan, pada saat remaja sudah membentuk sebuah band yang diberi nama Irama Puspita. 

Band yang dibentuk di Surabaya tersebut pada tahun 1963 sudah tampil di Jakarta memeriahkan pesat olahraga GANEFO, yang diikuti oleh negara-negara berkembang dari seluruh dunia.

Sayangnya Irama Puspita berumur pendek, tahun 1964 Mus Mulyadi bergabung dengan band Arista Birawa sebagai pemain bas sekaligus vokalis. Tak tanggung-tanggung, band ini berangkat dari Surabaya untuk mengadu nasib di Singapura setelah ayahanda Mus Mulyadi meninggal.

Ternyata tidak gampang berjuang di negeri orang, Mus pernah terlunta-lunta sebagai gelandangan. Mus akhirnya mulai mencoba menggubah lagu yang berhasil masuk dapur rekaman di negeri jiran itu yang kemudian mengubah nasibnya.  

Apalagi setelah kembali ke Jakarta, Mus Mulyadi yang awalnya merintis karir sebagai penyanyi solo, kemudian bersama dengan A. Riyanto, Is Haryanto, Harry Toos dan Tommy WS mendirikan Favourite's Group yang mampu menyaingi Koes Plus, Panbers, The Mercy's dan D'Lloyd yang waktu itu merajai musik pop tanah air.

Beberapa lagu grup tersebut yang menjadi hits adalah Seuntai Bunga Tanda Cinta, Angin Malam, dan Cari Kawan Lain. Setelah itu, Mus Mulyadi baru fokus menjadi penyanyi solo dengan spesialis membawakan lagu-lagu keroncong. 

Keroncong Dewi Murni, Kota Solo, Dinda Bestari, dan Telomoyo, adalah beberapa lagu yang dibawakannya yang membuat ia dijuluki Buaya Keroncong. Bahkan di Belanda dan Amerika, ia disebut sebagai The King of Keroncong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun