Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jangan Keliru Mengambil Hikmah dari Film Bohemian Rhapsody

12 November 2018   22:03 Diperbarui: 12 November 2018   22:30 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi panggung Freddie Mercury (dok.tribunnews.com)

Selama 2 minggu ini dan diperkirakan masih berlanjut 1 sampai 2 minggu lagi, film Bohemian Rhapsody (selanjutnya ditulis BR) menjadi film yang meledak di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Daya tarik BR apa lagi kalau bukan karena kedahsyatan lagu-lagu Queen, grup musik rock asal Inggris yang berjaya puluhan tahun lalu, namun lagunya masih sering berkumandang hingga sekarang, termasuk lagu yang judulnya dijadikan judul film ini.

Namun penonton tidak hanya terhibur dengan lagu-lagu fenomenal itu, khususnya di bagian akhir yang menggambarkan saat konser raksasa Live Aid di Stadion Wembley, London, namun juga sisi dramatis dari kehidupan di balik gemerlap panggung hiburan yang dialami vokalis Queen, Freddie Mercury (diperankan oleh Rami Malek, aktor Amerika Serikat keturunan Mesir).

Justru banyak hikmah yang dapat dipetik penonton, khususnya penonton Indonesia, dari kisah pengalaman bagaimana seorang Freddie Mercury merintis karir bermusik dari bawah, lalu menjadi seorang superstar, namun gaya hidupnya amat tidak sehat sehingga terjangkit penyakit AIDS, penyakit paling mematikan yang waktu itu belum ditemukan obatnya.

Nah, kita tinggalkan sejenak film BP. Di negara kita sekarang ini semakin banyak remaja yang bercita-cita jadi artis, khususnya pemusik dan penyanyi. Hal ini terlihat dari membludaknya para peserta audisi ajang pencarian bakat yang dilakukan beberapa stasiun televisi. Bahkan termasuk pada kelompok usia anak-anak, yang antusias menjadi idola junior.

Kehidupan artis yang glamour agaknya menjadi impian banyak remaja, dan ikut ajang pencarian bakat adalah salah satu cara mewujudkan impian tersebut yang lebih cepat mengorbitkan artis kelas kecamatan menjadi kelas nasional.

Tak sedikit pula para pengamen, atau mereka yang pekerjaannya tak berkaitan dengan kesenian tapi secara tak sengaja bersenandung yang didengar merdu oleh orang lain, didorong untuk mengadu nasib di ajang pencarian bakat. Beberapa orang juara ajang tersebut, berasal dari kalangan seperti itu.

Adapun remaja kelas menengah perkotaan, banyak yang ikut les musik atau les vokal, sebagian didorong oleh orang tuanya. Artinya, orang tua sekarang pun senang bila anaknya jadi artis. Sepertinya ada keinginan orang tua yang tak kesampaian dan ingin diwujudkan melalui anaknya.

Jangan heran, bila zaman dulu di kamar seorang remaja hanya ditemui sebuah gitar saja, sekarang banyak rumah orang kaya yang punya peralatan band. Mereka yang uangnya terbatas, menyewa alat musik dan juga menyewa studio. Itulah gambaran betapa kuatnya keinginan untuk bermusik. Sebagian hanya untuk hobi, sebagian ingin menjadikannya profesi.

Sekarang kembali ke film BP, tentu banyak hikmah yang dapat dipetik oleh mereka yang ingin serius bermusik dan orang-orang di sekitarnya (orang tua, saudara, kekasih, manajer, kru, dan orang lain yang ingin numpang tenar). 

Hanya saja lika liku pengalaman Freddie Mercury ada sisi positifnya dan tak sedikit pula sisi negatif. Jangan sampai tingkah polah seorang idola ditiru dengan paket lengkap, termasuk kebiasaan mabuk-mabukan dan kehidupan seks bebasnya, baik dengan lawan jenis maupun sejenis (Freddie mengakui bahwa ia biseksual).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun