Impian tersambungnya jalan tol yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya tidak lama lagi akan terwujud. Bahkan jaraknya lebih jauh lagi, yakni dari Merak di Banten sampai Banyuwangi di Jawa Timur dengan jarak sekitar 1.000 km. Semangat yang menggebu-gebu dari Presiden Jokowi turut mempercepat irama pembangunan jalan tol tersebut.
Namun bagi mereka yang ingin menjajal jalan tol dalam rangka pulang mudik lebaran, pertengahan Juni 2018 mendatang, perlu mengetahui kondisi terakhir, karena sebagian ruas masih dalam tahap konstruksi, dan ada pula sebagian yang dalam tahap uji coba atau disebut juga uji laik fungsi.
Sedangkan terhadap ruas jalan tol yang telah beroperasi secara normal, perlu dicermati pula bahwa tarifnya relatif tidak murah. Setiap ruas punya tarif tersendiri beserta gerbang pembayaran tersendiri pula, dalam arti belum terintegrasi. Karena sistem pembayarannya memakai kartu, maka tentu kartunya harus dipastikan punya saldo yang mencukupi sebelum masuk jalan tol.
Berikut disajikan daftar tarif jalan tol dari Jakarta ke Surabaya: Jakarta-Cikampek Rp 15.000, Cikopo-Palimanan Rp 102.000, Palimanan-Kanci Rp 12.000, Kanci-Pejagan Rp 24.000, Pejagan-Pemalang (Brebes Timur) Rp 20.000, Brebes Timur-Pemalang (uji laik fungsi), Pemalang-Batang (tahap konstruksi), Batang-Semarang (tahap konstruksi), Semarang dalam kota Rp 5.000, Semarang-Salatiga Rp 32.000, Salatiga-Solo (tahap konstruksi), Solo-Ngawi (uji laik fungsi), Ngawi-Kertosono (Wilangan) Rp 52.000, Wilangan-Kertosono (tahap konstruksi), Kertosono-Mojokerto Rp 46.000, dan Mojokerto-Surabaya Rp 36.000. Tarif tersebut adalah untuk kendaran pribadi.
Dari daftar di atas, total tarif yang harus dibayarkan dari Jakarta ke Surabaya adalah sebesar Rp 344.000. Cukup besar bukan? Â Bahkan kalau semua ruas jalan telah beroperasi, diperkirakan tarifnya lebih dari Rp 600.000. Tarif sebesar itu bisa terasa menguntungkan pengguna jalan tol bila mampu memacu kendaraannya minimal dengan rata-rata kecepatan sekitar 80 km per jam.

Ingat peristiwa pada momen lebaran 2016 yang lalu? Terjadinya macet yang horor sepanjang 33 km menjelang pintu keluar di Brebes, yang terkenal dengan sebutan Brexit, alias Brebes exit. Â Memang saat itu ruas tol Pejagan-Brebes dikebut pengerjaannya agar saat menyambut lebaran sudah bisa dilewati meskipun dengan status uji laik fungsi.Â
Para pemudik sangat bersemangat ingin menjajal jalan tol baru. Akibatnya cukup fatal, ada 12 orang korban jiwa karena kelelahan atau karena sudah punya penyakit bawaan. Bantuan pertolongan terhalang karena mobil ambulans sulit mencapai lokasi. (detiknews 5/7/2016).
Kemacetan juga biasanya terjadi menjelang tempat istirahat. Soalnya di ruas jalan tol baru, rest area yang ada sangat terbatas, sehingga begitu ketemu sebuah rest area, semua pada singgah untuk mengisi babah bakar, ke toilet, salat, makan, sekalian sejenak beristirahat.
Jadi, mumpung lebaran masih tiga minggu lagi, bagi yang sudah berancar-ancar pulang mudik lewat tol, berhitunglah secara cermat. Tidak saja menyangkut biaya tol, bahan bakar, dan sebagainya, tapi juga menghadapi kemungkinan macet di beberapa titik.
Tak ada jalan lain, para pemudik harus rajin memantau situasi, dan pengelola jalan tol juga diharapkan peranannya dalam memberikan informasi situasi jalan tol, yang ter-update dari waktu ke waktu. Jangan sampai semua kendaraan dibiarkan masuk, padahal setelah itu sudah macet parah.Â
Teknik kombinasi melewati jalan biasa dan jalan tol bila kondisi lancar, menjadi salah satu alternatif. Seperti pada jalan tol Jakarta-Bandung, karena adanya pembangunan LRT serta tol layang, dari Jakarta sampai Cikarang sering macet parah. Dalam situasi seperti itu, lebih lancar kalau dari Jakarta sampai Karawang lewat jalan biasa, kemudian baru masuk jalan tol dari Karawang sampai Bandung.Â
Di jalur pantura, taktik seperti itu bisa dipakai, karena jalan non-tol juga relatif baik. Mungkin secara kilometer lebih jauh, tapi kalau lancar, bisa menjadi pilihan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI