Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Swinger", Keseteraan Wanita yang Kebablasan

21 April 2018   16:40 Diperbarui: 21 April 2018   17:13 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Puttingpenguin.com

Kebetulan saja saya menulis di tanggal 21 April, yang selalu kita peringati sebagai Hari Kartini, hari lahir pahlawan yang punya pemikiran dan usaha yang gigih untuk memajukan kaum perempuan. Maju, antara lain dalam arti terdapat kesetaraan wanita dan pria, baik dalam memperoleh pendidikan, maupun dalam berkarir di bidang apapun.

Maka di berbagai media pada hari ini akan gampang ditemui ulasan tentang beberapa tokoh wanita yang mampu menjadi pemimpin, baik di instansi pemerintahan maupun di perusahaan, atau yang mampu meraih prestasi tinggi di bidang yang digelutinya. 

Sebagai contoh, di Kompas cetak hari ini, ada kisah wanita-wanita peneliti yang dengan "jantan"-nya berani keluar masuk hutan, merambah wilayah pedalaman. Meskipun di awalnya beberapa pihak menyarankannya untuk mundur dengan alasan lapangan yang ditelitinya kurang tepat untuk wanita.

Namun, bukan contoh positif tersebut yang ingin saya ulas. Saya baru saja terkesima membaca berita dari salah satu media online, tentang tertangkapnya tiga pasang suami istri di sebuah hotel di kawasan Malang, Jawa Timur. 

Ada apa kok suami istri digrebek polisi? Bukannya yang sering diciduk di hotel adalah pasangan yang bukan suami istri yang sah. Itulah "hebat"-nya komunitas Swinger, komunitas yang diikuti oleh ketiga pasangan tersebut. Syarat untuk menjadi anggota komunitas, harus pasangan suami istri yang ditunjukkan dengan akta pernikahan dari instansi yang berwenang. 

Nah, program utama komunitas tersebut adalah bertemu di hotel, lalu saling bertukar pasangan. Karena itu barangkali dinamakan Swinger. Tujuannya adalah untuk "hepi-hepi" saja, dan tidak mengandung transaksi apapun.

Mungkin, ada anggota yang selama ini hanya menikmati "tempe", sesekali ingin makan "tahu". Sedangkan yang selama ini bosan dengan "tahu" justru pengen merasakan nikmatnya "tempe". Klop bukan?

Ya, dari sisi tidak ada pihak yang dirugikan, bisa saja disebut klop. Tapi bagaimanapun hal itu melanggar ketentuan hukum di negara kita. Apalagi kalau dilihat dari ketentuan agama. Tak ada agama yang membolehkan aktivitas berganti pasangan seperti itu. Maka tindakan polisi yang melakukan penggerebekan sudah tepat.

Seperti yang dikutip dari laman viva.co.id, satu orang di antara tiga pasang tersebut ditetapkan sebagai tersangka karena menginisiasi pembentukan komunitas. Kepada penyidik, tersangka mengaku bahwa komunitas seks menyimpang tersebut dibuat sejak 2013. 

Hasil penyidikan sementara, anggota grup berjumlah 28 orang, di antaranya berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Tuban, Jember, Nganjuk, dan Kertosono.

Berita tersebut di atas sebetulnya dirilis pihak kepolisian di markas Polda Jawa Timur di Surabaya, Senin (16/4) yang lalu. Tapi sampai saat saya menulis artikel ini, hal yang menurut saya harusnya menghebohkan masyarakat, justru sedikit sekali mendapat tempat di pemberitan media cetak ataupun televisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun