Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menguji Daya Tahan Marlina, Si Pembunuh dari Sumba

20 November 2017   06:27 Diperbarui: 20 November 2017   08:50 3749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun itulah puncak sensasi film ini, ketika Marlina dalam keadaan sangat terdesak, berhasil mengambil pedang milik Markus dan memenggal kepala si pemerkosa yang lagi berada pada puncak syahwatnya. Besoknya Marlina yang masih dengan ekspresi mendapat tekanan batin yang hebat dengan "jantan" menenteng penggalan kepala Markus itu untuk melapor ke kantor polisi. 

Tahun berapa kisah itu terjadi tidak tercantum di film. Soalnya, kantor polisi terlihat demikian kusam dengan mesin tik tua yang dipakai petugas saat menerima laporan. Tapi melihat sudah ada telpon genggam murahan yang digunakan oleh penduduk desa terpencil, tentu diperkirakan masih cocok dengan konteks kekinian.

Banyak yang terpikir saat dan sesudah menonton film ini. Meskipun ini hanya kisah rekaan yang ditulis Garin Nugroho (nama besar di perfilman nasional), tapi tentu berdasarkan riset dan pengamatan yang tajam atas kondisi sosial di Sumba.

Begitu rendahnya harkat wanita sehingga Marlina harus menyelesaikan dengan caranya sendiri yang terkesan brutal dan tentu saja melawan hukum. Namun itulah satu-satunya pilihan yang ada kalau tidak mau harga dirinya diinjak-injak. Ironisnya, Marlina dihadapkan dengan birokrasi yang lamban saat ingin bertanggung jawab, karena ternyata melapor ke polisi tidaklah menyelesaikan masalah.

Mungkin fakta yang ada sekarang di Sumba, sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur yang eksotis dan mulai menggeliat pariwisatanya, tidaklah separah yang ada di film. Namun bagaimanapun film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton oleh mereka yang berusia di atas 17 tahun. Kalaupun tidak mau berpikir yang "berat-berat", menikmati alamnya saja sudah memanjakan mata layaknya menonton film cowboy zaman dulu.

Bila daya tahan Marlina hanya sebentar saja di bioskop, sungguh sayang karena publik kehilangan kesempatan untuk menonton film sebagus itu.

Seusai penayangan, hanya separo kursi yang terisi (dok. pribadi)
Seusai penayangan, hanya separo kursi yang terisi (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun