Mohon tunggu...
irwan ahmad lamo
irwan ahmad lamo Mohon Tunggu... -

titik. itu saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

E'WA Bagian 1

28 Februari 2013   07:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:33 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas dinihari kegaduhan mulai menyeruak, suara air yang dikuras dari sumur sedalam sepuluh meter beradu dengan ember – ember yang berbaris disisi gentong kolong rumah.

Matahari terus menanjakberiringasap dapur yang terus mengepul keangkasa, saya pastikan persedian kayu bakar masih cukup untuk seminggu kemudian.

Kopi hitam, teh dan beberapa penganan dari warung sebelah tersaji diatas meja. menemani doa sebelum berangkat kerja. Hari ini tetta (sapaan kakek dalam bahasa Makassar) memintaku menemaninya menarik gerobak dipelabuhan. Ada bongkaran barang pesanan “toke” dari surabaya yang jumlahnya terbilang banyak. “ kata tettaku. terpaksakuurungkan niat mencari ikan kopra di galangan kapal, walau temanku telah memberi kode dari balik jendela pertanda teman lainnya telah menantiku diujung gang.

Pelabuhan telah ramai, wara- wiri kuli dan penumpang kapal seperti menenggelamkan rasa lelah. sebotol air yang kubawa dari rumah perlahan kuteguk bersama tetta cukup membasahi kerongkongan setelah berjalan lebih dari satu jam. saya tak mau bohong “ ini efek kemiskinan yang menggerogoti keluarga. mau tidak mau kerja kasar adalah pilihan.

Suara klakson sedan mewah melengking dikeramaian, lelaki paruh baya turun sambil menenteng tas kulit berwarna coklat. lelaki itu rupanya “toke”. sang punggawa tetta.

Kulit toke sungguh segar, bicaranya sangat tertata, “ mungkin toke sarjana “ gumamku sambil menatap sepatu yang dipakainya.

Barang pesanan toke segera kunaikkan diatas gerobak kayu tetta, sambil sesekali melirik tuas ban gerobak yang jalannya mulai tak karuan. saya khawatir ditengah jalan laharnya pecah , sebab agel dan gemunya telah meluber keluar. Bahaya !!

Sepanjang jalan aku bermimpi bisa seperti toke, berpakaianmenterang, punya mobil dan kuasa.

Keringat menekan kelopak mata, tetta terus menarik gerobak melintasi jalan padat merayap. aku dibelakang sekuat tenaga mendorong muatan yang kira kira beratnya seukuran gajah betina.

irama nafasku mulai bergelombang, sebuah pekerjaan menguras tenaga “ keluhku diam diam.tapi aku tak boleh kalah dengan tetta, usianya memang senja tapi semangatnya empat lima.

Kini kotaku banyak berubah, bangunan kokoh berdiri dimana-mana. tidak hanya itu, rumah-rumah berdinding beton disisi jalan raya hampir semuanya dihuni toke. "maaf."  sementara para pribumi semakin bergeser ke lorong-lorong sempit yang amat rawan pertumpahan darah. keadaan ini semakin menguatkan banyak gagasan, betapa penting membangun kebersamaan.

Tapi ku tak mau larut dalam iri, toh keadaan itu memang sulit.

kuterus melaju saja bersama tetta, membelah kota penuh dinamika. sambil berharap setelah perayaan hut kemerdekaan 17 Agustus 1995, nasib bisa berubah. (bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun