Mohon tunggu...
Irwan Hasiholan
Irwan Hasiholan Mohon Tunggu... Business Consultant - Penulis Artikel Online
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Artikel Online

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"DNA Keragaman" Indonesia Merawat Milenial, Merawat Keragaman

28 Januari 2019   15:16 Diperbarui: 28 Januari 2019   15:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peluncuran buku Ini merupakan puncak dari rangkaian acara Festival Ketagaman yang dilakukan di Bandung (14 Desember 2018), Jogjakarta (15 Januari 2019), dan Padang (26 Januari 2019). Kedua buku Inl merupakan Seri literasi Agama untuk Remaja dalam rangka mengedukasi nilai-nilai keragaman lndonesia bagi generasi milenial. Acara Ini akan dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan Yudi Latief,

*****

lndonesia kini "diberkahi" 90 juta milenial. Artinya generasi milenial memiliki peran penting untuk masa depan negeri ini. Wajah masa depan Indonesia tergantung dari pandangan, interaksi, dan nilai-nilai yang diserap generasi milenial negeri ini. Sayangnya, generasi milenial negeri ini masih rentan dengan pertarungan hoaks, isu intoleransi, sikap-sikap antikeragaman, dan riuhnya ujaran kebencian. Terlebih lagi, dinamika di media sosial turut memengaruhi persepsi generasi milenial dalam membangun cara pandang serta melihat masa depan negeri ini.

Dengan latar belakang yang masih rentan tersebut, kami selaku Penerbit Expose (Mizan Group) bersama PPIM Universitas Islam Negeri Jakarta, dan Convey lndonesia terpanggil untuk menerbitkan buku bernutrisi keragaman Indonesia untuk generasi muda (milenial) Indonesia. Kami sekadar mengingatkan generasi muda bahwa Bangsa Indonesia sebetulnya telah memiliki "DNA Keragaman" dengan budaya dan sejarah keragaman dan kerukunannya yang begitu panjang. 

Indonesia adalah negeri paling majemuk, paling toleran, tapi juga dengan keunikannya menyimpan potensi disharmoni. Faktanya, lndonesia dihuni 1340 suku bangsa, memiliki 742 bahasa, ada 6 Agama Resmi dan 187 Penghayat Kepercayaan atau agama lokal. Terlalu majemuk bukan? Wajarlah jika ada yang berpikir bahwa keragaman yang sangat tinggi ini menyimpan potensi disintegrasi yang juga sangat tinggi. Apalagi Indonesia bukan negara daratan, melainkan negara kepulauan yang dipisahkan oleh lautan yang luas.

Namun, kekuatiran itu menjelma ketakjuban ketika Anda membaca dua buku terbaru kami, yakni Meyakini Menghargai dan Merayakan Keragaman terbitan Expose (Mizan Group), PPiM UIN Jakarta, dan Convey Indonesia. Seperti apa bukunya? Persisnya Teman-Teman Pers akan mendapatkan informasi lebih banyak saat menghadiri acara Launching kami.

“Simfoni" Keragaman Indonesia Ketika membaca kedua buku ini, kita akan menemukan keajaiban dari kemajemukan indonesia pada halaman-halaman awal buku Meyakini Menghargai. Kita disajikan banyak fakta yang semuanya menyimpulkan betapa ajaibnya lndonesia. Bayangkan, Eropa merupakan daratan, tetapi mereka ”terpecah" menjadi 50 negara. 

Di belahan lain, mereka hidup di satu daratan yang luas, dengan satu bahasa, satu agama, tapi terus bertikai dan berperang sampai hari ini. Timur Tengah salah satu contohnya. Menariknya, dibandingkan Eropa dan Timur Tengah, kemajemukan Indonesia Iebih kompleks, tetapi negeri ini tetap bertahan dan nyaris tidak ada ancaman disintegrasi yang serius.

Artinya keragaman atau kemajemukan itu bukan pemecah, malahan pemersatu. ibarat orkestra, kemajemukan itu menciptakan simfoni yang indah, yang bisa dinikmati kemerduannya bersama-sama. ltulah message besar yang hendak disampaikan kedua buku yang dikemas secara menarik dan popular ini. Buku ini ditujukan untuk pembaca miieniai, sehingga kemasannya pun sengaja dibikin ringan, baik bahasa maupun artistik lay out-nya.

Kedua buku ini hadir di saat yang tepat, mengisi kerinduan publik akan buku-buku toleransi dan kerukunan umat beragama yang cocok dan friendly bagi kalangan milenial. Menguatnya budaya hoax dan pemikiran radikal yang antikemajemukan, dapat menjadikan kedua buku ini sebagai media edukasi alternatif.

Pendekatan narator dengan "melibatkan” karakter setiap pemeluk agama membuat penyaiian materi dalam buku ini terasa unik, menarik, dan mudah dimengerti. Pembaca akan mengetahui ajaran, konsep ketuhanan, kitab suci, hari raya masing-masing agama dan aliran kepercayaan. Buku ini dilengkapi ilustrasi, foto dan aplikasi virtual reality UID360 yang berisi wisata religi dan bisa diunduh di Google Playstore secara gratis sehingga membuat buku ini semakin asyik dinikmati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun