Mohon tunggu...
Irwandi Syah Prasetya
Irwandi Syah Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Bajapuik dalam Pernikahan Adat Pariaman

18 Maret 2021   16:08 Diperbarui: 18 Maret 2021   16:14 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

    Masyarakat Sumatera Barat masih memegang teguh aturan dan tata cara adat Minang dalam kehidupan sehari-hari. Warisan anduang puyang atau nenek moyang ini akan terus diterapkan secara turun-temurun kepada anak dan cucu. Harapannya, adat ini tetap lestari dan tidak luntur tergerus zaman.Termasuk bajapuik, tradisi pernikahan adat Minang yang hanya ada di daerah Padang Pariaman. Masyarakat di daerah ini memandang bajapuik sebagai suatu kewajiban untuk keluarga pihak perempuan untuk 'menjemput' pihak lelaki dengan uang japuik sebelum melangsungkan akad nikah.

    Tradisi 'Menjemput' Lelaki, Bukan 'Membeli' Lelaki

masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, yakni alur garis keturunan berasal dari pihak ibu, memuliakan ibu dan wanita sebagai sumber kehidupan. Anak perempuan akan menerima seluruh harta warisan, baik tanah, rumah gadang, dan lainnya. Sementara anak lelaki tidak mempunyai hak atas harta warisan 

Bahkan, seorang lelaki yang telah menikah akan menjalani peran sebagai urang sumando. Urang sumando berarti sang suami akan bermukim secara menumpang seperti tamu di rumah istrinya. Meski dalam adat Minang posisi ini bak abu di ateh tunggua atau posisinya lemah, tetapi keluarga istri dan sang istri tetap sangat menghormatinya.

Oleh karena itu, pihak perempuan bersama keluarganya akan menjemput pihak lelaki. Saat momen penjemputan, keluarga perempuan harus berbesar hati menyerahkan sejumlah harta uang japuik kepada pihak lelaki. Kebanyakan mengira bahwa uang japuik untuk 'membeli' tetapi sebenarnya lebih tepat disebut 'menjemput' lelaki.

    Terinspirasi Kisah Rasulullah SAW dan Siti Khadijah

tradisi bajapuik bermula saat Pariaman menjadi daerah pertama di Sumatera Barat yang menerima kehadiran ajaran agama Islam. Maka tak heran bila adat Minangkabau banyak bersumber dari kitab Al-Qur'an. Pepatah Minang bertutur, adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang berarti seluruh adat Minang bersendikan syariat Islam.

Jadi, tradisi masyarakat Pariaman ini terinspirasi dari kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah. Saat itu, Khadijah memberikan sejumlah hartanya kepada Rasulullah untuk menghormati dan mengangkat derajat beliau.

    Makna Memuliakan dan Meninggikan Derajat Mempelai Lelaki

ada sedikit kesalahpahaman akan tradisi bajapuik karena sebutan 'membeli' lelaki. Padahal, tradisi ini tidak ada maksud merendahkan atau membeli seseorang. Justru, uang japuik telah menjadi budaya masyarakat Pariaman dalam memuliakan atau meninggikan derajat mempelai lelaki.

Tradisi ini menyimpan makna mendalam, pihak perempuan menghargai keluarga pihak lelaki yang telah melahirkan, merawat, dan mendidik sang lelaki karena sebentar lagi ia akan menikah dan meninggalkan rumah. Pasalnya, seorang lelaki biasanya menjadi tumpuan harapan dari keluarganya. Saat menikah, ia harus beralih menjadi tumpuan harapan keluarga perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun