Mohon tunggu...
Sangun Perwira
Sangun Perwira Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Bukan maksudku memusuhimu. Kalaupun berbeda pandangan, aku hanya mencoba melihatnya dari sisi yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beranikah Jokowi Mengatasi Kebakaran Hutan?

12 Juli 2015   20:57 Diperbarui: 12 Juli 2015   20:57 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, melalui siaran televisi, tampak Presiden SBY dengan muka masam menegur para menteri yang akan mengikuti sidang kabinet yang sedang bersenda gurau. Kemarahan SBY berkaitan dengan kebakaran hutan yang begitu meluas. Asap yang ditimbulkan demikian luas sebarannya sampai ke negara tetangga sehingga menimbulkan protes keras dari negara tersebut. Boleh jadi protes keras dari negara tetangga itulah yang membuat kemarahan SBY tak dapat disembunyikan. Bahkan sempat pula SBY terpaksa meminta maaf ke negara tetangga tersebut.

Namun kemarahan SBY tak segera membuat kebakaran hutan padam. Bagaikan pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, asap kebakaran semakin menebal menyelimuti permukiman warga hingga perkotaan. Dari tahun ke tahun selalu terjadi kebakaran hutan seolah tak peduli dengan kemarahan presiden.

 

Akibat Kebakaran Hutan

Pada waktu itu, kebakaran hutan yang terjadi, terutama di Sumatera dan Kalimantan, sudah sangat mengganggu. Baik terhadap kesehatan maupun pada kegiatan ekonomi. Pesawat udara komersil menunda penerbangannya akibat jarak pandang yang pendek. Aktivitas pasar menurun akibat orang malas meninggalkan rumah. Demikia pula aktivitas pendidikan sempat terhenti.

Debu-debu yang berterbangan juga mengotori jalanan dan permukiman warga. Diperlukan tenaga dan waktu ekstra untuk membersihkan debu-debu ini. Berbagai macam penyakit juga meningkat, terutama penyakit ISPA dan tentu saja mata perih.

Penyebab


Kebakaran hutan ini terjadi tentulah bukan sekedar disebabkan oleh alam atau akibat puntung rokok yang boleh jadi ada yang menduganya seperti itu. Tetapi sudah jadi rahasia umum pula bahwa yang menjadi penyebab parahnya kebakaran hutan di Sumatera maupun di Kalimantan adalah akibat adanya pembukaan lahan oleh perusahaan-perusahaan besar.

Namanya perusahaan tentu menginginkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mengeluarkan biaya seminim mungkin. Salah satunya caranya adalah pembukaan lahan dengan pembakaran hutan. Tapi pada kenyataannya keuntungan perusahaan itu sangat merugikan masyarakat dan tentu saja pemerintah akan mengeluarkan tenaga dan biaya besar untuk memadamkannya. Kalau diperhitungkan, tentu kerugian yang timbul tidaklah sebanding dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan itu. Perusahaan diuntungkan pula karena biaya pemadaman kebakaran hutan ditanggung oleh negara yang boleh dikatakan uang rakyat juga.

Sudah Mulai, Beranikah Jokowi?

Saat ini tampaknya kebakaran hutan sudah mulai terjadi. Beberapa hotspot sudah terdeteksi. Bahkan beberapa kota sudah mulai merasakan akibat kabut asap oleh pembakaran hutan ini.

Pihak-pihak yang terkait sudah pula melakukan gerakan-gerakan untuk memadamkan kebakaran hutan. Hujan buatan sudah dilaksanakan untuk memadamkan beberapa titik hotspot. Di sini terlihat sekali mental kita yang belum direformasi. Kita cenderung menghabiskan biaya dan tenaga untuk memadamkan api. Barangkali kalau tidak ada kebakaran hutan, maka tak ada alasan mengeluarkan uang negara.

Padahal di setiap daerah itu ada aparat pemerintahan seperti camat, lurah, aparat keamanan, dan sebagainya. Tentu dapat dengan mudah mencium oknum-oknum yang melakukan pembakaran hutan itu. Tapi nampaknya mereka kurang perduli atau terpaksa tak perduli karena tak punya dana lebih. Barangkali pula mereka tahu dana itu dilimpahkan untuk para bosnya agar ada alasan untuk mengeluarkan anggaran memadamkan kebakaran hutan. Jadi daripada mencegah terjadinya kebakaran hutan yang biayanya sedikt, mereka beranggapan biarlah terbakar dahulu baru nanti dipadamkan.

Begitulah kebiasaan kita. Tumbuhnya pedagang kaki lima selalu dibiarkan ketika masih sedikit. Baru ketika terasa sudah amat mengganggu lingkungan barulah diambil tindakan.

Kalau Presiden SBY dari tahun ke tahun cuma bisa marah-marah saja tanpa bisa mencegah kebakaran hutan, bisakah Presiden Joko Widodo membuat perbedaan? Bisakah Jokowi segera bertindak tegas untuk segera memadamkan kebakaran hutan yang ada dan mecegah kebakaran baru? Apakah Jokowi berani menghadapi para pembakar hutan tanpa takut kehilangan investor?

Kita berpengharapan besar pada Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun