Lantas, apa tanggung jawab platform dalam hal ini? Facebook berada dalam posisi sulit, menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang aman. Namun, terlalu sering keputusan tampak lebih dipengaruhi oleh pertimbangan bisnis daripada kesejahteraan pengguna. Selama kontroversi menghasilkan engagement, dan engagement menghasilkan pendapatan iklan, insentif untuk perubahan radikal tetap minimal.
Pengguna juga tidak sepenuhnya tak berdaya. Melalui pola konsumsi konten, kita secara tidak langsung "memilih" jenis konten yang akan dipromosikan oleh algoritma. Dengan secara sadar berhenti berinteraksi dengan konten berbahaya atau tidak etis tidak menonton, tidak memberi like, tidak membagikan, tidak berkomentar bahkan untuk mengkritik kita dapat secara kolektif mengirimkan sinyal bahwa konten tersebut tidak diinginkan.
Literasi digital menjadi kunci penting untuk mengatasi problematika ini. Pemahaman tentang bagaimana platform media sosial bekerja, kesadaran akan teknik manipulasi yang digunakan untuk menarik perhatian, dan kemampuan kritis untuk mengevaluasi konten, harus menjadi bagian dari pendidikan dasar di era digital ini.
Di tengah lanskap digital yang kompleks, peran keluarga dan komunitas menjadi semakin vital. Dialog terbuka tentang penggunaan media sosial, pembentukan nilai-nilai yang kuat, dan penekanan pada harga diri yang tidak bergantung pada validasi online, dapat menjadi benteng perlindungan terutama bagi generasi muda.
Regulasi yang tepat juga diperlukan, meskipun implementasinya tidak mudah dalam skala global. Kebijakan yang memperkuat perlindungan pengguna, terutama kelompok rentan, harus diimbangi dengan penghormatan terhadap kebebasan berekspresi yang legitimate. Pendekatan multi-stakeholder yang melibatkan pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil mungkin merupakan jalan terbaik untuk menavigasi kompleksitas ini.
Dalam jangka panjang, kita perlu mengajukan pertanyaan fundamental tentang model bisnis platform media sosial. Selama perhatian pengguna menjadi komoditas utama yang diperjualbelikan, dan algoritma dirancang untuk memaksimalkan waktu yang dihabiskan di platform, insentif untuk konten ekstrem akan tetap ada. Alternatif seperti model berbasis langganan, platform yang didukung komunitas, atau desain yang memprioritaskan kesejahteraan pengguna di atas engagement, layak untuk dieksplorasi lebih jauh.
Setiap revolusi teknologi menghadirkan tantangan etika dan sosial yang tidak terduga. Revolusi media sosial tidak berbeda. Namun, tidak seperti revolusi teknologi sebelumnya, kecepatan dan skala dampak media sosial belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai masyarakat, kita masih berada dalam fase adaptasi, mencoba memahami bagaimana mengintegrasikan teknologi powerful ini ke dalam kehidupan kita tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan yang esensial.
Beranda Facebook kita mungkin saat ini belum sepenuhnya sehat, dipenuhi oleh mereka yang rela mempertaruhkan martabat dan keselamatan demi sekilas ketenaran digital. Namun, masa depan platform ini dan lebih luas lagi, masa depan ruang digital kita masih dapat dibentuk. Melalui kesadaran kolektif, tindakan bertanggung jawab, dan komitmen untuk memprioritaskan kemanusiaan di atas viralitas, kita dapat menciptakan kembali ruang digital yang mendukung, bukan yang mengeksploitasi sisi tergelap sifat manusia.
Ketika kita kembali membuka Facebook besok, mungkin kita bisa mengambil jeda sejenak sebelum menggulung beranda kita. Bertanya pada diri sendiri konten seperti apa yang kita konsumsi, apresiasi, dan bagikan. Karena dalam ekonomi perhatian digital, setiap interaksi adalah suara. Dan dengan suara kolektif kita, kita dapat menentukan apakah beranda Facebook akan terus menjadi arena pertaruhan kemanusiaan, atau kembali menjadi ruang untuk koneksi yang bermakna dan berbagi yang bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI