Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Voyage of Shadows: Menjejaki Perjalanan Kelam Kolonialisme Belanda di Nusantara

6 Desember 2023   22:38 Diperbarui: 6 Desember 2023   22:55 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Sejarah, seperti halnya angin yang lembut namun tak terlihat, membawa kita kepada sebuah perjalanan yang kelam dan kaya warna, yakni perjalanan kolonialisme Belanda di Nusantara.

"Voyage of Shadows" bukan sekadar sebuah catatan waktu yang dingin, melainkan sebuah cerita yang menghidupkan kembali jejak-jejak yang seakan tenggelam dalam bayangan masa lalu.

Mengejar bayang-bayang ini, kita akan terus menemui peristiwa, dilema, dan kisah yang membentuk benua kepulauan ini.

Dengan angin sepoi yang membawa aroma rempah-rempah, kapal-kapal Belanda pertama kali menyusuri lautan yang belum dikenal oleh dunia barat pada abad ke-16.

Itulah awal dari sebuah perjalanan yang memicu kebangkitan kerajaan dan menyulut api kemajuan ekonomi Belanda, tetapi di sisi lain, menandai permulaan kegelapan di tanah air Nusantara.

Begitu mereka merapat, bayang-bayang penjajahan mulai menjalar, melibatkan perdagangan rempah-rempah yang menjadi komoditas mahal dan perebutan wilayah yang menimbulkan konflik yang panjang.

Berlayar bersama bayang-bayang ini, kita tiba di zaman yang penuh perlawanan, sejarah yang memperlihatkan semangat pejuang dan rasa nasionalisme yang tak tergoyahkan.

Pemberontakan besar, seperti Pangeran Diponegoro yang memimpin perlawanan di Jawa pada awal abad ke-19, memberikan gambaran tentang kegigihan dan semangat yang menjaga ketahanan bangsa di tengah lautan kemerosotan.

Sementara itu, di pelosok-pelosok Nusantara, figur-hero lokal lainnya menorehkan cerita perlawanan yang terkadang terabaikan.

Namun, tak bisa diabaikan bahwa di sepanjang perjalanan ini, ada pula rintangan yang lebih halus dan tidak langsung tampak.

Bagaimana kolonialisme Belanda meretas dan membentuk identitas budaya Nusantara dengan cara yang mendalam dan terkadang tidak terlihat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun