Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sisi Baik Diabetes Melitus

21 November 2020   20:08 Diperbarui: 21 November 2020   20:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Kok bisa ngomong begitu dokter?" Saya melihat langsung, orang tua sendiri meninggal karena komplikasi diabetes, dua minggu setelah operasi kakinya, ayah saya meninggal. Tetangga saya sekarang cuci darah ceritanya juga karena komplikasi diabetes. Dan, teman saya satu kuliah dulu, sebaya dengan saya sudah mengalami stroke, juga mengidap diabetes, tekanan darah tinggi kemudian stroke." Demikian tanggapan pasien waktu saya sampaikan bahwa menderita diabetes masih lebih baik, beruntung dibandingkan dengan penyakit kronis yang lain.

"Dokter kan tahu, kata orang kalau kita mengidap diabetes harus diet, tidak boleh makan banyak, tidak boleh macam-macam, minum yang manis-manis,  banyak pantangnya, harus  olahraga, konsumsi obat setiap hari, ke mana-mana harus bawa suntik, harus cek ini, cek itu dan banyak lagi dokter, di mana sisi baiknya dokter?" Sambung pasien sambil bertanya tidak puas

Agak lama saya terdiam, apa yang disampaikan oleh pasien yang baru pertama kali diketahui sebagai penyandang diabetes
ini adalah fakta, fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakt luas. Sayangnya pasien ini punya pengalaman buruk dengan penyakit diabetes. Sehingga fokus pada sisi negatif, buruk, menakutkan tetang diabetes. Padahal banyak juga pasien diabetes yang hidup normal seperti biasa, yang tidak mengalami komplikasi,  mempunyai karir puncaknya seperti jadi Presiden, wartawan, artis terkenal.

Dan, saya tidak dapat menyalahkannya, karena reaksi seseorang banyak dipengaruhui oleh pengetahuanya dan pengalamanya. Untungnya banyak juga pasien-pasien diabetes yang berpikir, bersikap sebaliknya. Salah satunya adalah pasien di bawah ini;

Tuan, SA, sebut saja demikian, laki-laki usia 75 tahun, diketahui menyandang diabetes pada usia 42 tahun. Tiga puluh tiga tahun  beliau sudah hidup dengan diabetes ini. Beliau prrtama kali konsultasi  dengan saya sekitar 15 tahun lalu. Saya masih ingat waktu itu, beliau datang didampingi istrinya yang masih muda dan cantik. 

Pada saat itu  saya tidak menyangka bahwa beliau seorang pengidap diabetes karena penampilannya yang sangat sehat. Apa jawabannya ketika saya berkomentar, "luar biasa bapak, sudah lama menderita diabetes  tapi masih sehat-sehat saja, dan juga awet muda."

"Hehehe, ya dokter, panjang ceritanya,  yang jelas saya tidak mau kehidupan saya dikendalikan oleh penyakit diabetes, saya yang hatus mengendalikannya"

Lalu, "apa yang bapak lakukan?: 

Pertama mengubah gaya hidup saya. Saya dulu gemuk sekali, terutama perut saya, sangat besar. Kata dokter waktu itu, saya menderita diabetes,  biangnya adalah perut saya ini. Untuk itu saya setiap hari olahraga, dan tentu saja saya diet yang cukup ketat, saya terutama mengurangi karbohidrat, memperbanyak mengonsumsi sayuran, mengurangi minuman, makanan yang manis-manis. Saya dulu, sebelum divonis diabetes setelah makan selalu minum yang manis." 

"Kemudian, setelah diet dan oalahrga dalam waktu sekitar enam bulan berat badan saya turun, lingkar perut saya juga jauh berkurang. Dan, inilah hikmah lainnya dokter, saya kemudian dapat istri lagi. Kalau perut saya masih seperti dulu istri saya ini mungkin ngak bakal mau,"  cerita pasien sambil melirik istrinya

"Jadi, ada baiknya juga  mendapat penyakit diabetes dokter. Saya termotivasi untuk hidup lebih sehat, olahraga, menjaga berat badan normal, berhenti merokok. Diabetes ini juga memberi kesempatan kepada saya untuk mengajari dan memberi contoh hidup sehat kepada anak-anak dan saudara saya, dan bahkan teman-teman dan lingkungan saya. Dan, saya pikir-pikir rasanya saya masih beruntung dibanding teman-teman saya sebaya yang sudah meninggal karena kanker, serangan jantung dan stroke. Masih banyak yang dapat saya lakukan untuk mengendalikan dan mengurangi ancaman risiko penyakit diabetes," sambung pasien bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun