Mohon tunggu...
Irsyadul Umam
Irsyadul Umam Mohon Tunggu... Petani - Pelajar dengan keseharian ngopi dan sedikit melihat lingkungan sekitar

Corat Coret di toilet

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Debat Capres Ketiga, 3 Sesat Pikir yang Wajib Diwaspadai

12 Maret 2019   03:33 Diperbarui: 12 Maret 2019   03:39 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pesta demokrasi kali ini terasa berbeda sekali karena mempertemukan dua capres yang sebelumnya telah bertarung dalam pemilu capres-cawapres 2014.  Kubu pertama dengan nomor urut o1 yaitu pasangan Jokowi-Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo Sandi. Hawa-hawa panas pun menyerbak ke seluruh lapisan masyrakat. 

Masyarakat yang umumnya tidak memahami perihal politik pun ikut serta dalam perdebatan panjang mengenai siapakah kandidat terbaik yang di anggap layak menduduki kursi tertinggi di istana negara. Saut menyaut antar pendukung tak hanya berada di  arena debat capres,  bahkan kebanyakan tidak memahami visi dan misi yang diusung salah satu kandidat  namun secara getol berargumen  bahwa kandidat jagoannyalah yang terbaik. 

Salah satu upaya KPU untuk mengenalkan ke masyarakat mengenai visioner dari para capres dan cawapres adalah debat capres. debat capres seharusnya memberikan dampak terhadap paradigma masyarakat tentang calon presiden. selain memamerkan program-program yang diajukan untuk kemajuan bangsa, tentunya debat capres juga menontonkan sikap kedua kandidat dalam berdialektika, memecahkan suatu masalah, dan sikap dalam mengutarakan ide dalam konflik tertentu.

Karena debat capres pada dasarnya adalah menggiring opini  masyarakat untuk mengikuti atau memilih para kandidat, terkadang kedua capres melakukan kesalahan dalam berdialog, seperti kesesatan berlogika. 

Sesat pikir dalam istilah kerennya dikenal sebagai logical Falllacy, atau bahasa gampangnya adalah berpikir ngawur. Untuk itu kita harus mengetahui hal-hal yang tidak benar dalam  debat capres yang berdasarkan logical fallacy tersebut.   Secara garis besar penulis mengambil 3 logical fallacy atau pikiran ngawur  yang terjadi dalam debat capres.

1. Fallacy of Dramatic Instance
Kecenderungan menganalisa masalah sosial dengan dengan menggunakan satu-dua kasus saja untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum.  Dalam memahami konflik, seorang capres tidak boleh mengambil sampel sebagian  untuk   menyatakan keseluruhan.  

Misalnya, sebagian rakyat indonesia di bagian timur belum mendapatkan kesejahteraan secara penuh, dengan begitu ditarik kesimpulan bahwa seluruh rakyat indonesia belum sejahtera. 

Atau begini, ada mahasiswa dalam sebuah kelas sebut jurusan pendidikan matematika UIN Malang tidak dapat memahami al-jabar maka ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa kelas tersebut bodoh dalam al-jabar. jadi penarikan kesimpulan dengan pengambilan contoh sosial di suatu tempat  tidak berlaku untuk semua tempat.

2. Argumentum ad Hominem
Sesat pikir jenis ini ketika debat capres yaitu ketika argumentasi yang diajukan tidak tertuju pada persoalan sesungguhnya tetapi menyerang pribadi yang menjadi lawan bicara. Dalam maqolah arab terdapat istilah  lihatlah apa yang dibicarakan, bukan siapa uang berbicara. 

Dalam debat pilpres bnyak terjadi penyerangan urusan pribadi seperti keyakinan, kehidupan sosial, kelompok yang sejatinya sama sekali tidak berkaitan dengan argumentasi ataupun tema debat. pada intinya dalam berdebat, tidak boleh menyerang hal-hal yang berbau urusan pribadi atupun sara, seharusnya visionernya lah yang dibincangkan.

3. Argumen ad Baculum 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun