Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Caveat Emptor: Risiko Ditanggung Pembeli

15 April 2021   13:30 Diperbarui: 15 April 2021   13:33 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak ada yang perlu disesali dengan kemajuan teknologi digital yang begitu pesat karena manusia tidak bisa membiarkan dirinya berada di “zaman batu” terus menerus. Kemajuan teknologi seakan-akan membawa manusia ke dalam “dunia lain”. Dunia yang tidak pernah dibayangkan oleh sebagian besar manusia di muka bumi dua puluh tahun yang lalu, apalagi tiga puluh tahun atau lebih. Kini “dunia lain” itu  sudah berada di muka pintu rumah kita.

Begitu besar pengaruh dunia digital dalam kehidupan manusia sehingga mampu mengubah tabiat “apa adanya” menjadi “apa saja ada”. Anda dapat dengan mudah memperoleh sesuatu yang dibutuhkan atau bahkan tidak dibutuhkan hanya dalam satu kejapan mata. Tak pandang Anda memiliki dana atau tidak. Itu urusan gampang.

Belum lagi model tayangan masa kini berbasis kanal yang sungguh lebih banyak menyesatkan dibandingkan dengan kemaslahatannya. Sebagian besar tayangan tersebut menjual mimpi dan lainnya “mengajarkan” gaya hidup konsumtif. Hebatnya, penggemar tayangan tersebut luar biasa melimpah.

Para pembeli “kalap” atau “pemuja mimpi” tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka menjadi sasaran empuk para penjualkebodohan”. Rupanya di era informasi yang “membludak”, pembeli tetap sulit mencerna pilihan yang bijak. Gaya hidup dan buaian mimpi mengalahkan akal sehat.

Dalam situasi seperti itu, lahirlah “pemenang” yaitu penjual mimpi dan kesia-siaan. Bagi mereka tidak ada yang salah karena fakta menyatakan pembeli melimpah, penonton tumpah ruah.

Bidal Caveat Emptor menjadi sangat sesuai dengan kondisi di atas ”risiko ditanggung pembeli”. Ketidakhati-hatian, kelengahan, ketidakmampuan menentukan pilihan tidak menjadi tanggung jawab penjual karena keputusan memilih sepenuhnya ada pada pembeli. Kerugian sepenuhnya menjadi beban pembeli. Penjual terbebas dari segala akibat yang dirasa langsung  atau tidak langsung oleh pembeli.

Sebenarnya menjual “kebodohan” merupakan tindakan kejahatan yang dibungkus dengan kemasan indah dengan aroma semerbak. Sayangnya tidak ada jeratan hukum bagi penjual kebodohan.

Jika demikian siapa yang perlu disalahkan, penjual, pembeli, kemajuan teknologi atau pendidikan?

Ternyata pendidikan (baca: sekolah) tidak mampu menahan lajunya sisi buruk dunia digital yang menghantam tata nilai dan cara pandang serta menjauhkan mahluk bumi dari hakikat hidup yang sesungguhnya. Jelas tidak mudah mengubah kebiasaan orang selama manusia masih menikmati puja-puji dan masih menjadi pemuja mimpi serta tidak memiliki kematangan spriritual. Atau apakah ini dianggap sebagai konsekuensi dari kemajuan zaman?

Wallahu a'lam bish-shawabi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun