Mohon tunggu...
irnanda mahabati
irnanda mahabati Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswi di salah satu Universitas di kota Ponorogo yaitu UIN Kiai Ageng Muhammad Besari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tan Malaka Pahlawan Indonesia Yang Pernah Terlupakan

9 Oktober 2025   09:55 Diperbarui: 9 Oktober 2025   09:48 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tan Malaka adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia yang sering disebut sebagai “Bapak Republik yang Terlupakan.” Tan Malaka lahir tahun 1897 di Pandan Gadang, Sumatera Barat. Nama aslinya Sultan Ibrahim. Sejak kecil Tan Malaka sudah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan dalam belajar sehinga ia berkesempatan sekolah guru di daerah Bukit Tinggi (Kweekschool) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia mendapat beasiswa pendidikan di sekolah Rijkweekschool Harlem Belanda. dari sini muncullah pemikira – pemikiran tentang marxisme, pemikiran-pemikiran tersebut kelak membentuk pandangannya tentang perjuangan melawan kolonialisme Belanda di tanah air.

Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka langsung aktif di dunia politik. Ia mulai bergabung dengan syarekat Islam. Tidak lama kemudian ia juga terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI), wawasan dan pemikiran teori – teori yang dimiliki Tan Malaka menarik perhatian para pemimpin PKI sehingga ia ditumjuk sebagai ketua partai PKI meskipun Tan Malaka merasa keberatan. Meskipun demikian, Tan Malaka memiliki pandangan berbeda dengan sebagian besar tokoh PKI. Tan Malaka akhirnya keluar karena menolak garis keras dan tunduk pada komando Moskow. Ia tetap seorang Marxis, yang memegang teguh nulai nasionalis, pragmatis, dan kontekstual. Konfliknya dengan PKI menjadikan dia oposisi kiri yang independen, dan bahkan sering dianggap "terlalu merah untuk nasionalis, terlalu nasionalis untuk komunis."Ia menolak tindakan tergesa-gesa yang menggunakan pemberontakan bersenjata tanpa persiapan matang karena menurutnya hal itu justru akan merugikan rakyat. Baginya, kemerdekaan Indonesia harus diperjuangkan dengan strategi yang realistis.

Tan Malaka hidup di enam Negara ia, mengganti nama lebih dari 30 kali setiap pergi ke suatu tempat ia selalu mengganti nama samaran, hal ini dikarenakan bangsa Belanda yang selalu mencari dan ingin menangkap Tan Malaka, tidak hanya sekali dua kali Tan Malaka di tangkap beberapa kali dan akhirnya diasingkan. Meski demikian, semangat juangnya tidak pernah padam. Ia hijrah ke berbagai negara seperti Singapura, Filipina, Rusia, Tiongkok hingga Jerman. Di Negara itu ia terus membangun dan membentuk jaringan dengan tokoh-tokoh pergerakan internasional, sekaligus menulis berbagai gagasan yang menginspirasi banyak orang.

Karya tulisnya yang paling terkenal adalah “Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia). Dalam buku ini, Tan Malaka sudah menegaskan bahwa Indonesia harus merdeka dalam bentuk republik, bukan kerajaan atau bentuk pemerintahan lain. Pemikiran ini sangat idealis, mengingat pada saat itu banyak kalangan pergerakan yang belum berani menyuarakan gagasan republik secara tegas. Buku tersebut menjadi salah satu pondasi intelektual dalam perjuangan menuju kemerdekaan.Selain menulis, Tan Malaka juga aktif memberikan pidato dan berinteraksi dengan komunitas buruh serta kaum pergerakan di Asia Tenggara. Meski hidupnya sering berpindah-pindah dan penuh risiko, ia tetap berpegang teguhp ada cita-cita besar untuk membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan.

Pada tahun 1942 Setelah bertahun tahun hidup dalam pelarian dan pengasingan, akhirnya ia pulang ke Indonesia. Saat itu Indonesia sedang diduduki oleh Jepang. Tan malaka tidak tinggal diam ia terus membentuk jaringan bawah tanah dengan mengajar, menulis untuk mempersiapkan revolusi rakyat yang ia yakini. Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945, Tan malaka tidak dianggap bagian dari elit kemerdekaan. Soekarno dan Muhammad Hatta mengusungkan jalur diplomasi sedangkan tan malaka memlih jalur perjuangan bersenjata agar kedaulatan bangsa tidak sedikit pun diganggu oleh bangsa lain.

Tan Malaka membentuk gerakan sendiri yaitu Persatuan Perjuangan yang memiliki semboyan 100% merdeka, Tan menolak kompromi dengan Belanda, menolak perjanjian Linggar Jati, dan menuntut pemerintahan baru. Hal ini membutat pemerintah menganggap sebagai ancaman, akhirnya Tan di tangkap dan dipenjara, dituduh sebagai pemberontak. Padahal Tan hanya ingin bangsa merdeka di miliki oleh Indonesia. Setelah Tan malaka di bebaskan, ia kembali menghilang Tan malaka merasa perjuangannya tidak dihargai oleh para elite saat itu. Tan Malaka yang dulu diasingkan oleh penjajah, kini disingkirkan oleh bangsanya sendiri.

Awal tahun 1949, Belanda kembali menyerbu Indonesia, perang gerilya pecah dimana – mana, tan malaka berjuang bersama laskar rakyat di Jawa Timur, ia membangun perlawanan dari bawah, tanpa senjata dan tanpa jabatan, hanya mengandalkan pemikirinya. Tetapi di kota Blitar tan ditangkap oleh pasukan militer Indonesia yaitu Batalyon Sikatan, Divisi Siliwangi. Saat itu Tan Malaka di tembak mati secara diam – diam oleh bangsanya sendiri tanpa adanya tanda resmi, sangat disayangkan pemikir terbesar Indonesia dibunuh oleh bangsa yang ia perjuangkan selama ini.

Berita kematian Tan Malaka dibungkam serta nama Tan Malaka disembunyikan dari buku sejarah. Tahun 1960- an nama tan malaka dilarang, buku – buku karya Tan Malaka di bakar. Setelah puluhan tahun kemudian makam Tan Malaka ditemukan, pada akhirnya di tahun 1963 presiden Soekarno mengumumkan bahwa Tan Malaka sebagai pahlawan nasional.

Harry A. Poeze. (2008). “Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid 1: Agustus 1945 – Maret 1946”. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Harry A. Poeze. (2014). “Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid 4:September 1948 – Desember 1949”. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Randy Fadillah Gustaman. “Tan Malaka Ditinjau dari Presfektif Perjuangan Bangsa”, Jurnal Artefak : History and Education, Vol.4, No.1. 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun