Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yuk, Kenali Zat Alergen dalam Produk Kosmetikmu

18 Mei 2022   07:00 Diperbarui: 18 Mei 2022   10:21 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produk kosmetik (Sumber: Jazmin Quaynor via unsplash.com)

Bagi kaum hawa, produk kosmetik boleh dibilang sudah menjadi kebutuhan pokok, apapun bentuk dan jenisnya. Pun mereka yang tidak suka gaya bold make up, paling tidak punya satu atau dua jenis produk kosmetik dasar seperti bedak atau lipstik. Atau yang sekarang sedang tren adalah produk-produk perawatan kulit (skin care). Katanya sih, supaya kulit terlihat lebih glowing atau bercahaya sebening kristal seperti artis-artis drama Korea itu.

Bicara tentang kosmetik, nyatanya produk kosmetik sudah digunakan setidaknya sejak ribuan tahun yang lalu, yakni pada peradaban Mesir kuno.

Menurut kepercayaan mereka, riasan berfungsi sebagai penanda kekayaan dan diyakini dapat menarik perhatian para dewa. Mungkin maksudnya biar dewa-dewi lebih mudah mengenali seseorang saat mau memberikan kemakmuran gitu kali yah? Jadi macam tak kenal maka tak sayang gitu. Entahlah..

Well, dengan segala macam cerita sejarahnya, hingga kini penggunaan kosmetik masih tetap populer, bahkan semakin berkembang. Mulai dari formulasi dengan bahan-bahan yang semakin beragam, teknologi pembuatan yang semakin canggih dan inovatif, hingga kemasannya yang semakin menarik hati.

Maka tak heran produk kosmetik selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi wanita. Bahkan saat ini juga sudah ada produk kosmetik yang cocok digunakan untuk pria loh.


Dan karena saking banyaknya pilihan, tak jarang para wanita sering gonta-ganti produk kosmetik. Hayo, kamu kayak gitu nggak?

Pertanyaannya sekarang, sudahkan kita aware bahwa pada produk kosmetik tertentu terdapat kandungan zat yang sifatnya alergen (berpotensi menyebabkan alergi)? Tenang, jangan panik dulu bestie!

Fungsi dan Bahan Baku Penting Kosmetik

Sebelum membahas zat alergen pada produk kosmetik, baiknya kita memahami dulu pengertian kosmetik dan jenis bahan dasar kosmetik.

Menurut Peraturan BPOM nomor 12 tahun 2020 tentang Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika, kosmetika didefinisikan sebagai bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut 

terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Berdasarkan definisi di atas, ada dua poin penting yang perlu kita ingat. Pertama, produk kosmetik tidak boleh mengklaim seolah-olah mengobati atau mencegah penyakit. Kedua, produk yang digunakan secara oral, injeksi, atau bersentuhan dengan bagian lain dari tubuh manusia seperti membran mukosa hidung atau organ genital bagian dalam, bukanlah produk kosmetika.

Selain itu, bisa dikatakan jumlah bahan baku kosmetik sangat banyak dan bervariasi. Namun paling tidak ada beberapa bahan baku penting yang digunakan untuk memproduksi kosmetik, antara lain:

1. Bahan Dasar

Umumnya memiliki jumlah/volume paling besar dibandingkan bahan lainnya. Contoh a) Air atau campurannya; b) Vaselin atau campurannya; c) Talkum atau campurannya; d) Alkohol atau campurannya.

2. Bahan Aktif

Merupakan bahan yang memiliki daya kerja yang diunggulkan, misal bahan aktif dalam produk pembersih muka.

3. Stabilizer

Merupakan bahan yang digunakan untuk menjaga agar produk kosmetik tetap stabil baik dalam hal bentuk fisik, warna, dan bau. Beberapa contoh diantaranya:

- Emulgator yang digunakan agar bahan-bahan tercampur merata (Lanolin, Gliserin, Alkohol, Wax/Malam, Gliceryl).

- Preservative/Pengawet yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan perubahan warna dan bau, terutama produk yang mengandung banyak minyak. Contohnya Methyl Paraben (Nipagin), Propyl Paraben (Nipasol), Asam Benzoat, Formaldehid, dan Nipabutil.

- Antioksidan

Produk kosmetik juga rentan teroksidasi sehingga menyebabkan perubahan warna dan bentuk. Zat antioksidan diperlukan untuk mencegah hal tersebut, dengan syarat tidak berbau dan berwarna, tidak toksik, dan tidak mudah berubah untuk waktu yang lama.

4. Coloring (Pewarna)

Bahan pewarna yang digunakan umumnya ada dua jenis yaitu pewarna yang larut (dalam air, alkohol, minyak) dan pewarna yang tidak larut. Tapi tidak semua bahan pewarna bisa digunakan dalam produk kosmetik loh ya.

5. Fragrance (Pewangi)

Bahan pewangi yang digunakan pada kosmetik bisa berasal dari bahan alami (misal bunga, daun, kulit batang), atau bahan sintetis yang terdiri dari campuran beberapa bahan.

Oleh sebab itu terkadang pada label produk kosmetik, komposisi pewangi tidak dicantumkan secara spesifik melainkan hanya tertulis 'fragrance'.

Jenis Zat Alergen pada Kosmetik dan Efek Sampingnya

Alergi merupakan perubahan reaksi tubuh terhadap kuman penyakit atau reaksi hipersensitivitas terhadap zat tertentu yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang.

Artinya, penyebab alergi bukan semata-mata karena zat alergennya. Alergen justru sebagai pemicu alergi pada keadaan fisiologis tubuh seseorang yang hipersensitif pada zat tersebut.

Jadi, bahan-bahan alergen apa saja yang mungkin terdapat dalam produk kosmetik?

Berikut contohnya:

- Natural Rubber / Latex (Karet Alam), biasanya terdapat pada produk body painting, lem hair extension, dan lainnya.

- Preservatives, contohnya Methylsothiazolinone, golongan formaldehida, dan lainnya.

- Pewangi, contohnya Citronellol, Benzyl Alkohol, Coumarin, Eugenol, Geraniol, Cinnamyl Alcohol, Linalool

- Pewarna Sintetis, contohnya pewarna yang digunakan dalam produk pewarna rambut dan tato henna hitam seperti p-Phenylenediamine (PPD) dan Coal-Tar.

- Logam, contohnya nikel dan emas.

Well, contoh bahan-bahan di atas hanya sebagian kecil saja. Sebenarnya ada banyak sekali jenis-jenis alergen di luar sana.

Penggunaan produk kosmetik yang tidak sesuai dengan kulit atau yang tidak jelas asal-usulnya (sehingga berpotensi mengandung bahan yang dilarang), dapat berisiko menimbulkan efek samping pada orang yang memiliki reaksi hipersensitivitas pada tubuhnya, antara lain:

1. Dermatitis pada kulit yang ditandai ruam kemerahan/gatal/perih/bengkak, jerawat, dan sensitif terhadap cahaya (fotosensitivitas).

2. Perubahan warna pada rambut dan kuku

3. Rasa tersengat (stinging) atau rasa terbakar (burning) pada mata hingga infeksi ringan sampai berat.

4. Keluhan pada saluran nafas, misal akibat penggunaan kosmetik aerosol seperti hair spray.

5. Efek toksik jangka panjang lainnya.

Nah, efek samping yang terjadi ini sifatnya bisa ringan, sedang, hingga berat. Efek samping ringan umumnya berupa iritasi minor yang tidak membutuhkan penanganan dokter dan akan hilang setelah menghentikan pemakaian kosmetik.

Sedangkan efek samping sedang terjadi apabila keluhan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari. Apalagi reaksi alergi berat seperti rasa nyeri dan gatal yang disertai satu atau lebih gejala sistemik seperti pusing, demam, sesak nafas. Reaksi alergi sedang hingga berat pastinya memerlukan penanganan segera dari dokter.

What Should We Do?

Jadi apa dong yang bisa kita lakukan untuk mencegah timbulnya reaksi alergi akibat penggunaan kosmetik? Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan.

1. Ketahui alergi yang kita miliki

Akan lebih baik jika kita bisa mengetahui jenis alergen dan yang dapat menimbulkan reaksi hipersensitif pada kulit sebagai upaya pencegahan dini, melalui Uji Kulit di bawah pengawasan dokter. Beberapa jenis Uji Kulit misalnya Usage Test (Uji Eliminasi dan Uji Pakai), Patch Test (Uji Tempel).

Namun saya meyakini banyak juga dari kita yang belum pernah melakukan tes ini. Jadi apabila kita mengalami reaksi alergi tertentu, kita harus ingat alergen apa yang menjadi pemicunya supaya bisa kita hindari.

2. Baca Label dengan Seksama

Salah satu ketentuan labeling produk kosmetik di Indonesia yaitu wajib mencantumkan seluruh komposisi bahan, meski tidak sampai ke informasi kuantitatifnya karena formula sifatnya rahasia.

Oleh sebab itu biasakan untuk selalu membaca label kemasan, terutama jika memiliki riwayat alergi untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak mengandung zat alergen yang menjadi pemicu reaksi alergi.

Selain itu, pada beberapa jenis produk kosmetik juga mencantumkan petunjuk atau cara pemakaian yang diawali dengan mengoleskan sedikit produk pada kulit, lalu didiamkan selama beberapa waktu.

Jika tidak ada reaksi alergi, maka aplikasi produk bisa dilakukan secara lebih luas. Contohnya seperti produk hair coloring (pewarna rambut).

3. Pastikan memperoleh kosmetik yang aman dan terjamin

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan dan mencegah kita menjadi korban kosmetik palsu, ingat selalu agar membeli produk kosmetik dari penjual resmi dan sudah memiliki nomor notifikasi dari BPOM.

Kalaupun kita harus membeli secara daring (online shopping), pastikan akun penjualnya resmi dan terjamin yah.

Selain itu sebelum menggunakan kosmetik baru, pastikan bahwa kemasannya masih tersegel rapi dan bentuk/tekstur/warnanya tidak mencurigakan.

Nah sekarang coba cek produk-produk kosmetikmu, kira-kira apa saja zat alergen yang terkandung di dalamnya?

Ingat adanya kandungan zat alergen dalam kosmetik, belum tentu berarti produk tersebut tidak baik.

Yang perlu diperhatikan adalah apakah tubuh kita memiliki reaksi hipersensitif terhadap zat-zat tersebut, supaya kita bisa menghindari penggunaannya.

Cherio!

***

Referensi:

BPOM | US FDA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun