Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cara Membangun Personal Branding di Kompasiana, Seberapa Penting Sih?

10 Juni 2021   17:38 Diperbarui: 10 Juni 2021   17:39 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (by Christin Hume via unsplash.com)

Ada yang menarik ketika saya membuka Kompasiana pagi ini, yakni topik pilihan mengenai cara membangun personal branding. Namun kemudian saya jadi bertanya-tanya. Kira-kira apa yang ada dalam pikiran kompasianer (terutama yang sudah sering mengikuti artikel saya) ketika mendengar nama saya? 

Selama saya aktif menulis di Kompasiana, sudahkah saya membangun personal branding untuk saya sendiri? Bagaimana baiknya cara membangun personal branding di Kompasiana? Dan sebenarnya seberapa penting sih membangun personal branding di kompasiana?

Mengenali Tujuan Menulis di Kompasiana

Sebelum bicara personal branding, terlebih dahulu saya bertanya pada diri saya sendiri:

Tujuan saya menulis di Kompasiana itu apa sih?

Belajarkah? Menyalurkan hobikah? Mengisi waktu luangkah? Networking-kah? Mengumpulkan cuan dari K-rewards kah? Atau cuma gaya-gayaan supaya dianggap keren? 

Nyatanya masih banyak juga lho orang yang menganggap menulis di Kompasiana itu sama dengan menulis di media Kompas. Jadi kalau kita bilang menulis di Kompasiana, mereka mengira kita sebagai kontributor di Kompas. "Ih keren banget!" Padahal sebenarnya berbeda, meskipun Kompasiana merupakan subsidiary (anak perusahaan) Kompas Gramedia Group.

Nah, kalau kita sudah paham tujuan menulis di Kompasiana barulah kita bisa memutuskan seberapa penting membangun personal branding itu.

Jujur kalau saya pribadi, tujuan saya menulis di Kompasiana adalah untuk menyalurkan hobi menulis saya sekaligus belajar dan membangun networking. Yah, meskipun nulisnya juga gak setiap hari dan interaksi dengan Kompasianer juga tidak yang intens sekali, karena faktor kesibukan pekerjaan.

Baca juga: Alasan Mengapa Saya Betah Menulis

Membangun Personal Branding di Kompasiana

Kalau ditanya gimana sih tips atau cara membangun personal branding di Kompasiana, jujur saya suka agak bingung karena kebetulan saya sendiri tidak terlalu fokus pada personal branding di Kompasiana. Ya karena tujuan saya tadi itu.

 Tapi mungkin beberapa cara di bawah ini bisa digunakan oleh para Kompasianer, terutama untuk para newbie untuk membangun personal branding di Kompasiana.

1. Memanfaatkan Pengaturan Kompasiana

Tentu Kompasianer sekalian mengetahui bahwa Kompasiana memiliki menu pengaturan profil untuk para penulisnya. Di sana kita bisa mengatur tampilan seperti apa yang akan dilihat oleh pembaca. Misal profesi dan deskripsi singkat mengenai diri kita. Atau jika Kompasianer punya akun media sosial, bisa juga dimasukkan link-nya. Sekarang ini beberapa media sosial juga sudah dapat dijadikan sebagai portofolio online untuk menampilkan karya-karya kita. Jadi manfaatkan fitur pengaturan Kompasiana dengan sebaik mungkin ya!

2. Konsisten Menulis

Ya namanya juga platform blog, konten yang dihadirkan di Kompasiana umumnya adalah tulisan. Bisa berupa artikel dengan dengan berbagai macam kategori, tulisan fiksi seperti cerpen, novel, puisi, atau bahkan video.

Menulis dengan konsisten baik secara frekuensi maupun kategori tertentu, secara tidak langsung kita membangun personal branding. Dengan demikian pembaca akan mengenali kita sebagai Kompasianer yang suka menulis tentang politik, filsafat, bahasa, kesehatan, entertainment, cerpenis, atau yang lainnya. Tapi tidak menutup kemungkinan penulis-penulis tersebut juga mahir menulis topik lainnya.

Sebagai contoh, meskipun saya seorang apoteker yang memiliki pengetahuan di bidang kesehatan, obat-obatan dan kawan-kawannya, maka fokus tulisan saya adalah seputar farmasi, yakni bidang atau ilmu yang saya kuasai. Tapi sebetulnya saya juga memiliki ketertarikan di bidang literasi, edukasi, wisata, dan seni-budaya. Jadi selain kategori kesehatan, tulisan saya tidak jauh-jauh dari topik itu.

3. Brand Awareness

Nah ini kenapa pula Brand Awareness dibawa-bawa? Emang Kompasiana tempat jualan? Emang Kompasianer itu barang dagangan?

Yah, ini hanya perumpamaan ala saya saja yang saya pinjam dari istilah marketing. Menyambung soal konsistensi tadi, personal branding yang akan kita bangun secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh brand awareness dari pembaca. Apakah pembaca notice terhadap kita?

Kalau dilihat pada profil statistik Kompasiana per 2017, total ada 1,500,00 konten dari 355,000 member. Per hari ada 300 artikel/konten yang dipublikasikan. Konten-konten yang masuk ini akan dikurasi oleh admin Kompasiana mana yang masuk label 'Pilihan', 'Featured', hingga 'Artikel Utama/AU'. Predikat yang diincar para penulis. Terbayang dong betapa banyak saingan konten kita di Kompasiana?

Nah, supaya pembaca notice dengan keberadaan kita di Kompasiana, kita harus sering-sering menulis. Jika memungkinkan konten kita setidaknya bisa masuk label 'Pilihan' kalau tidak bisa Headline (AU). Cuma seperti yang sering ditulis Kompasianer lainnya, kriteria admin K memberi label AU masih menjadi misteri hingga saat ini. Hihihi...

4. Jangan Asal Clickbait

Seperti yang sudah saya singgung tadi, kita perlu konsisten dalam menulis. Baik itu dalam hal ketegori tulisan, maupun frekuensi. Namun perlu diingat, jangan coba-coba menulis artikel yang judulnya cuma clickbait. Dijamin selanjutnya pembaca akan malas berkunjung ke lapak kalian.

Ada banyak tulisan dengan bahasan yang mendalam karena memang ditulis oleh penulis yang menguasai bidangnya. Tapi bukan berarti konten-konten di Kompasiana itu 'berat' semua. Banyak juga kok artikel receh yang isinya sangat menghibur pembaca yang sudah stres karena baca berita media online yang clickbait tadi.

Jadi supaya lapak kita sering dikunjungi pembaca, kita perlu banyak berlatih. Rajin-rajin mengamati penulis-penulis Kompasianer yang kontennya masuk label 'Pilihan' atau 'AU'. Rajin-rajin menambah wawasan supaya menguasai materi yang akan ditulis. Semakin banyak wawasan, semakin lancar pula kita menulis. Dan semakin tinggi jam terbang kita dalam menulis, perlahan gaya menulis kita juga akan berkembang. Ingat, personal branding bukan hanya dapat diidentifikasi dari topik yang sering kita bahas, tapi juga gaya menulis.

5. Interaksi dengan Sesama Kompasianer

Namanya juga blog keroyokan, Kompasiana juga menyediakan fitur 'vote' dan 'komentar' untuk memfasilitasi penulisnya saling bersilaturahmi, saling mengunjungi lapak dan meninggalkan jejak. Fitur ini juga menjadi salah satu cara yang bisa kita pakai untuk meningkatkan brand awareness tadi, supaya pembaca/Kompasianer lain notice terhadap kita.

Kira-kira begitulah beberapa tips atau cara yang bisa saya bagikan untuk membangun personal branding di Kompasiana. Namun sekali lagi, ada baiknya tidak perlu terlalu terbebani demi membangun personal branding. Menurut saya yang paling penting adalah bagaimana cara kita bisa menyajikan konten yang isinya dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi pembaca. Karena menulis di Kompasiana lebih dari sekadar membangun personal branding.

Cherio!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun