Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bedanya Obat dengan Akhiran "Forte" dan yang Tidak

8 September 2020   08:15 Diperbarui: 20 April 2022   22:51 41896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedanya Obat dengan Akhiran

Tanpa bermaksud promosi, contohnya obat Fludane (mengandung Paracetamol 500 mg, Chlorpheniramine Maleate 2 mg, Phenylpropanolamine HCl 12.5 mg), dan Fludane Forte (mengandung Paracetamol 650 mg, Chlorpheniramine Maleate 2 mg, Phenylpropanolamine 12.5 mg). 

Contoh lain Proris (mengandung Ibuprofen 100 mg/5ml suspensi) dan Proris Forte (mengandung 200 mg/5 ml suspensi).

Dari perbandingan komposisi ini, dosis Paracetamol Fludane Forte 1.3 kali lebih besar dari yang biasa (Fludane), sedangkan dosis Ibuprofen pada Proris Forte dua kali lipat dari yang biasa. Tapi apakah ini berarti yang Forte lebih manjur dari yang biasa? Ya nggak juga sih.

Tujuan Obat 'Forte'

Pada satu kasus, ada seorang ibu yang menderita sakit hipertensi dan diresepkan oleh dokter untuk minum antihipertensi sebanyak 3 kali sehari 1 tablet.

Suatu hari dia lupa minum obat di pagi hari, sehingga saat siang hari dia minum 2 tablet sekaligus, dengan pemahaman untuk mengganti obat yang terlupa tadi. Akibatnya si ibu merasa pusing dan lemas karena tekanan darahnya turun drastis.

Ada lagi seorang pria yang diresepkan antibiotik oleh dokter dan harus diminum dua kali sehari selama 5 hari. Namun karena tuntutan pekerjaan dan merasa harus segera sembuh dalam waktu dua hari.

Jadi ia melipatgandakan antibiotik tersebut saat meminumnya dengan anggapan semakin tinggi dosisnya, semakin cepat dia sembuh. Tapi tetap saja ia tidak sembuh dalam dua hari.

Hal ini menunjukkan bahwa memang masih ada orang yang kurang memahami atau kurang patuh dalam mengkonsumsi obat dengan baik dan benar. Bukan berarti dengan meminum obat berdosis lebih kuat serta merta akan langsung menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala.

Dan seperti teman saya tadi, ia menganggap obat dengan akhiran forte dianggap lebih manjur daripada yang biasa. Padahal bukan itu tujuan dibuatnya obat jenis forte. Secara logika, jika obat jenis forte lebih manjur daripada yang biasa, untuk apa yang biasa tetap dipasarkan?

Besar kecilnya suatu dosis obat yang diperlukan seseorang berbeda-beda tergantung beberapa faktor seperti usia, berat badan, luas permukaan tubuh, metabolisme tubuh, atau kondisi genetik tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun