Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Ini Alasan Saya Lebih Memilih Sepeda Ketimbang Motor

2 Juni 2020   16:33 Diperbarui: 25 Juni 2020   08:24 2720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: firefoxbikes.com

Kondisi jalan raya saat ini bagai film horor

Jujur saja, ini salah satu alasan paling utama mengapa saya tidak terlalu berminat belajar mengendarai motor. Kondisi jalanan sekarang menurut saya gak kalah dengan film horor.

Ya, banyak jumpscare-nya! Jalanan yang luar biasa padat dengan motor yang berseliweran dan semuanya seakan mau jadi yang 'selangkah lebih maju'. Coba perhatikan para pengendara motor di persimpangan lampu merah (khususnya Jakarta). Sudah ada garis putih sebelum zebra cross, tetap saja maju-maju.

Ilustrasi: kaskus.com
Ilustrasi: kaskus.com
Belum lagi kalau ada yang muncul tiba-tiba dari persimpangan di depan atau tiba-tiba nyalip dari belakang. Wusssss!! Menemui yang seperti itu saat saya dibonceng saja suka membuat dag dig dug. Apalagi kalau posisinya saya yang mengendarai?

Suka panik kalau tiba-tiba eror di tengah jalan

Sebetulnya saya bukan orang yang mudah panik. Tapi kalau berhubungan dengan kendaraan yang tiba-tiba mogok di tengah jalan, mungkin berbeda. Apalagi kalau kendaraan di belakang mulai membunyikan klakson khas tidak sabaran. Ih, sebel rasanya!

Saya bukan kucing

Jelas saya manusia memang, bukan kucing. Tapi katanya, kucing itu punya sembilan nyawa. Entah benar entah tidak.

Jujur kadang saya salut dengan mereka yang berani naik motor dengan kecepatan cukup tinggi (apalagi kebut-kebutan), menyalip kendaraan di depan atau sampai ngepot-ngepot. Kalau lihat orang yang hampir tertabrak/menabrak saja saya suka dag dig dug. Tidak terbayang kalau saya sendiri yang mengalaminya.

Bukan apa-apa, sudah beberapa kali saya melihat korban kecelakaan motor saat saya lewat di tengah jalan. Baik yang berdarah-darah maupun yang tewas seketika.

Bayangan saya menjadi korban yang kurang beruntung itu, membuat saya lebih baik tidak mengambil risiko. Terserah orang mau bilang apa. Sekali lagi, saya cuma punya satu nyawa, bukan sembilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun