Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Kecil tentang Panbers

26 Oktober 2017   16:55 Diperbarui: 26 Oktober 2017   17:04 2294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: youtube.com

Saya mengenal grup Panbers berkat Ibu saya. Kalau bukan karena dulu dia terus-terusan memutar lagu Panbers, saya mungkin telat mengenal grup yang sangat legend ini. Berbagai  judul album Panbers yang masih berbentuk kaset pita, sudah menjadi penghuni tetap laci Ibu saya bersama album-album lainnya. Mulai dari The Mercy's hingga album Sweet Memories Volume 1, 2, 3 dan seterusnya. Mulai dari album Rinto Harahap sampai The Everly Brothers.

Sebagai generasi yang menghabiskan masa anak-anak hingga remaja di tahun 90an, awalnya saya merasa bosan ketika Ibu saya terus-terusan memutar lagu Panbers. Maklum pada saat itu kan, berbagai macam lagu-lagu boyband dan girlband dari negara barat sana sedang sangat happening. Tapi lama kelamaan, akhirnya saya jadi suka lagu-lagu Panbers meski saya akui bahwa saya bukan termasuk penggemar fanatiknya. Dan baru beberapa lama kemudian, saya baru tahu bahwa Panbers adalah singkatan dari Pandjaitan Bersaudara, karena semua anggotanya bermarga Pandjaitan (Hans Pandjaitan, Doan Pandjaitan, Benny Pandjaitan dan Asido Pandjaitan).

Selain itu, karena lagu-lagu Panbers pulalah akhirnya saya diledek teman-teman saya, "casing doang modern, dalemnya jadul", begitu kata mereka waktu mereka mendengar saya ikut bernyanyi kecil ketika makan siang bersama Foodcourt salah satu pusat perbelanjaan menyanyikan lagu Panbers. Malu? Ya nggak lah. Justru saya merasa bangga, karena meski berasal dari generasi muda, saya kenal berbagai penyanyi yang terkenal sebelum tahun 90an, termasuk Panbers.

Bagi saya sendiri, lagu lawas lebih bagus dibandingkan lagu zaman now. Kenapa? Karena pemilihan liriknya puitis tapi tetap mudah diingat. Musiknya pun tidak terkesan 'ramai' dan berisik, sehingga enak untuk didengar berulang-ulang. Beda dengan lagu masa kini yang meskipun asyik, tetap akan jadi bosan juga kalau terus-terusan didengar. Karena pemilihan lirik dan nadanya itulah, lagu-lagu zaman dulu lebih enak untuk dinyanyikan. Mau itu karaokean ataupun hanya diiringi gitar, lagu-lagu semacam itu tetap asyik untuk dinyanyikan sendirian maupun ramai-ramai. Begitu pula dengan lagu-lagu Panbers.

Kebetulan juga, dulu teman-teman semasa saya kuliah banyak yang berdarah Batak. Dan karena Panbers juga sangat terkenal di kalangan perantauan Batak di Jakarta, mau tak mau saya makin sering mendengar lagu-lagu Panbers. Paling tidak, beberapa lagu fenomenal seperti "Terlambat Sudah", "Gereja Tua" dan "Cinta dan Permata" wajib untuk dinyanyikan sementara kami  menunggu mata kuliah dimulai, disusul nomor-nomor lagu lawas lainnya.

Panbers telah membuktikan bahwa lagu-lagu mereka betul-betul melegenda. Dikenal oleh seluruh masyarakat dari berbagai lapisan, wanita-pria, tua-muda, kaya-miskin,  semuanya pasti tahu. Dan bahkan hingga kini setelah sang vokalis Benny Pandjaitan meninggal dunia, saya yakin lagu-lagu mereka akan tetap dicintai, diperdengarkan dan dinyanyikan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Selamat jalan, Amangboru!

"One old song brings a thousand old memories"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun