Mohon tunggu...
irmanda nyoman
irmanda nyoman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita bagi Indonesia Lebih Baik

Menyampaikan aspirasi dan gagasan demi kebaikan setiap wanita dan kaum marjinal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Warisan Founding Father Bung Karno untuk Kita Hari Ini

26 Agustus 2021   13:10 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:09 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumbe rfoto: beritasatu.com

Beberapa waktu lalu, Megawati Soekarnoputri kembali mendengungkan panggilan 'bung' untuk digunakan lagi di konteks keseharian kita. Fenomena yang sontak membuat saya teringat akan Bung Karno, sang pendiri bangsa.

Terkadang saya membayangkan, apa yang jadi komentar atau kritik beliau untuk bangsa ini, seandainya ia masih ada di tengah-tengah kita hari ini. Bung Karno memang telah wafat lama, namun kita bersyukur, nafas kebangsaan yang ia wariskan masih eksis di Indonesia hari ini. Tidak, saya tidak sedang bicara mengenai warisan Bung Karno berupa karya seni, bangunan, atau monumennya saja - melainkan warisan yang tidak kasat mata: Nilai-nilai kebangsaan.

Membaca mengenai beliau dan mendengar tentang kiprahnya dari orang tua di rumah, saya selalu mengingatkan betapa pesan persatuan bangsa selalu ia ulang, dari awal masa kepemimpinannya, hingga menjelang tutup usia. 

Bahkan di salah satu pidatonya, ia pernah dengan gaya bahasa yang unik, menegaskan pada para pejabat negara yang hadir di hadapannya kala itu, "He, bangsa Indonesia, jangan gontok- gontokan! Mana ada bangsa yang bisa bertahan jika terpecah-belah di dalamnya," kata Bung Karno.

Ia tak pernah letih mengingatkan Bangsa Indonesia yang masih sangat muda kala itu, agar keragaman dihargai sebagai modal persatuan. Mengingat beliau sendiri pun lahir di tengah keluarga yang beragam budaya dan kepercayaannya - sang ayah adalah guru dari Pulau Jawa, sementara ibundanya adalah seorang bangsawan Bali. Keragaman budaya telah menjadi nilai yang terjalin indah di hidup beliau sejak usia dini - dan hingga masa menjelang akhir kepemimpinannya, kita tahu bahwa penekanan beliau akan bhinneka tunggal ika bukan narasi kosong.

Satu hal yang tidak banyak orang tahu, menjelang akhir masa kepresidenannya, ia berkolaborasi dengan istrinya, Hartini, membukukan kekayaan kuliner Nusantara di sebuah buku Mustika Rasa. Dengan mengumpulkan  pamong praja tiap desa, ahli kuliner, sampai ahli gizi, hari ini kita memiliki buku setebal lebih dari 1.000 halaman yang berhasil memetakan keragaman kuliner Nusantara dengan menakjubkan. 

"Tugas Soekarno setelah merdeka adalah mengampanyekan kesatuan dalam kebhinekaan. Salah satunya dengan makanan. Kita punya banyak kekayaan makanan tetapi tak pernah didokumentasikan secara nasional," kata JJ Rizal, ahli sejarah yang mencetuskan buku Mustika Rasa agar dirilis kembali pada tahun 2016.

Lalu, di saat bangsa kita menghadapi berbagai tantangan demokrasi, tak heran jika masyarakat berandai-andai: Siapa sosok pengawal ideologi persatuan bangsa ini ke depannya? Tepat sekali beberapa waktu lalu, cucu sang proklamator sendiri, Puan Maharani, mendapatkan kesempatan membacakan teks naskah proklamasi di Upacara HUT RI ke-76. Konon inilah kali pertama, keturunan langsung dari Bung Karno mendapatkan kesempatan tersebut.

Kurang lebih berselang beberapa hari, Puan Maharani tampil secara daring memberikan sambutan di Upacara Wisuda Periode I Tahun Akademik 2021/2022

Universitas Sam Ratulangi, Manado. Dalam pidato yang ia sampaikan, tampak jelas nafas ideologis dari sang kakek yang terinternalisasi dalam dirinya pula. "Di dalam hati kita, harus tetap bergelora semangat persatuan bangsa; karena dengan bersatu maka bangsa kita yang sangat bhineka ini bisa menjadi kuat," tegasnya. "Ingat bahwa bangsa kita adalah bangsa yang beragam, bangsa yang bhineka. Kita memiliki 270 juta penduduk, terbesar ke-empat di dunia. Dan begitu banyak suku bangsa di Indonesia, kebudayaan-kebudayaan daerah yang menjadi akar penguat kekayaan kebudayaan Nasional."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun