Mohon tunggu...
Irhas Badruzaman
Irhas Badruzaman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa ilmu komunikasi universitas islam negri sunan kalijaga yogyakarta. menulis karena kegelsahan problematika sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tawuran: Gaul Siswa Gaya Lama

25 September 2012   02:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Belum selesai dengan permasalahan-permasalahan keamanan Negara yang sangat membuat khawatir dan perasaan tidak nyaman menyusul banyaknya orang-orang yang tidak terduga ternyata dibawa oleh densus88 seperti kejadian baru-baru ini di solo jawa tengah. Baru-baru ini permasalahan lama muncul kembali dengan ancaman yang lebih serius, dunia pendidikan kembali tercoreng dengan adanya tawuran yang merenggut korban jiwa di daerah kebayoran baru Jakarta selatan, yang memang kawasan ini sering sekali dipakai untuk tawuran antar pelajar, bahkan prosentasenya lebih tinggi dari narkoba yang dibandrol sebagai ancaman utama kaum pelajar.

Pendidikan di Indonesia seolah tak pernah sepi dari PR dan keharusan yang harus diselesaikan, pendidikan yang merata seolah tak pernah di dapat dan terlaksana mengingat masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan yang merata, ditambah lagi kekerasan yang seolah tak pernah absen meliputi dan membayang bayangi dunia penddikan di tanah pertiwi ini, dari mulai kekerasan guru terhadap murid yang sangat membuat khawatir para orang tua dan memberikan pukulan berat bagi pemerintah, kekerasan antar siswa baik yang dilakukan di sekolah maupun yang di luar sekolah dan bahkan kekerasan antar sekolah yang sering diikenal dengan istilah tawuran.

Tawuran di Indonesia sepertinya sudah sangat menjamur dan sulit dihilangkan, seolah sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya para siswa, tawuran sudah merebah ke berbagai lapisan, dari yang lingkupnya kecil sseperti para antar siswa, sampai tawuran yang cukup serius yakni tawuran antar desa yang masih sering kita temui di negri ini.

Motif dari tawuranpun memiliki perubahan dari masa ke masa. Dulu, tawuran hanya dilakukan incidental saja, artinya tawuran itu terjadi tiba-tiba dikarenakan adanya ancaman atau salah satu dari anggota mereka yang mendapat ancaman atau diberi kekerasan dari geng lainnya. Namun sekarang tawuran tidak hanya incidental, tapi juga sudah menjadi ajang gaul-gaulan, anak yang tidak mempunyai geng biasanya dinilai oleh teman-temannya sebagai anak yang tidak gaul, sedangkan bila sudah terjun dan bergabung dalam geng tersebut sangat sulit untuk tidak mengikuti kegiatan dan aksi-aksi yang ada, seperti jalan bersama, bolos sekolah bersama, termasuk tawuran tersebut, ada solideritas yang salah yang mereka artikan benar dalam persepsi mereka.

Banyaknya tawuran yang terjadi membuat jiwa pikologis dan sifat para siswa terganggu, pengaruh tersebut memberikan watak yang buruk, membuat kekerasan sepertinya sudah menjadi biasa dan lumrah, istilah main pukul dan main kroyok seolah bukan kekerasan hanya main-main saja, padahal kekerasan adalah ancaman serius bagi para anak-anak dan juga para pelajar yang ada di Indonesia.

Tawuran seharusnya bisa diatasi dengan mudah bila adanya kordinasi antara para orang tua dan pihak sekolah, juga pihak keamanan setempat. Tawuran marak di kota kota besar yang mana para orang tua cenderung tidak punya waktu untuk mengurus anak-anaknya, alhasil banyak anak-anak yang bosan berada di rumah dan mencari kesenangan di luar rumah tanpa ada pengawasan dari para orang tua. Coba saja setiap orang tua punya sedikit saja waktu untuk memberi pengarahan atau sekedar menanyakan aktifitas hari ini, pastinya tidak banyak anak yang terlepas dari pandangan orang tua. Selain orang tua, pihak sekolah juga punya kewajiban tersendiri untuk selalu memberikan wawasan tentang bahayanya tawuran dan bukan ajang untuk kreatifitas, pemberian ekstrakulikuler bisa memberikan kesibukan tersendiri bagi siswa agar tidak punya waktu untuk berbuat atau melakukan kegiatan di luar pengawasan pihak sekolah. Selanjutnya pihak yang juga harus ikut dalam penanganan kasus ini adalah pemerintah yang mana, pihak keamanan pemerintah khususnya harus bisa waspada mengawasi kawasan-kawasan berkumpul anak-anak sekolah yang biasanya digunakan untuk sekedar berkumpul melakukan hal-hal kecil atau untuk tawuran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun