Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Saya, Kosmetik, dan Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   13:24 Diperbarui: 24 Oktober 2021   13:26 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ron Lach dari Pexels 

Jumlah gas-gas di atmosfer ini meningkat tajam sejak revolusi industri dan berada di tahap yang mengkhawatirkan. Bahan bakar fosil, kerusakan hutan, peternakan, pertanian, dan sampah berkontribusi dalam meningkatnya gas rumah kaca. Mungkin banyak yang berpikir jika naiknya suhu bumi tak berpengaruh banyak ke kehidupan manusia. Faktanya pemikiran tersebut keliru. 

Naiknya jumlah gas rumah kaca di atmosfer mengacaukan keseimbangan yang ada sehingga, peran atmosfer dalam pengendalian iklim terganggu dan membuat terjadinya perubahan iklim. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan laut juga akan menghangat. Efeknya adalah akan menaikkan tinggi permukaan laut. 

Naiknya tinggi permukaan laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau lainnya. Naiknya suhu pada permukaan bumi akan mengakibatkan terganggunya ekosistem dan mekanisme biota di bumi. Manusia akan rentan terkena penyakit di suhu bumi yang lebih panas. 

Tanpa disadari sebenarnya setiap perbuatan kita berpeluang menghasilkan emisi, salah satunya kebiasaan tidak bijak menggunakan kosmetik. Umumnya kosmetik identik dengan perempuan namun, apa hubungannya kosmetik dengan meningkatnya jumlah gas di atmosfer?

Hubungan gas rumah kaca dengan kosmetik. 

Kosmetik, gambar oleh Jessica Myers dari Pixabay.
Kosmetik, gambar oleh Jessica Myers dari Pixabay.


Kosmetik secara umum terbagi dua, kosmetik dekoratif dan perawatan kulit. Di tengah pandemi, penggunaan kosmetik perawatan kulit meningkat, berbanding terbalik dengan kosmetik dekoratif yang cenderung turun. Hal ini disebabkan karena banyaknya aktivitas yang dilakukan di rumah saja. 

Tren produk perawatan kulit juga meningkat karena terpengaruh dengan adanya 10 steps Korean skincare. Kulit wanita negeri ginseng yang mulus mendorong banyak perempuan Indonesia untuk mencoba steps ini. Meskipun tidak semua perempuan menggunakan metode ini namun, setidaknya satu orang perempuan pasti memiliki lebih sepuluh produk kosmetik. 

Kebanyakan dari produk tersebut tak semua digunakan dan banyak yang berakhir di tempat sampah. Produk kosmetik menggunakan plastik yang butuh ratusan tahun untuk terurai dan pastinya mencemari lingkungan.  

Adanya microbeads dalam produk perawatan kulit juga mencemari lingkungan terutama laut. Microbeads ditemukan di body scrub atau produk kosmetik lainnya yang bermanfaat untuk mengangkat sel kulit mati. Microbeads sendiri adalah butiran-butiran halus yang terbuat dari plastik dan berpotensi besar mencemari laut. Jika laut sudah tercemar akan sulit menyerap emisi gas rumah kaca bukan ?

Produk masker sekali pakai (sheetmask) juga turut berperan dalam kerusakan laut. Produk ini hanya digunakan sekali pakai dan berakhir pada tempat sampah. Banyak produk kosmetik juga mengandung minyak sawit. Minyak sawit sendiri adalah penyebab terbesar dari kerusakan hutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun