Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Sulitnya Menjadi Seorang Entrepreneur di Negeri Ini

26 Juni 2021   22:13 Diperbarui: 26 Juni 2021   22:47 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Anthony Shkraba dari Pexels

Tadi sore saya melihat berita yang mengatakan bahwa Aceh adalah salah satu provinsi yang bergantung pada dana pemerintah pusat. Sejujurnya saya malu dengan data tersebut namun, saya paham mengapa Aceh sangat bergantung pada dana pemerintah pusat. 

Stigma Bekerja bagi Masyarakat dan Sulitnya Menjadi Pengusaha.

Sejujurnya saya bukan tipe orang yang suka bekerja 9-5. Saya sedang berproses membangun mimpi. Tentunya saya punya pekerjaan sampingan disamping bisnis tadi. 

Saya tidak mempermasalahkan orang yang bekerja kantoran. Bagi saya setiap orang memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Jika memang pekerjaan kantoran membuat kita senang dan bertumbuh, mengapa tidak? 

Sayangnya di dalam masyarakat pekerjaan yang dianggap hanyalah mereka yang bekerja dari jam 9 sampe jam 5. Orang-orang yang bekerja dari jauh saja banyak yang tak dianggap. Begitu pula dengan pengusaha yang sedang merintis bisnis.

Banyak orang yang meremehkan seseorang yang memutuskan menjadi pengusaha. Terlebih jika pengusaha tersebut harus mengalami kegagalan terlebih dahulu. Padahal kegagalan adalah proses yang harus dilewati. Sayangnya tak semua orang paham dengan proses. 

Di awal ketika memutuskan untuk menjadi pengusaha tentu saja tak memiliki banyak uang. Hal ini yang membuat orang sering berpikir bahwa pengusaha tak bisa menghasilkan uang banyak. Faktanya pengusaha bisa menghasilkan uang banyak namun,tidak instan. Kalau tidak percaya lihat saja deretan orang terkaya di Indonesia. Rata-rata mereka adalah pengusaha. 

Teman saya punya pengalaman yang tidak menyenangkan saat baru merintis bisnis. Setiap sanak saudara yang bertanya dia akan menjelaskan baik-baik alasan resign dari kantor dan ingin memulai usaha. Bukannya mendukung dan memberi arahan, kebanyakan dari mereka akan memarahi. 

Selain itu, teman saya juga disuruh mencari pekerjaan yang pasti saja. Tentu saja teman saya tidak mau. Untungnya ia memiliki mental yang kuat dan sifat kerja keras, sehingga ia bisa sukses seperti sekarang. 

Bagi kebanyakan orang Indonesia dianggap bekerja jika pergi jam 9 dan pulang jam 5. Selain itu, bekerja dianggap memiliki gaji yang pasti. Tentu saja rutinitas ini berbeda dengan pengusaha. Banyaknya orang yang meremehkan terkadang membuat banyak orang mundur untuk menjadi pengusaha.

Sumber Daya Alam yang Melimpah dan Kurang Dimanfaatkan.

Saat membaca berita tentang Aceh yang masuk dalam provinsi yang bergantung dana pada pemerintah pusat, saya langsung terbayang sumber daya alam yang melimpah. 

Sayangnya banyak generasi muda yang terlihat apatis dan tak tertarik mengolahnya. Padahal kunci mandirinya suatu negeri adalah banyaknya pengusaha yang mampu memanfaatkan sumber daya alam. Jika bukan kita siapa lagi yang mau mengolah sumber daya alam? Tentu kita tak rela orang asing mengolahnya. 

Ada banyak cara mengolah sumber daya alam dengan ilmu yang telah diperoleh. Sayangnya sumber daya alam di negeri ini baru termanfaatkan dengan baik jika ada tren dari negeri luar. Contohnya saat tren Aloe Vera gel viral di Indonesia. 

Semenjak viralnya gel lidah buaya tersebut banyak perusahaan lokal yang memanfaatkan lidah buaya dan mengolahnya menjadi gel. Padahal bukankah lidah buaya adalah salah satu aset dari sumber daya alam yang melimpah? 

Saya berharap kedepannya akan banyak generasi muda yang terjun menjadi seorang pengusaha dan mengolah sumber daya alam yang ada. Tentu negeri ini bisa maju dan angka kemiskinan akan turun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun