Mohon tunggu...
ISTW
ISTW Mohon Tunggu... -

I'm nothing but yeah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Edensor" Karya Andrea Hirata; Tentang Mimpi, Persaudaraan, dan Cinta

22 Februari 2018   18:50 Diperbarui: 22 Februari 2018   19:02 2777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kembali dengan seorang penulis terkenal dengan karya terkenal yang sudah mendunia, "Laskar Pelangi"Andrea Hirata. Novel Edensor merupakan seri ketiga dari tetralogi "Laskar Pelangi". Novel ini menceritakan tentang kelanjutan perjuangan Andrea dan sepupu jauhnya, Arai, dalam telah mewujudkan cita-cita mereka untuk bersekolah di Sorbonne, Paris. Selain menceritakan tentang perjuangan mereka untuk menembus beasiswa di Paris dan bagaimana keseharian mereka saat bersekolah di Sorbonne, novel ini juga menceritakan tentang petualangan Andrea dan Arai saat mereka harus mengelilingi Eropa dan Afrika untuk menyelesaikan sebuah taruhan. Dalam perjalanan, mereka harus menghidupi diri dengan menjadi seniman jalanan. Hal terakhir yang juga patut disoroti dalam novel ini adalah perjuangan Andrea mencari keberadaan A Ling, cinta pertamanya.

Novel Edensor terbagi atas lima "Mozaik". Masing-masing dari mozaik tersebut mengandung segmen-segmen dari cerita dan isinya masih saling berhubungan satu sama lain. Mozaik pertama menceritakan tentang suasana masa kecil Andrea, dimana mulanya menceritakan tentang Weh, sahabat masa kecil orang tuanya. Weh bukan merupakan tokoh yang sering muncul, namun keberadaanya pada awal cerita cukup berpengaruh kepada petualangan Andrea dan Arai nantinya. Weh adalah sosok laki-laki yang nampak kuat, seram, dan suka membentak, namun sebenarnya beliau memiliki beberapa sisi yang rapuh. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut :

"Foto kuno itu sudah buram. Weh seorang pemuda yang gagah. la bergaya, berdiri condong menumpukan tubuh kekarnya di atas pemukul kasti. Namun, sesuatu yang menyayat tersembunyi dalam matanya. Seringainya hambar, jauh, dan kesakitan." (hal 2)

Selain dari kutipan tersebut, ada juga beberapa kejadian dimana Andrea mengungkap sisi rapuh Weh lewat lagu yang beliau dengarkan ketika Andrea secara tidak sengaja lewat di dekat perahunya dan beliau memutar lagu berjudul "Kasih tak Sampai", lewat kata-kata dramatis yang beliau ucapkan saat mereka berlayar, hingga sebuah penyakit nista dengan kejam merenggut hidup dan kehidupanya, seperti pada kutipan berikut :

"Semula ia baik-baik saja, bahkan tempatnya terhormat di kelas. Sampai penyakit nista merampok hidupnya. Ia kena burut. ... Hidup Weh disita malu. Semangat pemuda penuh harapan itu tumbang. la keluar dari Technisce School, mengasingkan diri, meninggalkan tunangannya. Weh menjadi nelayan, tinggal di perahu." (hal 2)

Weh adalah seseorang yang sangat dihormati oleh Andrea. Weh adalah seseorang yang memberitahunya bahwa langit adalah sebuah kitab tak terbatas yang mengandung petunjuk-petunjuk  mengenai arah mata angin dan musim melalui hubungan diantara bintang-bintang.

Masih berada pada Mozaik pertama, setelah menceritakan tentang Weh, alur dari novel ini akan mundur kembali ke waktu dan tempat Andrea dilahirkan. Latar tempat berada di rumah Andrea, dengan suasana sekitar sedang hujan deras dan petir meyambar-nyambar. Saat itu, Ibu Andrea yang sangat ingin memiliki anak perempuan pada akhirnya melahirkan anak laki-laki yang berkening luas dan diberi nama Aqil Barraq Badruddin, yang dimana menjadi nama pertama dari Andrea. Simak kutipan berikut :

"Peran serta Badruddin atau purnama agama tak lain adalah karena nama lelaki Melayu selalu berakhiran Din. Dalam terjemahan yang paling bebas, makna namaku itu kurang lebih Anak soleh berjidat mengilap yang tidak akan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal dalam hidupnya." (hal 17)

Namun sayang, nama pertama yang diberikan oleh ayah Andrea ternyata dicerca oleh tetangga sekitar, mengetahui bagaimana sikap Andrea yang bandel. Namanya lantas diganti menjadi Wadudh. Hal ini juka berkaitan dengan latar belakang sang penulis, yang memang benar-benar telah mengganti nama sebanyak tujuh kali dengan alasan nama-nama sebelumnya terlalu berat, ditambah dengan cercaan tetangga yang mengatakan bahwa nama tersebut tidak cocok dipakai olehnya. Nama terakhir yang didapat oleh Andrea adalah namanya saat ini, yaitu Andrea Hirata.

Masih bagian dari mozaik pertama, bagian selanjutnya menceritakan tentang kebersamaan Andrea dan sepupu jauhya, Arai. Arai adalah sepupu jauh Andrea yang memiliki sifat pekerja keras, semangat, dan pantang menyerah. Pernah suatu hari Arai dan Andrea harus berjalan jauh di bawah terik panas matahari dan tanpa alas kaki. Arai menggendong Andrea meski kakinya sudah kelelahan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :

"la membopongku. Kami melangkah terseret-seret. Aku tak mampu bertahan. Kembali melewati danau, aku mendesak ingin minum. "Jangan," sergah Arai. "Jangan, Tonto, jangan menyerah." (hal 41)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun