Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Turki dan Upaya Kerasnya Demi Lolos ke Piala Dunia 2022

26 Maret 2021   20:04 Diperbarui: 28 Maret 2021   07:30 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burak Yilmaz (kiri) melakukan selebrasi usai cetak gol ke gawang Belanda di laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa, 25 Maret lalu. | Foto: fanatik.com.tr

Turki memulai perburuan tiket ke Piala Dunia Qatar 2022 dengan hasil manis. Menjamu lawan kuat, Belanda dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Olimpiade Ataturk, Burak Yilmaz dan kolega berhasil memetik 3 poin pertama.

Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa resmi dimulai dinihari kemarin (25/3). Hasil drawing menempatkan tim nasional Turki tergabung di grup G bersama Belanda, Norwegia, Montenegro, Latvia, dan Gibraltar.

Menghadapi Belanda di laga pertama kualifikasi Piala Dunia 2022, Turki bermain apik di kandangnya. Kejutan mereka ciptakan kala sukses melumat habis Belanda dengan skor 4-2. Pahlawan dalam laga tersebut adalah striker sekaligus kapten tim, Burak Yilmaz yang berhasil mengemas 3 gol alis trigol.

Selain diwarnai 3 gol Burak Yilmaz, kemenangan Turki makin indah dengan lesatan gol jarak jauh Hakan Calhanoglu. Hakan juga main apik malam itu dengan tambahan 1 asis yang ia buat di awal laga. 

Turki juga menutup pertandingan dengan aksi heroik kiper Ugurcan Cakir yang sukses menangkap eksekusi penalti Memphis Depay tepat sebelum peluit panjang dibunyikan.

Kemenangan 4-2 atas Belanda menjadi pembukaan manis Turki di kualifikasi Piala Dunia 2022. The Crescent-Stars terlihat prima dan meyakinkan. Maklum, Turki sedang berupaya keras lolos ke Piala Dunia ketiganya.

Terakhir kali Turki lolos ke Piala Dunia terjadi di tahun 2002. Kala itu mereka bikin kejutan dengan melaju hingga babak semifinal dan finish sebagai juara ketiga. Aktor mereka saat itu adalah Rustu Recber yang tampil impresif di bawah mistar gawang dan Hakan Sas yang masuk 11 terbaik turnamen.

Sepertinya, kiprah Turki di Piala Dunia 2002 itu jadi inspirasi sekaligus hendak ditiru oleh timnas Turki yang sekarang. Pasalnya, sejak tahun 2019 lalu, Federasi Sepak Bola Turki (TFF) resmi menunjuk kembali Senol Gunes sebagai pelatih tim nasional.

Senol Gunes bukanlah sosok asing di Turki. Dia adalah pelatih lokal dengan segudang pengalaman dan prestasi. Pernah membawa Trabzonspor dan Besiktas meraih trofi domestik, Senol pula yang membawa Turki dulu finish di posisi ketiga Piala Dunia 2002.

Secara kualitas pemain, komposisi timnas Turki yang sekarang punya kesempatan besar untuk lolos lagi ke ajang Piala Dunia. Senol Gunes juga sosok yang tepat dengan kemampuan dan kejeliannya memadukan pemain senior dan muda di timnas Turki.

Lolos ke Piala Dunia 2022 adalah hal wajib bagi Turki. Mentas lagi di ajang empat tahunan itu akan mengembalikan muruah sepak bola Turki yang lama tenggelam. Sejak juara 3 Piala Dunia 2002, sepak bola Turki di kancah internasional mengalami penurunan secara bertahap.

Selain lama tak lolos ke Piala Dunia, Turki juga punya catatan unik di turnamen Internasional. Usai juara 3 Piala Dunia 2002, Turki tak lolos ke Euro 2004 dan Piala Dunia 2006. Setelah itu, Turki selalu gagal lolos ke Piala Dunia usai mentas di Piala Eropa.   

Peristiwa itu terjadi dalam 2 kesempatan. Usai jadi semifinalis Euro 2008, Turki gagal lolos ke Piala Dunia 2010. Lalu, usai kandas di babak grup Euro 2016, mereka kembali gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Puncaknya, Turki juga gagal naik kelas di UEFA Nations League 2018/2019.

Rentetan hasil itulah yang membuat federasi mantap menunjuk kembali Senol Gunes. Lewat perpaduan pemain senior dan muda yang sudah disinggung di awal, Turki memetik hasil bagus di UEFA Nations League 2020/2021 dan memastikan tempat di Euro 2020 yang rencananya digelar pertengahan tahun ini.

Di bawah komando Gunes, Turki tak lagi menaruh seluruh beban ke pundak para pemain senior. Bisa dibilang kalau timnas Turki di periode kedua Gunes terlihat segar dan potensial. Walau tak lagi sama seperti dulu, tetapi mereka masih menggunakan cara lama untuk mengisi amunisi timnasnya.

Komposisi timnas Turki sekarang terdiri dari 2 inti. Pertama, pemain lokal Turki yang tengah naik daun dan tampil impresif bersama klub, tak peduli umurnya. Kedua, pemain berdarah Turki yang lahir di luar Turki dan bersedia membela tim nasional.

Daftar pemain timnas Turki untuk laga kualifikasi piala dunia 2022 menghadapi Belanda, Norwegia, dan Montenegro (klik gambar untuk memperbesar). | Foto: Twitter @MilliTakimlar
Daftar pemain timnas Turki untuk laga kualifikasi piala dunia 2022 menghadapi Belanda, Norwegia, dan Montenegro (klik gambar untuk memperbesar). | Foto: Twitter @MilliTakimlar
Ozan Kabak (20 tahun), Caglar Soguncu (24 tahun), Yusuf Yazici (24 tahun), dan Burak Yilmaz (35 tahun) adalah contoh kasus pertama. Mereka adalah pemain muda dan senior yang tengah tampil bagus bersama klubnya. Usia bukan masalah bagi Gunes. Buktinya, Yilmaz yang sudah 35 tahun masih dipakai asalkan tetap mampu tampil prima.

Untuk memperkuat tim nasionalnya, Turki sudah lama menggunakan pemain keturunan. Budaya itu masih berlanjut hingga sekarang. Dari daftar pemain yang dipanggil bulan ini, ada Hakan Calhanoglu, Kaan Ayhan, Kenan Karaman, Mert Muldur, Orkun Kokcu, dan Cenk Tosun yang memenuhi kriteria itu.

Hakan, Ayhan, Karaman, dan Tosun adalah pemain berdarah Turki yang lahir di Jerman. Mert Muldur lahir di Austria, dan Orkun Kokcu berasal dari Belanda. Kokcu dan Ayhan bahkan lebih dulu membela timnas muda negara kelahirannya sebelum memutuskan membela timnas senior Turki. Cara seperti ini sudah lama dipakai Turki dan sepertinya bakal langgeng karena memang banyak imigran Turki yang tersebar hampir di seluruh Eropa.

Sebetulnya, Indonesia punya kemiripan dengan Turki. Oleh karenanya, kita bisa mencontoh mereka. Soal banyaknya pemain keturunan di luar negeri, kita juga punya. Banyak malahan dan mayoritas berasal dari Belanda. Sementara itu, pasokan bakat sepak bola Turki kebanyakan berasal dari imigran di Jerman. Bedanya, Turki memanfaatkan dengan baik para 'keturunannya', sementara Indonesia justru melakukan naturalisasi untuk memenuhi kuota pemain asing di liga.

Soal suporter, Indonesia dan Turki juga mirip. Keduanya dikenal sebagai negara sepak bola. Suporter kedua negara dikenal sebagai salah satu suporter paling fanatik di dunia. Mungkin hanya Argentina yang ada di atasnya.

Suporter Galatasaray, peserta Liga Turki bahkan pernah mencetak rekor sebagai suporter paling berisik di stadion. Selain fanatismenya, suporter Indonesia dan Turki juga dijamin bersatu saat mendukung timnas meski berasal dari banyak kelompok suporter. Baik Indonesia dan Turki juga punya kebanggan khusus dengan timnasnya. 

Akan tetapi, ada satu hal yang perlu kita jadikan pelajaran. Terkadang, fanatisme itu merugikan dan hal itulah yang dialami Turki selama beberapa tahun terakhir. Suporter mereka banyak maunya, sepak bola kadang dipolitisasi, ditambah media yang menekan, dan klub lokal yang maunya dapat prestasi instan. Secara garis besar, Turki selama beberapa tahun ini terlalu nyaman di rumahnya sendiri.

Imbasnya, banyak pemain muda Turki yang memilih hengkang ke klub di luar Turki demi dapat menit bermain. Ya, selama beberapa tahun ini, Liga Super Turki tidak ramah pemain muda. Kesempatan bermainnya minim akibat klub yang merekrut pemain asing tua hanya demi gelar domestik.

Dampaknya tak selalu buruk. Kenyataannya, mereka yang keluar Turki di usia muda justru berkembang pesat di sana. Caglar Soyuncu (Leicester City), Ozan Kabak (Liverpool), Merih Demiral (Juventus), dan Enes Unal (Getafe) adalah contohnya. Mereka bahkan nyaris belum merasakan mentas di kompetisi lokal. Namun, hal itu juga yang bikin prestasi klub Turki di Eropa nyaris selalu buruk, karena pemain berbakatnya "ditendang" secara halus ke klub Eropa lain. 

Akan tetapi, budaya itu mulai memudar. Senol Gunes adalah salah satu aktor di balik itu. Dengan memberi kesempatan bermain bagi pemain lokal potensial di timnas senior, Gunes juga membukakan pintu bagi mereka untuk lebih banyak mendapatat menit bermain di klubnya.

Lalu, hasilnya adalah timnas Turki yang sukses mengalahkan Belanda dengan skor yang meyakinkan kemarin. Memakai formasi yang tak lazim, 4-1-4-1, skema tersebut nyatanya terbukti efektif meredam permainan ofensif 4-2-3-1 milik Belanda. Turki tak banyak menguasai bola, tapi serangannya efektif dan dengan formasi tersebut, pertahanan mereka jadi lebih sulit ditembus.  

Selebrasi pemain Turki dalam laga kualifikasi piala dunia versus Belanda. | Foto: Twitter @MilliTakimlar
Selebrasi pemain Turki dalam laga kualifikasi piala dunia versus Belanda. | Foto: Twitter @MilliTakimlar
Memang, timnas Turki yang sekarang tak semewah dulu saat ada Hakan Sukur, Rustu Recber, duo Altintop bersaudara, Nihat Kahveci, Tuncay Sanli, atau era saat Arda Turan main. Timnas Turki yang sekarang banyak berisi nama yang masih asing di telinga kita. Maklum, mereka masih muda, belum banyak aksi di kancah eropa, tetapi potensi mereka besar dan patut dinanti kiprahnya.

Inilah cara Turki merajut mimpinya untuk lolos ke Piala Dunia 2022. Sebuah mimpi yang kini tak sekadar dikejar, tapi direncanakan dan dieksekusi dengan matang. Jalan mereka masih panjang. Kualifikasi Piala Dunia zona Eropa baru saja dimulai.

Tantangan Turki untuk lolos juga tak mudah. Masih ada 9 laga di babak kualifikasi yang harus mereka libas. Lawan berat selain Belanda ada Norwegia dengan generasi emasnya dan Montenegro yang siap memberi kejutan.

Semoga Turki bisa memetik hasil manis di Kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 zona Eropa. Semoga mereka juga tak mengulang kesalahan yang sama. Tampil di Euro, kemudian gagal lolos ke Piala Dunia. Semoga saja tidak.

Sekian. 

@IrfanPras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun