Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apa yang Bisa Dinikmati dari Format Baru Liga Champions 2020?

14 Agustus 2020   11:59 Diperbarui: 14 Agustus 2020   12:32 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain dan staf pelatih RB Leipzig merayakan kemenangan timnya atas Atletico Madrid dinihari tadi sekaligus memastikan lolos ke babak semifinal Liga Champions. | foto: Julian Finney/UEFA/Getty Images via theguardian.com

UEFA mengubah format fase gugur Liga Champions musim ini. Keputusan ini dibuat akibat dampak pandemi virus corona di Eropa.

Biasanya, Liga Champions akan menggelar laga 2 leg di fase gugur, tiap tim akan bergantian menjadi tuan rumah. Namun, musim ini tradisi itu tak akan terjadi.

Sebelum ditangguhkan pada 13 Maret 2020, Liga Champions tengah memasuki babak 16 besar dan sudah ada 4 tim yang telah menyelesaikan pertandingan leg kedua. Karena format baru Liga Champions 2020 baru berlaku di babak perempat final, maka 4 laga leg 2 di babak 16 besar tetap digelar terlebih dahulu.

8 tim akhirnya lolos ke babak perempat final, yaitu Atletico Madrid, RB Leipzig, Atalanta, PSG, Lyon, Real Madrid, Barcelona, dan Manchester City. Kedelapan tim inilah yang bakal merasakan format "darurat" Liga Champions 2020.

Bagaimana format baru Liga Champions 2020?

UEFA secara resmi mengumumkan perubahan format baru untuk Liga Champions 2020 di laman resminya pada 3 Agustus lalu. Bagaimana format barunya? Simak infografis berikut.

format dan aturan baru Liga Champions 2020. | foto diolah oleh kompasiana.com/irfanpras
format dan aturan baru Liga Champions 2020. | foto diolah oleh kompasiana.com/irfanpras
UEFA juga merevisi aturan di Liga Champions musim ini. Aturan ini direvisi untuk alasan kesehatan dan kebugaran pemain, mengingat pandemi virus corona belum usai dan jadwal pertandingan yang mepet sehingga direvisi-lah aturan tersebut demi menjaga stamina pemain.

Mengapa kota Lisbon, Portugal dipilih? Sebelum itu, UEFA juga membuat perubahan format dan memberlakukan aturan yang sama untuk Liga Europa 2020. Jadi, format dan aturan di atas juga berlaku untuk Liga Europa, bedanya hanya venue-nya saja.

Liga Champions di Lisbon, Portugal. Sementara itu, Liga Europa akan digelar di 4 kota di Jerman. Alasannya, baik Portugal dan Jerman sudah terbukti memiliki penanganan virus corona yang cukup baik dan jumlah kasus positif COVID-19 disana cukup terkendali. Selain itu, fasilitas kesehatan dan venue pertandingan di sana sangat memadai.  

Btw, aturan baru ini sudah terbukti membantu tim dalam Liga Champions dan Liga Europa 2020. Kontestan bisa menyertakan kembali pemain yang baru sembuh dari cedera dan memasukkan pemain baru dari winter transfer, seperti Alexis Sanchez di Inter, Yannick Carrasco di Atletico dan Dani Olmo di Leipzig.

Dampak format baru Liga Champions 2020 dan Hal-hal yang bisa dinikmati dari format baru Liga Champions 2020

Lalu, apakah format baru ini akan memberi pengaruh kepada jalannya kompetisi Liga Champions musim ini? Tentu saja, iya sebab ada beberapa tradisi yang akan hilang. Apa saja?

Seperti yang telah disinggung oleh Kompasiner, David Abdullah, setidaknya ada 5 dampak perubahan format Liga Champions akibat hilangnya laga 2 leg, home and away.

Kelimanya adalah hilangnya "epic comeback", tensi tinggi pertandingan, berkurangnya jumlah gol, semua tim berpeluang juara, dan peluang munculnya juara baru. Selain lima hal ini, menurut saya, ada satu dampak lagi yaitu, hilangnya keuntungan agresivitas gol tandang.

Kita sepakat bahwa Liga Champions selalu memberi sajian drama "si kulit bundar" hingga akhir babak. Laga "epic comeback" seperti Barcelona vs PSG di 2017, Barcelona vs Roma di 2018, Spurs vs Ajax di 2019, Barcelona vs Liverpool di 2019, dan laga-laga "epic comeback" serupa mungkin saja tak akan terlihat lagi.

Namun, apa benar demikian? Mari kita analisis dari hasil Liga Champions hingga 14 Agustus ini.

Pertama, laga antara dua tim paling produktif di negaranya masing-masing, Atalanta vs PSG. Hasilnya, 2-1 untuk kemenangan PSG. Ternyata, PSG memenangkan pertandingan setelah tertinggal 1-0 terlebih dulu. Hebatnya, PSG membalikkan skor hanya dalam 3 menit saja.

Mengutip judul tulisan Bung Hadi Santoso, "Dongeng Atalanta di Liga Champions Berakhir Dalam 3 Menit", ternyata kita masih bisa menyaksikan drama serupa "epic comeback" walau hanya dalam 1 leg saja bukan? Dengan tensi pertandingan yang tinggi dan kesempatan yang hanya sekali membuat laga serupa "epic comeback" masih mungkin terjadi walau dengan "cita rasa" yang berbeda.

Kedua, laga dua tim beda strategi, RB Leipzig vs Atletico Madrid. Laga ini juga mempertemukan 2 tim beda pengalaman, Atletico sudah berpengalaman dengan kompetisi eropa seperti Liga Champions, sementara Leipzig masih "anak baru".

Ternyata, hasil akhirnya 2-1 untuk kemenangan si anak baru. Ternyata, pengalaman Atletico dan Diego Simeone tak ada apa-apanya dihadapan pasukan Julian Nagelsman. Maka benar bila dikatakan setiap tim punya peluang juara, akan ada juara baru itu mungkin saja.

Laga 1 leg juga menguntungkan Leipzig dan PSG. PSG punya kenangan buruk soal laga 2 leg, seperti kalah dari MU dan Barca setelah menang besar di leg 1. Begitupun Leipzig, mereka tim yang "nothing to lose", ngotot menang, apalagi lawannya Atletico yang punya pengalaman lebih dengan laga 2 leg.

Selain hasil laga, format baru dan revisi aturan Liga Champions 2020 ini juga memunculkan dampak terhadap jalannya laga. Ada 2 dampak yang sudah terasa di 2 laga perempat final Liga Champions. Apa saja?

Pemain Atalanta terlihat kelelahan dan lesu usai kalah dari PSG, kemarin. | foto: Twitter @ChampionsLeague
Pemain Atalanta terlihat kelelahan dan lesu usai kalah dari PSG, kemarin. | foto: Twitter @ChampionsLeague
Format baru ini secara tidak langsung menguji kejeniusan pelatih dan menguji kualitas skuat tiap kontestan. Sekali lagi, mari kita analisis dari laga Atalanta vs PSG dan Leipzig vs Atletico.

Pada laga Atalanta vs PSG kita ditunjukkan bagaimana kualitas dan kedalaman skuat dari juara Ligue 1 itu. Terlepas dari pengalamannya, PSG memang terlihat lebih menjanjikan daripada Atalanta.

Menurut saya, ada 2 sebab utama Atalanta kalah dari PSG. Pertama, kedalaman skuat. Dengan 5 pergantian pemain, PSG bisa memasukkan pemain pengganti yang fit dan punya kualitas tak jauh dari Starting XI-nya. Sementara pemain pengganti Atalanta tak punya kualitas mencukupi.

Kedua, kejelian pelatih dan mental pemain. Thomas Tuchel memang lebih muda dari Gasperini, tapi pengalamannya di Liga Champions lebih banyak. Dengan jeli Tuchel melakukan pergantian pemain di waktu yang tepat. Selain itu, dia juga jeli mengganti skema serangan PSG yang pasif menjadi agresif di babak kedua.

Sementara Gasperini justru memilih opsi bertahan. Sungguh opsi yang salah sebab Gasperini juga tak mengubah skema pertahanannya dan hanya mengandalkan kualitas individu pemainnya yang sudah kelelahan menjelang laga usai.

Sementara itu, di laga Leipzig vs Atletico kita juga melihat hal serupa. Walau Simeone punya pengalaman lebih banyak di Liga Champions, nyatanya taktiknya gagal menandingi Nagelsmann. Simeone dan Atletico dikenal dengan blok pertahanannya yang rapat dan permainan yang keras, tapi apa itu terjadi di laga dinihari tadi?

Statistik justru menunjukkan sebaliknya, Leipzig lebih spartan dan Atletico lebih lembek. Kualitas lini tengah Atletico juga kalah. Ditambah fakta bahwa semua pencetak gol Leipzig merupakan gelandang.

Statistik laga RB Leipzig vs Atletico Madrid diolah oleh kompasiana.com/irfanpras dari sofascore.com
Statistik laga RB Leipzig vs Atletico Madrid diolah oleh kompasiana.com/irfanpras dari sofascore.com
Perpaduan format baru dan aturan baru ternyata terbukti memberi dampak signifikan. Dengan jadwal mepet, cuma 12 hari hingga final, fase gugur berlangsung 1 leg, dan pergantian 5 pemain menjadi ujian bagi tiap kontestan.

Kebugaran pemain andalan tiap tim bakal terlihat disini. Jika apes, akibat jadwal mepet dan tensi tinggi bukan tak mungkin pemain rawan cedera atau minimal tidak fit di laga berikutnya. Disinilah nanti akan terlihat kualitas skuat masing-masing tim.

Tim yang punya kualitas merata baik di Starting XI dan bangku cadangan akan lebih unggul. Pelatih yang jeli dengan situasi pertandingan dan jeli melakukan pergantian pemain memiliki peluang menang lebih besar. Dan tim yang punya mental tangguh terlepas dari pengalamannya besar kemungkinan akan jadi juara.

Ternyata, ada yang masih bisa kita nikmati dari format baru Liga Champions 2020 ini kan?

Hanya butuh selamat di 3 laga untuk jadi juara Liga Champions 2020. Untuk sementara, PSG dan Leipzig tinggal butuh 2 kemenangan lagi untuk jadi juara. Lalu, siapa yang akan menyusul? Untuk jadwal lengkapnya sila simak bagan Liga Champions berikut ini. 

Bagan dan jadwal Liga Champions 2020. | foto: kompasian.com/irfanpras
Bagan dan jadwal Liga Champions 2020. | foto: kompasian.com/irfanpras
Selamat menikmati dampak format baru Liga Champions 2020. Hanya waktu yang bisa menunjukkan siapa juaranya. Sekian.

@IrfanPras.

***

Referensi: [1], [2], [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun