Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terancam Kudeta, Ada Apa dengan Juventus?

17 Juli 2020   17:57 Diperbarui: 17 Juli 2020   18:00 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristiano Ronaldo dan Gonzalo Higuain terlihat kecewa ketika menghadapi Sassuolo, kemarin (16/7). | foto: noticiasaominuto.com

Dengan Serie A yang masih menyisakan 5 pertandingan, apakah Juventus masih berpeluang menjadi juara? Jawabannya, masih. Walaupun "Sarriball" sudah mulai dianalisis lawan dan bek Juventus makin sering blunder, tetapi nyatanya Juve tak terdepak dari capolista walau hanya mendapat 2 poin di 3 laga terakhirnya.

Penyebabnya hanya satu. Walau Juve tengah inkonsisten, namun saingannya lebih inkonsisten. Seusai imbang dengan Sassuolo, Sarri tak menampik problem terbesar timnya adalah inkonsistensi dan menurunnya fisik serta mental pemainnya.

Akan tetapi, Lazio dan Inter yang menjadi pesaing utamanya musim ini malah gagal memanfaatkan situasi dengan bermain angin-anginan. Kalau sudah begini, maka Serie A tak ada bedanya dengan Bundesliga, semua akan Juventus pada waktunya.

Di sisa 5 pertandingan, Juve akan melawan Lazio (H), Udinese (A), Sampdoria (H), Cagliari  (A), dan Roma (H). Lawan terberat bisa dikatakan datang dari tim ibukota, Lazio dan AS Roma. Juventus akan melawan Lazio 20 Juli nanti. Jika Juve kalah, jarak mereka dengan peringkat kedua bisa hanya 3-4 poin saja.

Saat ini, Juve unggul 6 poin dari Inter di peringkat kedua, 7 poin dari Atalanta, dan 8 poin dari Lazio di peringkat 4. Keempat tim tersebut masih punya peluang menjadi juara. Akan tetapi, bila menilik dari performa di 3 pekan terakhir, maka sebetulnya kuncinya bukan ada pada Juventus, namun kepada para pesaingnya.

Nyatanya, Juve terpeleset 3 kali tapi masih saja di puncak klasemen. Tetapi, Juventus tak boleh lengah, hasil di 3 laga terakhir membuktikan bahwa taktik mereka sudah mulai terbaca. "Sarriball" yang diterpkan sudah terlihat tak efektif. Juventus memang masih bisa memenangi liga, namun bila permainan Juve terus seperti itu, hanya tinggal menunggu waktu runtuhnya dominasi Juve di Italia.

Hanya ada dua cara memperbaiki situasi ini. Pertama, beli pemain yang tepat dan sesuai dengan keinginan Sarri. Dalam hal ini, Juve telah menukar Arthur dengan Pjanic. Arthur mungkin saja diproyeksikan menjadi regista menggantikan Pjanic yang dinilai gagal.

Atau, Juventus bisa memilih opsi kedua, yaitu mendepak Sarri. Menurut pengamatan saya, opsi kedua ini banyak diamini juventini. Ada yang menyerukan agar Allegri kembali menjadi pelatih. Akan tetapi, menurut Mike McGrath, jurnalis The Telegraph, nama Mauricio Pochettino menjadi kandidat pelatih pengganti Sarri yang tengah dipertimbangkan dipecat di akhir musim.

Pilihan jelas ada di tangan manajemen Juventus. Yang jelas, posisi mereka saat ini sangat rawan dikudeta. Gelar Coppa sudah melayang, tentu Juve tak ingin scudetto juga lepas. Tapi mereka harus ingat, jika tak konsisten bukan tak mungkin Juve akan mengkahiri liga di bawah Lazio, Inter, atau Atalanta.

Jawabannya akan sama-sama kita ketahui di akhir musim nanti.

Sekian. Ciao!

@IrfanPras

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun