Aku berjalan kaki, membeli lauk dan makan siang lalu berkoordinasi dengan teman-teman asal Solo lainnya yang pulang naik kereta.
Puji Tuhan, akhirnya ada teman yang bersedia mengantarku ke stasiun terdekat. Bermodal nekat, kami naik motor ke Stasiun Maguwo dengan menyalakan lampu. Suasana kota bak kota mati. Hanya sedikit sekali motor dan kendaraan yang berlalu lalang sepanjang jalan.
Sesampainya di Maguwo, tentu aku masih harus berjibaku dengan abu lantaran kondisi stasiun yang terbuka tanpa penutup apapun.
Aku berdoa sembari menunggu kereta yang akan berhenti menjemputku. Pada pukul 18.00 WIB, kereta itu tiba dan aku pun berhasil melaju pulang ke Solo dengan selamat.
Sesampainya di Solo pada malam hari, keadaan tak jauh berbeda layaknya kota mati. Abu berhamburan ke mana-mana ketika mobil melaju di jalan raya. Dan satu-satunya lokasi untuk mencari makan yang buka di hari itu hanyalah restoran cepat saji di jalan Slamet Riyadi.Â
Aku dan keluargaku cepat-cepat masuk, membeli makan dan pulang sambil menunggu berita update letusan Gunung Kelud kala itu.
Sungguh, Valentine 2014 akan selalu terpatri di ingatanku. Momen di mana abu vulkanik menutupi seantero kota, mengubahnya menjadi lautan debu hingga penampakan langit yang merah membara, takkan bisa aku lupakan sampai hari ini...
Selamat Hari Valentine 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI