Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Sunyi," Kisah Pilu Arwah Korban Bullying yang Berakhir Tragis

23 April 2019   10:12 Diperbarui: 23 April 2019   10:38 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunyi (Sumber: Tribun Kaltim)

(Spoiler Alert!)

April 2019 menjadi bulan unjuk gigi bagi banyak film Hollywood dan Indonesia. Salah satunya ialah Sunyi. Berbeda dari film horor Indonesia lainnya, Sunyi merupakan hasil remake dari adaptasi Korea Selatan berjudul Whispering Corridors. Film lawas ini rilis di negeri ginseng tersebut pada tahun 1998 silam.

Whispering Corridors aka Yeogo Goedam 1998 (Sumber: Dramabeans)
Whispering Corridors aka Yeogo Goedam 1998 (Sumber: Dramabeans)

Kisah dimulai saat Alex Pranoto (Angga Yunanda) yang baru masuk ke SMA Abdi Bangsa berkisah kepada ibunya tentang kisah masa kelam sekolah barunya tersebut. Alex bercerita bahwa ada rumor soal tiga siswi SMA itu yang meninggal dunia karena dibully. Alex kemudian mengikuti masa orientasi siswa baru bersama dengan tiga seniornya yang menjadikan dirinya sebagai budak. Budak merupakan suruhan sehingga Alex serta semua murid kelas satu harus mengikuti semua permintaan senior.

Aksi bullying yang cukup kejam pun terjadi di sini. Mulai dari murid kelas satu yang tidak diizinkan menggunakan toilet serta perpus sampai dipukuli oleh para senior. Ketiga senior yang sangat berperan di sini ialah Andre, Erika dan Fahri. Ketiganya tak mengenal ampun terhadap Alex dan teman-temannya. Sampai suatu ketika, Alex pun dipanggil untuk memanggil arwah sekolah tersebut oleh ketiga seniornya itu. Alex, yang ayahnya adalah seorang cenayang, ternyata berhasil memanggil tiga arwah siswi yang meninggal di sekolah pada tahun 1990.

Sejak saat itu, Alex mulai melihat penampakan ketiga gadis yang meninggal dalam keadaan tergantung, tenggelam dan jatuh dari atap. Ia pun mulai diganggu dan satu per satu seniornya meninggal dunia. Mulai dari Fahri yang jatuh dari atap sekolah sampai Erika yang meninggal di kolam renang. Alex, yang selalu ditemani Maggie (Amanda Rawles), siswi baru di sekolah tersebut pun merasa bahwa tiga arwah gadis yang dilihatnya terlibat dalam tragedi itu.

Maggie, diperankan Amanda Rawles (Sumber: Gwigwi)
Maggie, diperankan Amanda Rawles (Sumber: Gwigwi)

Bersama Maggie yang cantik dan kerap menemaninya, Alex pun menemukan bahwa ketiganya bukanlah junior, melainkan senior. Ya, ketiga gadis itu dibunuh oleh Cindy Sadis, arwah hantu gadis kelas satu yang dibully dan meninggal karena disiksa sampai kehabisan napas karena asma. Cindy ternyata ambil bagian dalam pembunuhan Fahri dan Erika. 

Usut punya usut, ternyata Cindy tak lain dan tak bukan adalah sosok yang selalu berada di sisi Alex selama ini. Tak seperti film horor lainnya, Sunyi pun berakhir penuh haru saat terungkap siapa Cindy dan apa motifnya membunuh para senior di Abdi Bangsa.

Alex Pranoto diperankan oleh Angga Yunanda (Sumber: Twitter)
Alex Pranoto diperankan oleh Angga Yunanda (Sumber: Twitter)

Dari segi latar, Sunyi sebenarnya hanya mengambil setting di sekolah elit dengan dinding serba putih. Namun setting tersebut sudah cukup mewakili keseluruhan isi cerita yang memang terjadi di sekolah. SMA Abdi Bangsa nampak ditata megah, rimbun dengan pepohonan dan taman serta mampu menyajikan aura seram lewat dinding-dinding putihnya. 

Musik yang bergemuruh pun mampu membuat penonton berdegup kencang, menunggu datangnya jumpscare di sudut-sudut sekolah. Pun sinematografi dan pencahayaan dirancang apik sehingga memberikan kesan horor kepada penonton. 

Namun dari segi dialog, patut dirasakan bahwa ada beberapa percakapan yang terasa cheesy dan garing. Dialog terasa berjalan lama dan percakapan yang tercipta kurang natural sehingga chemistry pemeran kurang terasa.

Dari segi cerita, Sunyi yang diproduksi juga oleh CJ Entertainment dari Korea Selatan ini berhasil memberikan pesan dan kisah yang berbeda. Ya, melalui filmnya, kita diajak untuk mengetahui bahaya bullying secara fisik maupun verbal. Bullying bukanlah suatu tindakan yang bisa ditoleransi, apalagi jika kejadian tersebut sudah berlangsung terus menerus setiap hari. 

Whispering Corridors 1998 (Sumber: Asianmovievault.com)
Whispering Corridors 1998 (Sumber: Asianmovievault.com)

Tindakan senioritas yang kerap terjadi di negeri kita pun terpampang nyata dalam film ini. Ini menunjukkan bahwa banyak hal yang ada dalam sistem pendidikan kita masih perlu diperbaiki, termasuk senioritas dan orientasi yang kelewatan sehingga menimbulkan kasus bullying terhadap sesama teman maupun junior. 

Dan pesan terakhir, mungkin adalah tentang rasa sepi yang bisa membunuh kita di mana saja dan persahabatan yang tak lekang oleh dimensi dan waktu. Ya, inilah Sunyi. Kisah horor penuh makna yang sayang untuk dilewatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun