Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Puisine Mesem, Lagune Mesem

13 Februari 2023   09:37 Diperbarui: 13 Februari 2023   09:45 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moment Belajar Puisi Bersama

Selain Sebagai Event silaturahmi, Forum yang diadakan mesem cafe & Art Gallery ini ternyata merupakan moment belajar puisi bersama. Bukan untuk saling menggurui, namun event tersebut sebagai sarana mempererat komunikasi agar semakin akrab, sarana Copi darat bagi mereka yang sebelumnya sudah berteman di dunia Maya, sekarang waktunya untuk bertemu dan berbincang langsung.

Tiap pecinta puisi punya style masing masing dengan tema yang berbeda beda.  Penampilan dan cara membacanya pun juga punya style yang unik yang khas dan tentu semuanya spesial.

Ilmu yang didapat dari pengamatan dan diskusi kemarin, adalah sebuah puisi atau monolog yang kita tulis sendiri, ternyata belum tentu asyik saat dibacakan di depan audience. 

Puisi ada yang asyik saat ditulis saja. Bahkan puisi ini dapat apresiasi saat tayang secara online di media. Namun saat dibacakan, puisi ini jadi tak menarik karena beberapa hal, misal audience yang tidak tepat atau saat jadi musikalisasi puisi, puisi dimaksud tidak cocok dan jadi janggal didengar.

Saya juga menulis puisi untuk kepentingan dibaca dipanggung. Disana diapresiasi luar biasa, namun saat tayang online dimedia, puisi itu tidak memperoleh apresiasi dari para pembaca.

Dua hal diatas bukan masalah signifikan, karena nulis atau membaca puisi itu asyik asyik saja. Tentu ada tujuan dan pesan yang disampaikan saat puisi tersebut diciptakan. Belajar dari hal ini, akan lebih indah jika menulis sebuah naskah puisi dipikirkan pula :
1. Kaidah dasar sebuah tulisan bisa disebut puisi.
2. Keindahan tata bahasa yang digunakan.
3. Kemampuan membaca di depan publik, ekspresi diri dan untuk audience yang bagaimana sasaran puisi tersebut diciptakan.
4. Musikalisasi puisi dari karya tersebut saat diiringi dengan alat musik
5. Kemungkinan teks puisi bisa ditransformasi menjadi lirik lagu yang bisa dinyanyikan atau puisi dimaksud cukup dibacakan sebagai puisi, sajak atau monolog.
6. Panjang naskah teks disesuaikan dengan calon audience. Terlalu pendek jadi tidak berkesan. Terlalu panjang, akan membosankan.
7. Ciptakan surprise tertentu saat dibaca, ada reff memuncak, ada reff menurun agar audience tetap memperhatikan puisi atau monolog yang dibacakan.
8. Untuk puisi yang terbit single melalui media online, pikirkan gambar spesial sebagai cover puisi atau monolog. Kebiasaan saya adalah membuat cover terlebih dahulu baru menciptakan teks puisinya. Berikut beberapa contoh cover puisi yang saya buat

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan

Dokpri Eko Irawan
Dokpri Eko Irawan


9. Ciptakan sinergi dengan berbagai pihak agar puisi tersebut bisa dipublish dan dikenal khalayak bahwa puisi tersebut adalah karyamu sendiri yang unik. Caranya bisa melalui tayang online diweb, dicetak jadi buku kumpulan puisi, di tayangkan melalui YouTube sebagai musikalisasi puisi dan seperti malam itu ditampilkan dan dibacakan secara langsung didepan audience.

Terima kasih untuk semua support dari Mesem cafe & Art Gallery tumpang yang telah menyediakan tempat bagi para pencinta puisi ini.
Semoga semakin banyak tempat memberikan wadah apresiasi kreatif seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun