Mohon tunggu...
Irawan
Irawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pelahap informasi...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Atap Warna Putih Bisa Menurunkan Suhu Panas Daerah Perkotaan

26 Februari 2014   07:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393346935580771496

Mungkin sebagian dari kita sudah merasakan adanya perubahan cuaca, terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Perubahan lanskap dari daerah hutan, rawa, dan danau, menjadi daerah pemukiman dan sarana prasarana perkotaan, menyebabkan tanah yang tadinya berpori dan lembab menjadi kedap air dan kering, dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan suhu udara dengan cuaca panas yang lebih panjang dan terasa makin bertambah panas saja tiap tahunnya. Pada siang hari panas terasa menyengat sedang malam pun tidak dingin, namun terasa hangat saja. Debu dan polusi asap mencemari udara, menaikkan kelembaban dan membuat gerah badan. Namun jika kita bergerak meninggalkan daerah pusat kota melewati daerah pinggiran dan pedesaan, akan terasa benar perubahannya, udaranya juga lama semakin sejuk.

Kondisi hawa panas di kota seperti ini sudah pasti merusak lingkungan dan menurunkan kualitas hidup

Secara ilmiahnya, kondisi perkotaan tersebut dinamakan “Urbah Heat Island” (UHI), yaitu kondisi suatu daerah perkotaan yang mengalami kenaikan suhu lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya. Kira-kira dapat digambarkan sebagai berikut;

Mengapa disebut sebagai island atau pulau, karena memang terlihat fenomena grafik panas pada daerah perkotaan seakan-akan menyerupai sebuah pulau dibanding daerah sekitarnya. Secara rata-rata tahunan, pada siang hari perbedaan panas ini bisa mencapai 1 ~ 3 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari yang terasa hangat bahkan perbedaan suhu tersebut bisa mencapai 12 derajat Celcius.  Kemudian yang dimaksud dengan suhu "Surface" pada grafik di atas adalah suhu pada permukaan bangunan dan sarana perkotaan (jalan, lapangan parkir, dsb). Terlihat bahwa pada siang hari suhu permukaan (surface) jauh di atas suhu udara, sementara pada malam hari suhu permukaan dan suhu udara relatif sama.

Walaupun ada sedikit keuntungan, namun fenomena UHI ini jauh lebih merugikan, a.l.;

1). Peningkatan konsumsi energi; Suhu yang lebih tinggi di musim panas meningkatkan permintaan energi untuk mesin pendinginan ruangan, dan akan menambah tekanan ke jaringan listrik selama periode puncak permintaan tersebut . Satu studi memperkirakan bahwa UHI bertanggung jawab untuk 5-10 % dari kebutuhan listrik puncak untuk keperluan mesin-mesin pendinginan bangunan di perkotaan.

2). Peningkatan emisi polutan udara dan gas rumah kaca; Peningkatan konsumsi energi umumnya menghasilkan emisi yang lebih besar dari polutan udara dan emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik . Suhu udara lebih tinggi juga mendorong pembentukan ozon tingkat-tanah .

3). Dikompromikannya kesehatan manusia dengan kenyamanan : hari-hari yang panas baik siang maupun malam, bersama dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi , dapat menyebabkan rasa tidak enak badan, kesulitan pernapasan, kram panas dan kelelahan, stroke karena panas yang sifatnya non -fatal, dan juga kematian yang berhubungan dengan panas.

4). Gangguan kualitas air; Permukaan jalanan yang panas dan permukaan atap mengalirkan kelebihan panas tersebut ke air hujan yang turun, yang kemudian mengalir ke selokan/saluran air hujan dan meningkatkan suhu air ketika kelebihan panas tersebut dilepaskan ke sungai, kolam, dan danau. Perubahan suhu yang cepat ini bisa membuat berakibat fatal pada ekosistem perairan .

Seperti dilansir oleh LA Times, sebuah riset yang dimuat di PNAS (Proceeding of The National Academy of Sciences) bertajuk “Urban Adaption Can Roll Back of Emerging Megapolitan Region”, telah menyimpulkan bahwa pada akhir abad ini, lingkungan buatan manusia di perkotaan tersebut akan berkontribusi banyak pada peningkatan suhu di kota-kota di seluruh Amerika Serikat sebagaimanamenanjaknya tingkat gas rumah kaca(greenhouse effect) di atmosfer bumi, menambahkan hingga 3,6 derajatsuhu pemanasan tambahan.

"Jika Anda tinggal di daerah perkotaan, Anda berada dalam lingkungan yang memanas karena perubahan iklim yang disebabkan gas rumah kaca ditambah efek dari Urban Heat Island," kata Matei Georgescu, pemimpin tim riset tersebut, yang merupakan seorang ilmuwan iklim dari School of Geographical Sciences and Urban Planning di Arizona State University, Amerika Serikat.

Riset mengambil tempat di enam kawasan "megapolitan" di Amerika Serikat, yaitu California, Arizona, Texas, Florida, Midwest dan Mid-Atlantic, dengan tujuan penelitian untuk memprediksi berapa banyak kawasan tersebut akan menghangat dalam beberapa skenario pertumbuhan dan pengembangan yang berbeda-beda.

Riset menemukan bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menekan laju pemanasan lingkungan, yaitu;

1). memperlambat pertumbuhan kawasan perkotaan

2). membuat “atap hijau” dengan menaruh taman penuh pepohonan hijau pada atap/dak bangunan

3) mengecat semua atap bangunan dengan warna putih.

Cara ketiga, yaitu mengecat putih semua atap/dak atas bangunan, ternyata merupakan cara yang paling ampuh untuk menekan kembali laju penambahan pemanasan ke tingkat semula.

Namun ditemukan pula bahwa mewarnai atap bangunan dengan “hijau” atau “putih” bisa membawa efek lain pada volume curah hujan. Warna atap putih membawa efek penurunan curah hujan pada Florida dan daerah Tenggara, sementara atap hijau malah meningkatkan curah hujan di Chicago, Detroit, dan Mid-Atlantic.

Sang ketua tim riset, Georgescu, menyatakan bahwa perbedaan pengaruh terhadap cuaca pada daerah yang berbeda-beda tersebut, akan membuat perencanaan kota yang berbeda pula pada pemerintah lokal yang ingin membuat suhu udara daerahnya tetap dingin bagi warganya.

“Keputusan lokal adalah penting,” katanya. “Hal tersebut benar-benar salah satu dari pesan yang bisa dibawa pulang di sini.”

Di Indonesia, sama saja dengan daerah tempat riset di atas dilakukan, hawa daerah perkotaan seperti Jabodetabek memang terasa panas dan makin memanas setiap tahunnya, sehingga tiga metode tersebut mungkin bisa diterapkan oleh para perencana perkotaan di Jabodetabek. Namun atap warna putih, yang merupakan metode dengan hasil yang sangat baik, sangatlah tidak umum, sehingga mungkin akan banyak menemui kendala implementasi.

Sumber : PNAS USA, LA Times, dan  EPA USA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun