Mohon tunggu...
Iradah haris
Iradah haris Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Anak-anak Manis dan Kompak Berkat Samber THR

8 Mei 2021   21:24 Diperbarui: 8 Mei 2021   21:33 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manis dan kompak, squat penyemangat program Samber THR Kompasiana ( foto IH)

TUBAN. Menjalani aktifitas padat di rumah. Tiap hari tap, tap, tap mengikuti irama kesibukan. Beruntung kerjasama antar anggota keluarga selama sebulan ini nilainya prima. Terlebih anak-anak, jadi manis dan kompak semenjak saya nekad ikut Samber THR Kompasiana.

-----------

Hari terasa cepat berlalu karena padatnya aktifitas yang harus dijalani. Tidak bisa bermalas-malasan. Dari sahur hingga waktu buka dan kembali lagi, begitu seterusnya. Tidak ada waktu terbuang percuma. Bukankah tidur pun masih dihitung ibadah bagi orang yang berpuasa.

Kesibukan saya sebenarnya hanya kesibukan khas ibu rumah tangga. Menyiapkan makan sahur dan menu buka itu satu hal yang biasa. Toh kami bisa mengerjakan bersama anggota keluarga lainnya.

Yang menjadi tidak biasa karena saya harus menyiapkan orderan kue kering yang bejibun. Tepat pada waktunya. Itu saya lakukan diantara tugas wajib membersamai 2 anak dan 1 batita, di rumah saja. Tambah lagi nekad ikut kejar tayang tulisan THR Kompasiana

Karena aktifitas tersebut, ramadhan ini saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang ada. Terlena sedikit saja, tulisan tidak kelar, lewat jadwal tayang dan saya akan kalah atas tantangan diri sendiri.

Seperti pernah saya katakan di tulisan saya sebelumnya, bahwa saya ingin menyelesaikan misi ini. 30 hari menulis di kompasiana. Full! Supaya saya tidak merasa seperti tentara desersi. Mundur dari misi tanpa permisi. Tidak terhormat.

Hal yang membahagiakan adalah, kegembiraan anak-anak ketika melihat fotonya muncul sebagai ilustrasi di beberapa tulisan yang masuk pilihan. Imbasnya, empati mereka jadi lebih tinggi. Selama ramadhan, dengan suka rela si 8 tahun menjadi tukang cash batrei hand phone. Menjaga kenyamanan saya. "Supaya mama enak nanti kalau menulis," akunya.

Sungguh ini juga membuat saya kagum. Baru kali pertama saya rasa tingkah anak-anak ini menyemangati saya untuk menulis. Biasanya, si 8 dan 5 tahun ini rajin mencari kesempatan. Saat hand phone saya letakkan sebentar saja, mereka pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk buka permainan. 

Bila baru cash hp, batrei pun belum full, mereka berdua suka mencabut dan menbawanya lari untuk mainan bergiliran. Kali ini hp saya aman. Terhindar dari gangguan si kecil. Keduanya jadi saling mengingatkan untuk tidak menggunakan hp mama. Manis sekali tingkahnya.

Lucunya, sebagai ganti, hp ayahnya yang jadi mangsa. Mereka tahu ayahnya tidak akan marah. Makanya rajin juga keduanya merayu supaya ayah mau meminjamkan hpnya.

Sementara itu, menyiapkan kue lebaran dari orderan yang sudah masuk di awal puasa, sudah jadi keharusan yang tak boleh ditawar. Kalau saya malas, kredibilitas saya akan diragukan. Pada semua pelanggan, saya harus tepat janji. Tidak boleh meleset. Sebab kepercayaan mereka jadi modal utama kebersinambungan hobi baking saya di masa depan.

Sibuk dengan orderan kue. Si bungsu masih butuh perhatian ekstra. Usianya baru genap 2 tahun. Masih belum bisa lepas dari ASI (air susu ibu). Tambah dua anak yang tengah berlatih puasa pun butuh kesabaran ganda.

Bersyukur keadaan tertolong dengan kehadiran kak lung, anak sulung saya yang baru lulus SMA. Ia banyak mengambil alih tugas-tugas rumah. Menjadi asisten setia saat baking bersama. Juga merangkap jadi editor video dan foto untuk konten di Kompasiana. Tanpa dia, saya tak sanggup bertahan menulis hingga hari ini. Terlebih saat menghadapi tantangan-tantangan di THR Kompasiana tiap minggunya.

Saya memang kadang hunting foto sendiri. Hitung-hitung untuk rekreasi. Biasanya kak lung sangat kritis dengan ide dan saran kreatifnya. Inilah yang meningkatkan pertahanan saya. Sehingga siang puasa terasa ringan, malam masih bisa beribadah dengan leluasa.

Satu lagi, peran suami dalam misi saya ini pun tidak bisa dianggap enteng.  Saat off kerja, Ia banyak membantu menenangkan anak-anak. Ketika saya sudah mulai masuk "waktu ruwet", suami harus siaga. 

Kadang saya butuh tukang siang ikan, tukang pasang gas, tukang galon, dan segala macam. Bahkan hingga tukang foto dan tukang shooting untuk konten tantangan pun suami ikut turun tangan

Saya merasa menjadi manusia sangat beruntung. Dengan keinginan kuat menyelesaikan tulisan di THR Kompasia hingga finish, seisi rumah menjadi squad penyemangat yang sangat solid.

img-20210508-wa0004-60969e2cd541df36f44c84f4.jpg
img-20210508-wa0004-60969e2cd541df36f44c84f4.jpg
Atur Waktu, Cicil Tulisan

Sekilas kesibukan ramadhan ini terkesan memaksakan diri. Ya, saya memang sedang memaksa diri untuk terus menulis pada bulan ini. Harapan saya, usai lebaran nanti saya bisa memulihkan ingatan. Menyusun kembali sketsa tulisan panjang yang menghilang bersama matinya laptop saya beberaapa waktu lalu.

Kalau pun di THR ini ada banyak hadiahnya, itu hanya booster. Jika menang, berarti dapat bonus. Kalau tidak, kan sudah dapat manfaat dari membiasakan diri tetap menulis. Semoga dapat manfaat besar untuk apa yang tengah saya angankan.

Jadi untuk melalui semuanya saya pakai jurus jalani saja. Mengalir seperti air mencari muaranya. Yang penting atur waktu dan harus istiqomah, ditepati. 

Semisal, Pukul 14.00, siap-siap menyingsingkan lengan daster menuju dapur. Memasak menu buka untuk keluarga. Usai isya, jamaah tarawih. Selepasnya, lanjut berjibaku dengan adonan kue.

Pukul 3 bangun sahur, subuhan, tadarus sebentar, lanjut dinas di meja panas. Menuntaskan proses pengemasan kue. Setelahnya mandi. Lepas dhuha, barulah nyicil tulisan tema Kompasiana pada hari itu. 

Jadi, tulisan THR saya tiap harinya lahir dari cicilan sejak pagi hingga petang. Beberapa diantaranya baru kelar menjelang deadline bahkan. 

Merasakan sensasi menulis dan berpikir diwarnai pertengkaran kecil, canda, tawa, tangis dan rajuk anak-anak. Kadang juga sambil menyusui si bungsu. Silih berganti, datang dan pergi bersama ide-ide. Saya tulis saja seingatnya. Dilalui semuanya, mengalir saja.

Namun jutru karena itu rasanya waktu puasa tahun ini lebih pendek dari sebelumnya. Tantangan berkomitmen menulis tiap hari selama 30 hari bisa saya jalani dengan semangat. Semoga sampai ke last minute.  

Alhamdulillah hampir satu ramadhan penuh kita lalui dengan tanpa beban. Masih tersisa 5 hari lagi, semoga lancar.

Salam 25 Ramdhan 1442 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun