Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Pengabadian Sobat Mengajar Indonesia: Part 1 Suasana Pagi

13 Oktober 2022   21:18 Diperbarui: 13 Oktober 2022   22:01 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi keluarga kecil di tempat pengabdian. Helmi, Ibu Siti, Ira, Raihana, Teh Fiha (dari kiri ke kanan)

Angin subuh menerpa wajahku, dingin hingga terasa dalam pori pori kulitku, suara adzan subuh terdengar sayup-sayup, pagi ini terasa berbeda dari pagi biasanya. "Ra, Ira ayo bangun" suara Rereh membangunkanku. Aku membuka mata, dan yang ku lihat bukan tembok, melainkan bilik bambu yang dari sanalah angin bisa masuk lewat lubang-lubang kecil bambu itu. Aku bergegas mandi dan mengambil wudhu, ku temukan seorang ibu setengah baya sudah berada di depan tungku dengan kepulan asap di atasnya. "Lagi apa, Mak?" tanyaku kepada Bu Siti pemilik rumah. "Lagi masak nasi Ira" jawab Ibu Siti dengan sangat ramah. Setelah selesai shalat aku membantu Ibu Siti memasak, untunglah di rumah Ibu Siti sudah ada kompor gas, ada beberapa rumah warga yang belum memiliki kompor gas, ya, di sana masih terbilang sangat sederhana.

Hari pertama di rumah Ibu Siti aku memasak nasi goreng dengan bumbu racik yang sudah kami beli di kota. Ibu siti menawarkanku untuk membuat pisang goreng "Sok digoreng wae cau na menang di kebon Ibu" kata Ibu Siti, "wah enak banget ya Bu pisang tinggal ambil aja di kebun" jawabku menimpali. Lalu aku mengambil terigu dan membuat adonan untuk pisang goreng. Sementara itu, Rereh sedang menyiapkan media belajar untuk dibawa ke sekolah, setelah selesai memasak ku bawa ke ruang tengah.

Aku bergegas ke luar untuk sekedar melihat suasana pagi di kampung orang, ya, Namanya Kampung Pamatang Laja, Desa Kutakarang, Kecamatan Cibitung, kabupaten Pandeglang dan masih berada di provinsi Banten. Sebuah daerah yang tidak jauh dari Ibu kota, namun sulit untuk dijangkau dari akses jalannya. Aku melihat ke ufuk timur, matahari masih malu-malu untuk menampakkan senyumnya, wajahnya terlihat kemerahan, di sekitar rumah banyak sekali pepohonan sehingga udaranya masih sangat segar sekali, aku bisa menyaksikan suasana pagi dengan sangat leluasa karena aku berdiri di rumah panggung milik Ibu Siti, rumah-rumah di sekitarnya pun masih rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu. Dalam hatiku berkata "MasyaAllah indah sekali ya Allah", suasana yang membuatku tenang, jauh dari hingar bingar kota.

"Ayo, pada sarapan" suara Ibu Siti memecah keheningan pagi itu, setelah itu aku, Rereh, Helmi, Ibu dan Teh Fiha mendekat pada makanan yang sudah tadi aku masak. "Sok geura bikin teh manis" ucap Ibu Siti kepada kami sambil menyodaorkan gula dan teh celup. "makan pisang goreng akan lebih enak kalo minumnya teh manis hangat" ucapku dalam hati. Lalu aku membuatkan teh manis ke dalam teko yang terbuat dari alumunium, lalu ku tungkan ke dalam gelas masing-masing. Kami pun menyantap pisang goreng yang rasanya sangat legit sekali, lalu meminum teh hangat, glek glekk nikmat sekali, rasa manis dan hangat menyatu jadi satu, seperti manis dan hangatnya suasana pagi di rumah Ibu Siti. Suasana pagi di tempat pengabdianku sangat khas sekali, dinginnya yang menghangatkan dan hangatnya yang mendekatkan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun