Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Total Digital, Sepotong Kehidupan Manusia Pasca Pandemi

4 November 2020   08:45 Diperbarui: 30 November 2020   12:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh August de Richelieu dari Pexels

Misalnya, studio film raksasa Hollywood mana yang mau filmnya tak bisa dimainkan di bioskop, dan hanya bisa 'nebeng' di platform online streaming? Restoran-restoran bintang lima mana yang rela kelasnya turun, hingga selevel dengan gerobak kaki lima, karena pengunjung tak bisa makan di tempat dan hanya bisa pesan antar? 

Semua banting setir. Putar arah. Ketabuan-ketabuan dalam berbisnis seolah tak lagi dipikirkan dan memudar dengan cepat, seiring datangnya new normal. Skenario kali ini, harus saya katakan, adalah irreversible. Sulit membayangkan kita kembali kepada kebiasaan lama. 

Jika ada satu hal yang paling terdampak oleh hebatnya guncangan pandemi, boleh jadi hal itu adalah cara pandang kita terhadap nature of work. Di Amerika, sepertiga pekerja komuter kini bekerja dari rumah. 

Di India, salah satu perusahaan terbesar di sana, Tata Consultancy Services, menyebutkan, pandemi memaksa perusahaan menerapkan sistem remote working secara bertahap hingga 75% dari tenaga kerja mereka pada 2025. 

Dalam beberapa hal, kondisi ini membawa kita mundur ke masa lalu. Model perkantoran yang kita kenal saat ini adalah produk dari revolusi industri pada awal abad ke-20. Setiap orang datang dan pergi di waktu yang sama. Absen kedatangan di pagi hari, absen kepulangan di sore hari. 8 - 5, lima hari dalam seminggu. 

Kelas pekerja di kota-kota besar berbondong-bondong datang ke pabrik di pagi hari, makan siang bersama di kantin, pulang di sore hari, lalu kembali keesokan hari. Dalam scope industri, skenario ini adalah yang paling ideal. Karena waktu itu, setiap orang harus berada di tempat untuk mengerjakan tugasnya masing-masing (assembly line worker).

Namun, dalam service-oriented economy, yang menjadi motor perekonomian negara-negara berkembang, manusia bekerja dengan cara yang sangat berbeda. Kolaborasi dan koordinasi saat ini menuntut kapasitas intelektual tiap individu, fleksibilitas, dan adaptabilitas, bukan semata-mata kemampuan dan kehadiran fisik. 

Hal-hal semacam ini tentu sangat bisa dilakukan secara online, seperti melalui email, chat grup, atau video conference misalnya. 

Cara kerja baru ini dengan cepat telah mengubah bagaimana manusia menyelesaikan day-to-day activitiesnya secara remote. Dari mana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja. Datang ke kantor hanya beberapa kali saja dalam seminggu. Biasanya untuk rapat koordinasi, presentasi besar, atau brainstorming dalam tim yang membutuhkan empati dan kehadiran fisik. 

Dalam hal ini, kegiatan rutin sudah pasti dapat dilakukan secara virtual. Namun, bagi saya, aktivitas lain seperti networking, team bonding, atau mencari hiburan dan pengalaman baru masih akan terus dilakukan secara fisik. Atau bisa saja nanti muncul model hibrida.

Dua Dunia Bertabrakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun