Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Wujud Masa Depan pada Baterai Lithium Ion

27 November 2019   19:39 Diperbarui: 27 November 2019   19:52 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini ada banyak jenis baterai lithium ion yang sudah digunakan. Mulai dari NCA (Nickel Cobalt Aluminium Oxide) yang umumnya digunakan pada kendaraan listrik. Ada juga NMC (Nickel Manganese Cobalt Oxide), dan LFP (Lithium Iron Phosphate). Semuanya punya kelebihan masing-masing tergantung spesifikasi dan daya tahan penggunaan, dan juga harga.

Tak hanya itu saja, di masa depan grafit akan digantikan dengan silikon dengan tujuan kemampuan dari siklus daya yang lebih lama. Misalnya saja pada kendaraan Tesla proses pengisian hingga 3 ribu kali sebelum baterai akhirnya harus diganti. Andai saja digunakan silikon, ia akan punya kemampuan 10 ribu pengisian atau setara 25 tahun penggunaan Tesla. Termasuk dalam perangkat teknologi Anda punya, ia bisa digunakan berhari-hari atau berminggu-minggu dengan kemampuan pengisian cepat. Siapa yang tak tergiur dengan itu semua.

Dampak buruk penggunaan lithium ion

Bisnis baterai akan berkembang sangat pesat di masa depan, akan ada lebih banyak lagi pihak. Salah satu masalah adalah kecelakan atau cacat produksi sering menimpa baterai lithium ion. Kebakaran pada perangkat akibat kesalahan reaksi kimia pernah menimpa produk unggulan Samsung yaitu Note 7 sehingga dilarang masuk ke dalam kabin pesawat.  Serta kasus Hoverboard meledak saat digunakan yang disebabkan kesalahan pada baterai lithium ion.

Ini membuat pesaing baru dari baterai lithium polimer lebih unggulan karena punya daya lebih kuat dan bentuk lebih tipis. Bahkan menyerupai gel yang bisa dibentuk dan sangat minim reaksi kimia di dalam baterai yang berakibat pada kecelakaan. Bahkan siklus hidup lebih baik yaitu 1000 kali dibandingkan dengan lithium ion yang hanya 500 kali. Kendala terbesar adalah harganya yang mahal dan sulit ditemukan di pasar.

Kemudian pengembangan baterai erat kaitannya dengan pengisian daya, dalam hal ini adalah pembangkit tenaga listrik. Asupan energi dari baterai akan meningkat sangat besar di masa depan. Otomatis pembangkit listrik akan bekerja lebih keras menghasilkan puluhan hingga ratusan megawatt. Proses pengumpulan daya listrik yang masih mengandalkan energi fosil pada pembangkit listrik.

Itu sama halnya meningkatkan cemaran di lingkungan bila tidak dikontrol dengan baik. Belum lagi ada kecelakaan yang terjadi pada pembangkit tenaga listrik bertenaga nuklir seperti di Chernobyl. Ukraina. Limbah buangannya bisa berbahan pada masyarakat yang tinggal di dekatnya.

Solusi terbaik dari besarnya asupan daya listrik dari pengisian lithium ion harus ramah lingkungan dan terbarukan. Salah satunya dengan menggunakan energi terbarukan sesuai daerahnya. Memang awal mula membuatnya butuh investasi yang besar, namun nilai tersebut akan terbayar dalam jangka waktu panjang.

Sebagai contoh di Indonesia punya potensi energi terbarukan seperti air, angin, matahari, arus bawah laut, dan panas bumi. Semakin optimal adanya infrastruktur pendukung pengisian daya di tempat umum. Misalnya saja kendaraan listrik hadir di tanah air, pemerintah sudah siap dengan pengisian daya yang mana listrik dihasilkan dari pembangkit listrik ramah lingkungan.

Masa depan baterai pada peradaban manusia

Dari itu semua kita harus berterima kasih oleh trio lintas zaman yang mengembangkan baterai lithium John Goodenough, Stanley Whittingham, dan Akira Yoshino. Seakan membuka jalan ilmuwan lainnya akan berharganya penyimpanan daya bernama baterai. Inovasi dari baterai jadi tumpuan perangkat di masa depan khusus menghidupkan beragam perangkat. Bisa dibayangkan bagaimana pegalnya harus bersandar di pinggir tembok dengan kabel charging yang melekat di perangkat yang Anda miliki. Kita seakan terkungkung dan tidak bebas dalam berekspresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun