KAU temukan ponsel itu di kampus, lebih tepatnya di toilet yang terletak di ujung koridor kampus, tidak jauh dari sekretariat Mapala. Ponsel itu tergeletak di bawah wastafel dengan layar agak sedikit retak di sudutnya. Seharusnya kau serahkan ponsel itu pada satpam. Sayangnya rasa penasaran kau berhasil merenggut syaraf di kepala. Kau mengambilnya.
Ponsel itu masih menyala. Tidak ada kunci layar. Gambar latar pada layar di ponsel itu seorang perempuan cantik berambut panjang sebahu, tersenyum manis, di belakangnya air terjun. Ada tulisan di bawah foto, "Liburan terakhir - Curug Cijalu, 3 Maret 2025."
Telunjuk tangan kau juga penasaran, dengan gerakan yang sangat cepat berhasil membuka galeri. Tampak ratusan foto berjajar di sana. Kebanyakan swafoto serta foto-foto pemandangan. Semua terlihat normal saja. Namun, ada sesuatu yang aneh, kau menemukan satu direktori bernama JANGAN DIBUKA.
Pikiran kau agak sedikit nakal awalnya, kau mengira isi dari direktori itu adalah video dengan durasi pendek pemilik ponsel itu bersama pacarnya, atau mungkin koleksi video-video mesum. Apa lagi kalau bukan itu, kan?
Jari telunjuk kau berhenti sejenak. Karena setiap inci sel tubuh kau berteriak menahan nafsu kau untuk tidak membukanya. Kau masih menghargai privasi orang. Sayangnya kau memang bodoh.
Akhirnya, jari telunjuk kau itu menekan direktori JANGAN DIBUKA juga. Isinya cukup mengecewakan kau, tidak seperti fantasi liar yang kau bayangkan sebelumnya, karena di dalam direktori itu hanya ada lima foto. Lima foto yang sama, pemilik ponsel itu sedang swafoto. Dia berdiri di depan cermin di kamar mandi.Â
Demi mengobati rasa kecewa, kau tekan foto pertama. Foto itu tampak membesar, mengisi layar yang agak retak, kau dapat melihatnya dengan jelas, wajah cantik pemilik ponsel. Gambar foto itu tampak seperti pada umumnya, dengan pose standar para perempuan yang senang swafoto di depan cermin toilet. Tapi ada satu hal yang membuat kau perbesar foto itu. Di dalam pantulan cermin, persis di belakangnya ada bayangan.
Seperti seseorang yang berdiri tepat di belakangnya. Bayangan itu sepertinya seolah-olah ikut berswa foto bersama perempuan itu, kau yakin betul bayangan itu bukan bayangan orang yang lewat, bukan juga karena kesalahan pencahayaan.
Kau perbesar lagi foto itu. Bayangan itu buram, namun tampak jelas bayangan itu berbentuk seperti manusia. Tinggi. Kurus. Dengan kepala sedikit miring.
Kau buka foto kedua, bayangan itu tampak lebih dekat.