Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perempuan yang Berdiri di Sebelah Pintu Itu

12 April 2023   13:54 Diperbarui: 12 April 2023   13:56 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Anna Urlapova: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-jalan-desa-bangunan-2968786/ Image caption

"maaf..." suara itu memecah konsentrasi beberapa orang yang sedang mendengarkan arahan dari pimpinan proyek itu, mataku langsung tertuju ke arahnya.

"ya" suara datar dari seorang laki-laki paruh baya itu seolah-olah mempersilakannya untuk segera mengikuti arahan untuk kegiatan itu.

"baik, saya lanjutkan" laki-laki paruh baya itu berusaha untuk membangun konsentrasi para pendengar, terlambat bagiku, konsentrasiku sudah pecah, buyar semenjak kehadirannya, mata bulat berwana cokelat yang terbungkus dengan balutan hijab berwana hitam sangat padu dengan wajahnya yang teduh, aku terhipnotis oleh tatapan mata itu, sorotan matanya mengajakku berlayar mengarungi indahnya ciptaan tuhan, wajah mungilnya, bibirnya, hidungnya, semua berpadu menjadi satu dalam balutan riasan yang sederhana namun cantik dan elegan.

"hei... hentikan" suara didalam batinku bergemuruh, berusaha menghentikan pemandangan syahdu di hadapanku.

"apa salahnya menikmati keindahan tuhan" bantahku, disaat yang bersamaan bola mata nan mungil dan bulat jelita itu semakin tajam menatapku, aku meragukan diriku, apakah aku sanggup menatapnya?

"hei... dia sudah punya pasangan yang sah" sepertinya kali ini bukan batinku yang berbicara, namun malaikat yang berusaha untuk menyadarkanku.

"Indra"

"Indra"

"ya bu" suara itu membuyarkan semua petualangan dan imajinasi liarku.

"besok laporannya harus sudah ada di meja saya ya"

"iya bu, segera saya buat" kutatap kembali wajah ranum itu, namun ia sudah tidak lagi menatapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun