Mohon tunggu...
Iqbal Anggia Yusuf
Iqbal Anggia Yusuf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Tasikmalaya

Muslim Poet and Connoisseurs of Words

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lukisan Damai: Indonesia dalam Pelukan Keberkahan

19 Februari 2024   05:08 Diperbarui: 19 Februari 2024   19:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TASIKMALAYA, 19 FEBRUARI 2024 - Satu, dua, dan tiga, sayang semuanya, seluruh rakyat Indonesia harus terus berdamai dan bersatu selamanya. Di antara riuh rendahnya pesta demokrasi, Indonesia berdiri teguh seperti lukisan megah yang menghiasi kanvas sejarah. Pada pemilu tahun 2024 ini, saat semesta politik terbuka lebar, bangsa ini merangkak menuju masa depan dengan langkah-langkahnya yang gemulai, mencari warna-warna kebenaran dalam kebisingan retorika. Di setiap sudut, cerita-cerita kejujuran dan kecurangan saling berbaur, menciptakan bayangan-bayangan yang membingungkan, seperti campuran warna di palet seorang seniman.

Namun, di tengah gemerlapnya pertarungan politik, ada suara panggilan yang lebih tinggi, panggilan untuk menjunjung tinggi keadilan. Sebuah panggilan yang melampaui kepentingan pribadi dan partai, mengingatkan bahwa setiap langkah yang diambil haruslah berada di atas pijakan kejujuran. Sebab, hanya dengan kejujuran, lukisan keberkahan ini dapat terus digambarkan dengan cemerlang.

Kemenangan dan kekalahan, seperti dua sisi koin, hadir sebagai pelajaran berharga. Kemenangan tanpa kejujuran adalah kekalahan dalam diri sendiri, sementara kekalahan dengan kejujuran adalah awal dari kemenangan yang sejati. Indonesia, dalam perjalanannya menuju pemilu 2024, dan kita belajar bahwa "Kemenangan yang sesungguhnya adalah ketika keadilan ditegakkan, meski harus melewati kekalahan yang menyakitkan.”

Seiring waktu berlalu, Indonesia semakin memperkuat fondasi demokrasinya, menjadikan kejujuran sebagai jati diri yang tak tergoyahkan. Di bawah panji-panji kejujuran, bangsa ini menemukan kekuatan untuk terus maju, untuk terus melukis dengan warna-warna keadilan dan amanah. Dalam pelukan keberkahan, Indonesia menemukan identitasnya yang sejati, sebuah negara yang damai, adil, dan sejahtera. Tetapi, apakah benar demokrasi Indonesia hari ini masih suci?

Ketika setiap warga negara, dari Sabang hingga Merauke, memeluk kejujuran sebagai prinsip hidup, ketika setiap pemimpin bertindak dengan keadilan sebagai pedoman, maka lukisan damai Indonesia akan semakin jelas tergambar. Lukisan yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memberi kedamaian dan keadilan bagi setiap anak bangsa. Di tahun ini penulis seperti sedang bermimpi, tapi ini nyata dan super nyata, hingga kehabisan kata-kata. Di tahun ini pula penulis menyaksikan mimpi yang melampaui batas realita, nyata dalam kemegahan dan ketajaman, bukan sekadar khayalan metafisika.

Setiap goresan kuas menggambarkan perjalanan panjang menuju cita-cita luhur, melewati belitan-belitan kecurangan yang mengganggu harmoni. Warna-warna keadilan terpancar jelas dari setiap sentuhan kuas, menggambarkan keinginan yang tulus untuk menyatukan segala perbedaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Setiap goresan mengandung makna mendalam tentang pentingnya menghormati hak-hak setiap individu, serta memastikan bahwa setiap suara didengar dan dihargai.

Kejujuran bukanlah kata-kata kosong. Ia adalah pilar utama dalam membangun fondasi demokrasi yang kokoh. Tanpa kejujuran, segala bentuk keadilan hanya akan menjadi ilusi belaka. Di sinilah Indonesia diuji, apakah ia mampu berdiri teguh di atas prinsip-prinsip moralitas atau terjerumus dalam ambisi yang gelap. Bagaimana rasa ambisi itu, manis atau pahit?

Dalam setiap pemilihan, kecurangan senantiasa mengintai, seperti bayangan gelap yang ingin merusak keindahan lukisan. Namun, kecurangan tak akan pernah mengalahkan kejujuran. Kejujuran adalah sapu tangan putih yang membersihkan lukisan dari noda kecurangan, memastikan bahwa hasilnya mencerminkan kehendak rakyat yang sejati.

Keadilan adalah kuas yang menggoreskan garis-garis tegas dalam lukisan demokrasi. Tanpa keadilan, lukisan ini takkan pernah sempurna. Setiap suara harus dihormati dan diperlakukan sama, sehingga hasilnya menjadi cerminan yang adil bagi kehendak rakyat. Amanah adalah fondasi yang kokoh bagi keberhasilan sebuah pemilu. Para pemimpin terpilih harus menjalankan amanah rakyat dengan penuh tanggung jawab dan integritas. Mereka adalah pelukis lanjutan yang harus melanjutkan lukisan ini dengan penuh kejujuran dan keadilan.

Indonesia dalam pelukan keberkahan adalah gambaran indah dari sebuah harapan yang terus penulis doakan. Harapan untuk melihat negeri ini terus berkembang dalam demokrasi yang matang, di mana setiap pemilihan memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya jujur, adil, dan amanah dalam membangun bangsa yang besar ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun