Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... -

lahir dan besar di palopo, alumni fakultas ekonomi unhas, sementara kuliah di Magister Sains FEB UGM.Menetap sementara di Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polisi Outsourcing Saat Makassar Dilumpuhkan Demonstrasi

2 April 2012   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:08 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Makassar, kota yang sarat dengan perjuangan, jalanan adalah milik mahasiswa. Setiap kali nurani mereka terusik, maka jangan harap pulang lebih awal. Bung mungkin akan dibuat risih karena terjebak macet di tengah ribuan kendaraan yang memadati jalan-jalan kota, debu jalanan bercampur asap dari pembakaran ban mungkin akan sedikit mengganggu pernapasan Bung. Tapi demikianlah Makassar Bung, mahasiswa disini adalah “the real mahasiswa”, yang menganggap sehari kemacetan tak sebanding dengan menahun penderitaan rakyat oleh kebijakan yang anarkis. Warna-warni almamater melebur dalam satu agenda bersama, “tolak kenaikan harga BBM”.

Saya tidak akan membahas lebih jauh tentang mahasiswa Makassar, saya hanya ingin melihat sisi lain demonstrasi. Ada beberapa hal yang menurut saya tidak sepenuhnya benar sekaitan dengan demonstrasi-demonstrasi di Makassar. Bahwa di Makassar, aksi seringkali berujung bentrok mungkin demikian, tapi percayalah tidak semua aksi di Makassar berujung ‘’anarkis” sebagaimana pemberitaan media. Sayang sekali media-media nasional tidak meliput aksi ribuan mahasiswa unhas beberapa hari lalu yang memerahkan jalan perintis dan urip sumoharjo. Mereka turun ke jalan tanpa sedikitpun bersentuhan dengan aparat. Terus terang saya bangga dengan mereka.

Yang tidak sepenuhnya benar juga adalah hipotesis bahwa demonstrasi yang melumpuhkan jalan di Makassar juga akan berdampak pada lumpuhnya perekonomian. Di Makassar, saat jalan dibanjiri demonstran, justeru saya menemukan fakta lain, bahwa ada sebagian masyarakat yang mengais rezeki dari demonstrasi mahasiswa.

Masyarakat Makassar terbilang kreatif dalam menciptakan lapangan kerja baru. Para tukang bceak yang lelah menunggu penumpang karena calon penumpang terjebak macet bisa dengan mudah beralih profesi menjadi pengatur lalu lintas.  Mereka adalah para “polisi outsourcing” atau pak ogah, yang dengan rela mengatur kendaraan yang terjebak macet hanya dengan imbalan recehan. Kehadiran mereka di setiap perempatan jalan menggantikan polisi lalu lintas yang takut dengan lemparan batu mahasiswa cukup efektif mengurai kemacetan.

Meski tanpa sedikitpun ilmu seputar lalu lintas, hanya berbekal sempritan, mereka dapat dengan tangkas mengatur para pengendara guna menghindari macet. Bayangkan berapa besaran penghasilan mereka dalam sehari, jika kendaraan yang terjebak macet berjumlah ratusan bahkan ribuan dikali dengan upah seribu perkendaraan, maka sehari paling tidak mereka bisa memperoleh ratusan ribu hingga jutaan. Namun, jumlah itu harus dibagi dengan kawan-kawan yang lain, karena para “polisi outsourcing” ini jumahnya tidak sedikit. Satu perempatan saja mungkin ada sekitar 3-5 orang yang bertugas dengan masing-masing memiliki sempritan. Kadang-kadang pengendara dibuat bingung, karena yang satu memerintahkan agar yang dari seberang jalan berhenti dan mempersilahkan dari arah berlawanan untuk jalan, namun petugas yang satu justeru menginstruksikan sebaliknya. Heheheh,, menggelitik, sekaligus menjengkelkan.

Tapi demikianlah, polisi outsourcing telah menjadi pekerjaan yang menggiurkan bagi masyarakat kecil Makassar. Saat polisi lalu lintas tak nampak, menghindari lemparan demonstran, di jalanan tidak lantas tanpa aturan. Para polisi outsorcing yang bekerja tanpa kontrak, menjadi pahlawan bagi para pengendara yang bingung oleh kemacetan.

Selamat berjuang kawan-kawan mahasiswa! Selamat bertugas juga bagi para “polisi outsourcing”! Kalian pahlawan kami!

13333458481405472706
13333458481405472706

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun