Mohon tunggu...
Iqbal Maulana Akhsan
Iqbal Maulana Akhsan Mohon Tunggu... Lainnya - -

proud to be Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Air dan Masa Depan Kita

5 Juli 2020   21:53 Diperbarui: 5 Juli 2020   21:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Air Sumber: edunews.id

Air, belakangan ini menjadi perhatian yang cukup menyedot perhatian saya. Salah satu penyebabnya adalah video dokumenter Netflix berjudul "World's Water Crisis". Dalam video tersebut dijelaskan bahwa banyak kota besar di dunia yang mengalami krisis air bersih untuk kepentingan rumah tangga; seperti memasak, minum, dsbnya. 

Kota besar yang mengalami krisis air bersih ini ialah: Sao Paulo, Jakarta, London, Beijing, Istanbul, Tokyo, Bengaluru, Barcelona dan Mexico City yang akan mengalami krisis air bersih dalam beberapa dekade ke depan.

Masyarakat dunia, terutama di Indonesia kurang mempedulikan air bersih sebagai sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Hal ini disebabkan karena mereka mengekploitasi air tanah secara berlebihan. Tidak dapat dipungkiri bahwa air tanah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi proses yang dilalui itu sangat panjang, puluhan bahkan sampai ribuan tahun lamanya (Freeze & Cherry dalam Nugroho, Kusumayudha, dan Pairpurno, 2019).

Akibat dari eksploitasi air tanah ini secara berlebihan ini, sebagaimana dikutip dari laman pdamtirtabening.co.id diantaranya adalah:

1. Penurunan muka tanah yang akan menyebabkan daerah pesisir terendam air laut,

2. Mengakibatkan adanya ruang kosong di dalam tanah, sehingga menimbulkan amblesnya permukaan tanah. Sehingga dapat mempengaruhi bangunan yang ada seperti Adanya kemiringan bangunan ,penurunan konstruksi jembatan sehingga air lama kelamaan dapat menyentuh jembatan,

3. Adanya intrusi air laut,menjadikan air tawar yang ada digantikan air laut.

Air dari zaman ke zaman

Manusia sejak turunnya Adam dan Hawa dari surga tidak bisa lepas air. Hal ini karena kandungan dalam air di dalam tubuh kita sekitar 60% - 70% dan air memiliki peran penting bagi organ tubuh kita sebagai manusia. 

Karena air merupakan elemen yang sangat penting bagi manusia dan hewan. Bahkan tanpad adanya air tidak akan ada oksigen bagi manusia dan hewan, dengan kata lain, tidak ada air maka tidak akan ada kehidupan. 

Bahkan Katara: karakter di dalam serial animasi Avatar The Legend of Aang pun tidak akan bisa hidup tanpa air walaupun dia merupakan pengendali air terhebat di dalam serial animasi tersebut hehehe. 

Peranan air dalam kehidupan manusia sangatlah penting, hal ini dapat kita lihat dari kehidupan masa prasejarah. Kehidupan manusia pada zaman dahulu terbagi kepada dua: nomaden (pola hidup berpindah-pindah) dan sedenter (pola hidup menetap). 

Kehidupan manusia prasejarah, dilansir dari laman Kemendikbud yaitu dekat dengan sumber air. Pemilihan tempat tinggal dengan sumber air terdekat karena di dekat sumber air itu, selain tanahnya subur yang berakibat banyaknya sumber kehidupan: seperti tumbuhan dan hewan buruan, juga menjadi sarana transportasi, menggiling gandum dan kegiatan lainnya. 

Bahkan, selama era Neolitik, sebagaimana dilansir dari Wikipedia manusia sudah mulai menggali sumur air untuk memenuhui kehidupannya. Sebagai contoh; peradaban Mesir Kuno dulu mereka tinggal di sepanjang aliran sungai Nil untuk menunjang kehidupan mereka. 

Selain itu ditemukan juga sistem drainase yang ditemukan di Piramida Sahure. Peradaban Cina Kuno ditemukan di dekat aliran sungai Yangtze dan juga memiliki sumur air tanah untuk memenuhi kehidupan mereka. 

Peradaban India Kuno menetap di dekat sungai Indus pun sama dengan peradaban-peradaban kuno lainnya. Peradaban Mesopotomia di dekat sungai Efrat dan Tigris. 

Peradana Kuno Indonesia pun demikian, situs-situs purba disepanjang aliran sungai Bengawan Solo (sangiran, sambung macan, trinil , ngawi, dan ngandon), merupakan contoh dari adanya kecendrungan hidup dipinggir sungai. Dari contoh-contoh di atas, menujukan pentingnya air bagi manusia dan juga bagaimana manusia mengembangkan dan memanfaatkan air untuk peradabannya. 

Pemanfaatan air pun mengalami banyak kemajuan seiring berjalannya waktu, bukti dari berkembangnya pemanfaatan air dari waktu-waktu salah satunya adalah pemanfaatan air untuk sumber listrik yang dikenal dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) segabai sumber energi terbarukan.

Dalam video dokumenter Netflix pun disebutkan peradaban yang memanfaatkan air akan berkembang dan yang tidak melakukannya akan gagal. Inilah yang menjadi perhatian besar kita untuk memanfaatkan air dengan bijak agar kehidupan umat manusia di suatu daerah tidak gagal, bahkan sampai hilang di muka bumi ini. 

Komersialisasi Air

Kebutuhan akan kesediaan air di segala aspek manusia ini, banyak sekali para pemodal (investor) yang menanamkan uangnya untuk menyediakan air bagi masyarakat. 

Banyak sekali produk-produk yang kita sering jumpai sehari-hari dimana produk tersebut telah dikomersalisasikan oleh pihak swasta. Para pemilik moal ini bahkan rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menguasai sumber air untuk dijadikan minuman-minuman  dalam kemasan yang dipasarkan secara bebas di swalayan-swalayan dewasa ini. 

Sumber-sumber air seperti mata air banyak dikuasai oleh korporasi-korporasi untuk dikomersialisasikan untuk minuman-minuman dalam kemasan ini. Perusahaan raksasa dunia, Nestle dikutip dari tirtio.id mendapat kecaman dari masyarakat Pennsylvania karena hendak menggali dua sumur yang dapat menyedot air sebanyak 200.000 galin per hari. 

Bisnis air ini memang sangat menarik karena banyak masyarakat yang mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) ini terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data dari International Bottled Water Association yang dikutip dari tirto.id, pada tahun 2013 konsusi air botol diperkirakan mendekati, 70,4 miliar galon. 

Hal ini yang membuat bisnis ini begitu menarik bagi para perusahaan besar untuk masuk dalam bisnis ini dan melakukan komersialisasi air. Perusahaan besar seperti Coca-Cola dan Pepsi co melalui anak perusahaannya memasuki bisnis ini.

Di Indonesia pun demikian, pada tahun 2008 produksi AMDK ini mencapai 9,47 miliar liter dan terus meningkat setiap tahunnya yang pada tahun 2014 mencapai 14,90 miliar liter. 

Oleh sebab itu, banyak sumber-sumber air, terutama mata air yang terdapat di kaki pegunungan di kuasai oleh korporasi besar seperti Aqua. Pengeploitasi berlebihan ini mengakibatkan daerah yang asalnya subur dan kaya akan sumber air menjadi kekeringan disebabkan oleh penyedotan air secara besar-besaran. 

Salah satu contoh yang dialami oleh masyarakat Sukabumi, Jawa Barat. Mata air yang terletak di kampung Kubang Jaya, Desa Babakan Pari yang berada di kaki Gunung Salak ini telah dikuasai oleh korporasi swasta yang telah memiliki nama besar di Indonesia itu sebagai produsen air dalam kemasan terbesar. 

Krisis air ini dialami oleh masyarakat Kubang Jaya dikarenakan mata air yang menjadi sumber pertanian dan kehidupan masyarakat: seperti memasak, minum, dan mencuci telah dikuasai oleh koporasi tersebut. 

Sebelum korporasi mengambil alih mata air tersebut, kecukupan air bersih masyarakat sangat lebih dari cukup untuk kehidupa sehari-hari, bahkan sumur pun tidak pernah kering walaupun ketika musim kemarau. 

Namun, pada tahun 1992-an ketika ekploitasi mata air, bahkan sampai air tanah oleh korporasi masyarakat kesulitan untuk mendapatkan akses terhadap air. sumur-sumur yang dulu dalamnyanya hanya 8-10 meter selalu penuh dengan air, sekarang masyarakat harus menggali sampai kedalaman 15 meter baru menemukan air, namun air itu sumur itu akan kering ketika musim kemarau datang.

Selain masyarakat kecil di pedesaan, kasus komersialisasi ini pun terjadi di salah satu kota mandiri Sentul City. Dilansir dari tirto.id, kasus ini menimpa warga karena menolak membayar iuran lingkungan. Air ke rumah orang-orang yang mengatas namakan Komite Warga Sentul City--disingkat KWSC-- karena menolak membayar uang iuran lingkungan.

Menurut penulis, hal ini karena Pemerintah tidak melaksanakan undang-undang dengan sungguh-sungguh. Pengelolaan sumber air semestinya dilakukan oleh BUMN/BUMD bukan oleh swasta. 

Bukankah air adalah hak bagi setiap warga negara?. Pengelolaan air oleh swasta sering mementingkan kepentingan bisnis semata, hanya memikirkan bagaimana perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang besar tanpa memandang kepentingan masyarakat umum. 

Perbandingan harga pun jauh sekali apabila menggunakan air minum dari PDAM, harga permeter kubik dari PDAM, dikutip dari tekape.co untuk wilayah Jakarta dan Depok hanya Rp. 7000. 

Berbeda jauh apabila kita mengkonsumsi AMDK yang harganya dapat mencapai Rp. 2 juta per meter kubiknya. Ironi sekali perbedaan harga yang sangat jauh ini. 

Apa mungkin perbedaan harga itu disebabkan ada rasa dalam AMDK seperti jargon di iklan-iklan media elektronik seperti ada manis-manisnya yang menjadikan harganya semakin mahal? Entahlah apa perbedaan dari AMDK dan air PDAM.

Bijak Menggunakan Air

Bijak menggunaka air perlulah dikampanyakan dengan gencar, karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui akibat dari tidak bijaknya menggunakan air secara bijak. Walaupun ingat mestilah ditimpa dulu kekeringan pada musim kemarau melanda, ya begitulah mungkin tabiat manusia. 

Pada AMDK pun manusia sering tidak bijak, bukankah sering kita lihat banyak sekali botol-botol AMDK masih terdapat isi airnya dan tidak dihabiskan dan dibuang begitu saja? 

Inilah salah satu tidak bijaknya kita menggunakan air. Selain itu, penulis pun banyak melihat fenomena tidak bijak menggunaka air dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi yang terlalu banyak menggunakan air, tidak mematikan keran air secara sempurna sehingga mengakibatkan terbuangnya air secara sia-sia, dan sebagainya.

Selain itu, banyak juga masyarakat yang mencemari lingkungan--dalam hal ini sungai sebagai sumber air-- dengan limbah rumah tangga, pabrik-pabrik yang tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAL) yang memperparah pencemaran lingkungan. 

Berbicara bijak dalam menggunakan air, sebenarnya kita sebagai masyarakat dalam memulai untuk dapat bijak menggunakan air dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan memanfaatkan gray water (air abu-abu) untuk keperluan sehari-hari selain untuk dikonsumsi.

Grey Water adalah air limbah rumah tangga yang bukan berasal dari air toilet yang terkontaminasi oleh tinja. Pemanfaatan air ini dapat digunakan untuk pembilasan toilet dan juga dapat digunakan untuk mencuci piring setelah diolah kembali. Hal ini dapat menghemat air bersih dan mungkin dapat mengurangi tagihan bulanan air PDAM.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun