Mohon tunggu...
syaiful al khairy
syaiful al khairy Mohon Tunggu... -

istiqomah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencoba Mereorientasi NKRI

17 Januari 2017   14:38 Diperbarui: 17 Januari 2017   22:00 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dibukanya gerbang penjajahan oleh Presiden kedua, kita sebagai anak bangsa musti sering sering orientasi. Kegiatan orientasi adalah upaya mengetahui letak posisi dari tujuan. Jika meorientasi Indonesia bisa dicoba berdasarkan dasar sekaligus tujuan NKRI yaitu PANCASILA. Memakai sila kelima sebagai dasar acuan. Setidaknya ada dua indikator yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang sekarang dan Keadilan Sosial Bagi Rakyat Indonesia di masa depan (kelestarian sumber daya alam dan potensi pengolahan). Sekarang ini marilah kita meliat kondisi sekarang dengan melihat dua indikator tadi sebagai titik tujuan. Fakta yang terjadi sekarang ini tidak jauh beda seperti yang dikatakan Harry Roesli pada tahun 2012 saat diwawancarai oleh Harian Sindo. Seluas 93 persen dari 195 Juta Ha tanah Indonesia dikuasai neokompeni. Senada, Aktivis IGJ Salamuddin Daeng pada bulan November 2016 mengatakan 95 persen kegiatan investasi mineral dikuasai PT Freeport dan PT Newmont, sedangkan migas dikuasi Chevron hampir 48 persen. Akibat dari eksplorasi ini tentunya sudah mengancam kelestarian sumberdaya alam Indonesia.

Pada masa pemerintahan Jokowi dan JK sudah muncul raksasa baru di Indonesia. Jika sebelumnya hanya didominasi oleh Neokompeni Zionis yang berhasil memperalat Amerika Serikat dan sekutunya, sekarang ini Neokompeni lain berhasil memanfaatkan RRC dan sebagian China Overseas di Asia Tenggara. Saya mengistilahkannya dengan Neokompeni Komunis Kapitalisme China (Neokompeni Kokain). Sekarang sudah ada kumpulan se suku antar negara yang menamakan diri mereka World Chinees Entrepreneur Centre. Anggota dari lembaga ini berasal dari seluruh dunia dan berjumlah sekira 60 juta orang. Lembaga ini terkoneksi langsung dengan Pemerintah RRC. Pada Tahun 2015 salah satu dari Chiness Overseas berstatus WNI yaitu Mochtar Riyadi berhasil membuat acara di Bali dan mengajak pengusaha pengusaha berbasis etnis ini untuk berinvestasi di sektor tambang dll. Luhut Binsar Pandjaitan yang datang pada acara itu juga mengabarkan bahwa Presiden Joko Wiodo sangat mendukung penuh investasi dari kumpulan penusaha ini. Mochtar Riyadi adalah orang dekat Liem Sio Liong (cukongdi Rezim Ode baru) dan sekarang ini dia dan anaknya James Riyadi sangat dekat pihak yang berkuasa. Silahkan pelajari jaringan dan pola politik James Riyadi dkk nya bagaimana menanam pengaruh. Berdasarkan data yang dimiliki aktivis Hendradjit, si Mochtar Riady ini dan kroni-kroni bisnisnya, sejak 1993 tercatat merupakan yang paling agresif menanam modal di RRC. Sedemikian rupa sehingga tak mudah untuk merinci semua investasi Lippo di daratan Tiongkok. Khususnya di Fujian, kampung halaman leluhur Mochtar Riady yang bernama asli Li Wen Zheng. Melalui invetasinya di Tiongok Selatan dan Fujian pada khususnya, Mochtar dan Lippo membangun berbagai infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan perumahan. Proyek-proyek itu dibangun di kota Fuzhou, Ibukota Fujian. Juga pada April 1993, di provinsi Shandong, Lippo juga punya proyek. Bersama pemerintah setempat, membangun infrastruktur senilai 350 juta dolar AS. Di sini, Lippo bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan konsorsium untuk memobilisasi dana sebesar 300 juta dolar AS. Ajakan kongsi bisnis melalui patungan atau urunan nampaknya memang modus bisnis Mochtar Riady yang menarik untuk dicermati. Pada April 1993, di provinsi Shandong, Lippo juga punya proyek. Bersama pemerintah setempat, membangun infrastruktur senilai 350 juta dolar AS. Di sini, Lippo bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan konsorsium untuk memobilisasi dana sebesar 300 juta dolar AS. Seperti halnya juga ketika Lippo mengadakan patungan pendirian bank secara offshoredengan menyetor modal sebesar 50 juta dolar AS. Selain itu, Lippo juga membeli kawasan seluas 325 ribu kaki persegi di atas rencana stasiun bawah tanah di Giuangzho. Bahkan lebih dari itu, Mochar dan Lippo juga merambah ke sektor keuangan dan sekuritas di Tiongkok. Dengan mendirikan perusahaan sekuritas di Shenzen dan Shanghai, melalui pembelian The Nanhai Commercial Bank.

Ketika Mochtar Riady menyerukan kepada 3000 taipan rantau di seluruh dunia agar bersedia investasi di Indonesia, bisa dipastikan pola jaringan pebisnis Tionghoa berbasis suku inilah yang digalang oleh pemilik Lippo Group ini. Setidaknya, dengan menggalang jaringan bisnis regional Tiongkok yang membentang dari Tiongkok (Asia Timur) sampai ke Indonesia (Asia Tenggara). Karena itu tak heran jika dalam seruannya kepada 3000 taipan rantau di seluruh dunia, Mochtar Riady sang pemilik Lippo Group, menganjurkan agar mengincar sektor properti, infrastruktur dan tambang batubara di Indonesia.  Kebetulan pepimpin chapter Indonesia adalah pengusaha pertambangan Kiki Barki.

Menurut data yang disampaikan oleh Dr Alexander Irwan dalam artikelnya bertajuk Jaringan Bisnis dan Identitas Etnis Trans-Nasional, Sarana yang digunakan untuk membentuk jaringan regional didasarkan pada kesamaan daerah asal-usul, seperti terlihat melalui kiprah organisasi International Federation of Futsing Clan, sebuah asosiasi regional pengusaha Tiongkok di Asia Timur dan Asia Tenggara. Asosiasi yang berkantor di Singapura tersebut punya perwakilan di Jepang, Hongkong dan Macau, Taiwan, Malaysia, Singapura, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Ujung Pandang dan Amerika Serikat.

Anggota asosiasi terdiri dari para bankir, industriawan, importir dan eksportir besar, sub-kontraktor, pedagang dan pedagang eceran yang lebih kecil. Jaringannya merentang dari lingkar regional sampai ke lingkar lokal. Adapun kekuatan mereka terletak pada bentuk-bentuk kerjasama antar anggota asosiasi tersebut.

Sehingga efek wajar dari pola berjejaring dan didukung kerja kerasmaka orang orang kaya Indonesia didominasi oleh orang bersuku sama. Silahkan dipelajari nama nama tersebut, jaringan bisnisnya dan keuasaan bisnisnya yang sering mengabaikan kepemilikan rakyat dan mengabaikan kelestarian alam. Di Sumatera siapa yang tak tahu perusahaan RGM yang perusahaannya menjadi biang erok kerusakan ekosistem di Danau Toba dan yang paling disesalkan ulah kapitalisasi ini merusak mental manusia. Kritik dari 1980 pada perusahaan itu tak juga membuatnya bergeser.   Sebagian pengusaha ini menjadi drone drone politik yang menyerbu sirkusisasi sila keempat. Politisi politisi yang membutuhkan ongkos politik selalu mendapat angin segar dari para NeoKompeni ini. Baik yang dari NeoKompeni Kokain ataupun Zionis. Ini bisa terjadi karena berhasil nya NeoKompeni Zionis global untuk menanam pengaruh sehingga tercipta iklim ongkos politik tinggi. Liberalisasi ideologi Pancasila di semua sila dan Liberalisasi UUD 1945 adalah gerbang pembukanya. Misal azas kekuangan negara yang berdasarkan kekeluargaan berpraktek menjadi investasi asing dan hutang. Jangan heran jika Sampai sekarang ini Indonesia masih berhutang hampir 4000 triliun. Hutang zaman berzaman. 

Untuk melihat bagaimana pola penjajahan ini bisa terjadi bisa merujuk pada hasil Konferensi Dewan Setia-Kawan Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat, tahun 1961 yang merumuskan beberapa bentuk manifestasi neokolonialisme:

1. Pembentukan pemerintahan boneka di negara bekas jajahan. Pembentukan pemerintahan boneka ini dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen reaksioner, khususnya borjuis komprador dan tuan feudal.

2. Penggrupan kembali negara-negara bekas jajahan ke dalam federasi-federasi atau komunitas yang dihubungkan dengan kekuasaan imperium. Contohnya: Negara-Negara Persemakmuran, yang merupakan negara-negara bekas jajahan Inggris raya.

3. Balkanisasi atau pemecah-belahan negara-negara yang sedang berjuang menuju kemerdekaan nasional. Inilah yang diderita oleh negara seperti Korea, dimana mereka dibagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.

4.Melancarkan aksi-aksi subversif terhadap pemerintahan nasional progressif. Inilah yang dilakukan negeri-negeri imperialis terhadap pemerintahan progressif di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun