Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

MEA-Peluang Usaha atau Pasar?

15 Desember 2015   15:14 Diperbarui: 15 Desember 2015   15:59 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean akan segera diberlakukan pada 31 Desember 2015 dan ironisnya tidak banyak yang tahu kalau MEA akan membuat Indonesia masuk ke jalur perdagangan tanpa sekat dengan negara ASEAN lainnya. Masalahnya adalah apakah Indonesia jadi kepala/pemain atau cuma jadi ekor/penonton dengan diberlakukannya kesepakatan ekonomi yang sudah digagas 8 tahun yang lalu itu.

Kalau jadi kepala artinya kemampuan pengusaha, industriawan dan tenaga kerja Indonesia (SDM-Sumber Daya Manusia)-Profesional Indonesia memang diakui kualitasnya tidak hanya lewat kemampuan dan semangatnya tapi juga lewat sertifikasi yang diakui dalam ASEAN sendiri. Sementara kalau jadi ekor, Indonesia cuma jadi pasar bagi barang-barang negara-negara ASEAN lain yang tidak perlu diimpor karena sudah pasar bebas, semudah menemukan barang domestik di pasar sendiri. Juga di ranah tercinta ini cuma jadi ajang tempat profesional negeri seberang mencari nafkah, sementara rakyat dan bangsa sendiri cuma jadi penonton. 

Menurut informasi terakhir, berdasarkan salah satu headline di Harian Kompas Cetak, hari ini, hanya Tenaga Wisata yang memenuhi standar ASEAN. Sementara tenaga Komunikasi dan Informatika baru memiliki Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) secara lengkap. Namun sebenarnya ada 12 jenis jasa masuk dalam perdagangan antar negara MEA yaitu 5 sektor Jasa dan 7 profesi dari sektor berbasis industri.

Kelima jasa itu adalah Pariwisata, Kesehatan, Logistik, Transportasi Udara, Komunikasi & Informasi namun baru di Sektor Logistik dan Kesehatan sedang menyusun SKKNInya. Sementara 7 profesi dengan basis industri adalah pekerja/professional di bidang Agro, Kayu, Karet, Elektronik, Otomotif, Perikanan dan Tekstil. Dari 7 bidang ini baru Perikanan, Agro dan Tekstil yang memiliki SKKNI.

Dua belas sektor profesi itu dikategorikan dalam 8 jenis pekerjaan yaitu Insinyur, Arsitektur, Perawat, Dokter Umum, Dokter Gigi, Tenaga Pariwisata, Surveyor dan Akunting.  Menurut Wapres Jusuf Kalla, dia tidak kuatir dengan profesi Insinyur Indonesia, karena Insinyur negara lain pasti minta pendapatan dan fasilitas lebih mahal kalau mau bekerja di Indonesia, namun bagaimana kalau malah Insinyur Indonesia yang hijrah ke luar negeri karena gajinya lebih besar? Brain Drain terjadilah. Lantas bagaimana dengan profesi lain seperti Tenaga kreatif/wartawan/tv professional/computer programmer/penulis?????

Rupanya 12 sektor ini dianggap prioritas dan diunggulkan di MEA dimana Pasar MEA berlaku dari tahun 2016-2025. Sumarna F Abdurahman sebagai Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) mengungkapkan dalam pertemuan dengan Bank Pembangunan Asia bulan lalu, semua negara ASEAN ragu arus pertukaran jasa (dengan Indonesia) kecuali di sektor Pariwisata karena sudah siap? Artinya di 11 sektor Jasa dan Profesi Indonesia lainnya tidak diakui negara-negara ASEAN?

Ide dan Konsep MEA 2025 memang bagus seperti Ekonomi ASEAN yang terintegrasi dan kohesif; ASEAN yang kompetitif dan dinamis ; Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; ASEAN yang tangguh , inklusif dan fokus ke masyarakat dan ASEAN Global. Ya betul secara regional tapi siapa yang akan menikmati kue kerjasama itu?

Indonesia yang punya populasi dan nilai kekayaan alam paling besar di Asia Tenggara selayaknya mendapatkan kue ekonomi yang besar pula. Saran saya jangan cuma bisa ngomong siap bertanding tapi itu cuma pepesan kosong. Contoh seberapa banyak tenaga kerja Indonesia yang sudah mampu berbahasa Inggris dengan baik dan benar, baik berbicara dan menulis? Bagaimana mungkin bersaing dengan SDM negeri lain yang sudah meletakkan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua bukan bahasa asing. Miris melihatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun