Peran pasukan perdamaian Indonesia dengan tugas untuk memelihara perdamaian di negara-negara yang sedang berkonflik sudah terkenal di dunia sebagai pasukan angkatan bersenjata yang netral dan cinta damai. Hal ini dibuktikan dengan kepercayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada TNI/ABRI dari sejak penugasan di Mesir tahun 1957 hingga kini di Libanon.
Khusus Garuda 5 setelah melalui latihan selama sebulan di daerah Cilodong, Bogor diberangkatkan ke Vietnam dalam lima gelombang dimulai tanggal 21 July 1973 di Bandara Halim Perdanakusuma dan dilepas oleh Ketua G III HANKAM, Brigjen TNI Susilo Sudarman.
Baca juga :KompasTV dan Pasukan Perdamaian PBB
Pemberangkatan Garuda 5 gelombang ini dilepas Menteri Pertahanan Keamanan Panglima Angkatan Bersenjata RI, Jenderal Maraden Panggabean. Gelombang terakhir diberangkatkan pada 18 Agustus 1973. Garuda 5 bertugas di Vietnam selama 9 (sembilan) bulan dari Agustus 1973 hingga April 1974.
Dibentuklah Komisi Pengawas Internasional agar genjatan senjata berjalan dengan baik yang dinamakan ICCS (International  Commission Control and Supervision).
Baca juga : Kejanggalan dalam Penahanan Pasukan Perdamaian Indonesia
Persiapan tim pasukan Garuda V di Cilodong, Bogor dipusatkan di kompleks KOPUR LINUD 16/ KOSTRAD. Proses penggemblengan ini meliputi tes kesehatan, ceramah dan pelajaran dasar sebagai pasukan perdamaian dibawah ICCS di Vietnam Selatan.
Seperti yang dilaporkan oleh Brigjen Harsoyo sebagai Komandan Garuda 5 dalam buku kenang-kenangan Garuda 5 selama melaksanakan tugas sebagai pengawas internasional, Garuda V bersikap netral alias tidak memihak namun di lapangan, pasukan perdamaian lain (Polandia dan Hungaria) bersikap sebaliknya dengan mendukung pihak lain (Vietnam Utara), mungkin saat itu mereka berpaham sama, komunis yang berkiblat ke Uni Soviet (Rusia).
Brigjen Harsoyo melanjutkan kedua negara tersebut terang-terangan membela Vietnam Utara baik tingkat pertemuan regions, subregions dan di markas besar (headquarters).Â
Buktinya bila ada pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Vietnam Utara, dua negara blok timur itu (dulu Pakta Warsawa) tidak mau hadir, jadi yang hadir hanya Indonesia. Mungkin ini yang membuat Kanada menarik diri dari ICCS dan kemudian digantikan Iran. Â
Hal-hal yang menguatirkan saat bertugas di Vietnam adalah ketika personil Garuda V harus bekerja dan terbang dalam cuaca buruk dengan menggunakan helikopter dan pesawat kecil, Â disamping juga harus waspada terhadap ancaman tembakan dari pihak yang berkonflik di darat.Â
Pasukan Garuda 5 menjadi saksi banyaknya korban perang diantara rakyat Vietnam saat itu yang meliputi anak-anak kecil yang terkena pecahan bom, dan rakyat yang tak berdosa banyak yang tewas.
Baca juga : Prajurit TNI Jalankan Misi Pasukan Perdamaian di Dafur
Pasukan Garuda 5 ditempatkan di tujuh (7) region dari kota Hue (Region 1) hingga kota Can Tho (Region 7). Sebagai pengawas genjatan senjata banyak kegiatan yang dilakukan anggota Pasukan Garuda 5 selain mengobservasi pelanggaran perjanjian seperti rusaknya jembatan karena dibom, pesawat yang ditembak jatuh, kilang minyak terbakar karena diroket, penyerahan tawanan perang, disamping banyak hal positif lainnya.
Namun faktanya sepertinya genjatan senjata yang terjadi antara kedua belah pihak yang bertikai membuktikan kegiatan ini "hanya untuk mengumpulkan kekuatan" untuk berperang lagi. Dan itu terbukti dengan jatuhnya Saigon pada tahun 1975 menjadi akhir dari cerita genjatan senjata ini, karena pada akhirnya Vietnam Selatan tunduk ke Vietnam Utara, dan sekarang menjadi Vietnam yang berpaham komunis.
Hal yang paling penting mungkin kita bisa ambil pelajaran disini , betapa mulia dan hebatnya para ayah, kakek atau buyut dari pembaca yang kebetulan menjadi anggota Kontingen Garuda (Konga) baik yang sudah bertugas maupun yang sedang bertugas, dan ini membuktikan bahwa bangsa dan rakyat negeri ini sangat mencintai perdamaian dan itu tercermin dari tentaranya hal yang berbeda mungkin dengan anggota kontingen penjaga perdamaian (peacekeeper) negara lain yang punya misi "ada udang dibalik batu".
Sudah layaklah, Pasukan Perdamaian Garuda Indonesia diusulkan menjadi Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian karena kiprahnya yang luar biasa. Bravo TNI/ABRI.
"People sleep peaceably in their beds at night only because rough men stand ready to do violence on their behalf." (Orang bisa tidur dengan damai di peraduannya karena ada tentara/polisi yang kuat dan hebat menghadapi ancaman/musuh diluar) George Orwell
Dari sejumlah sumber