Mohon tunggu...
Iif CahyoTunte
Iif CahyoTunte Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillahi Allahu Akbar

Bismillahi Allahu Akbar !!

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Jejak Digital di Dunia Cyber dan How to Be a Good Internet User

27 Desember 2021   10:37 Diperbarui: 2 Januari 2022   22:39 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi Jejak Digital. By Pexel. Com

Rekam jejak digital menjadi alasan setiap pengguna harus selalu bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Alasannya sederhana, karena rekam jejak digital ini dapat tersimpan dalam waktu yang lama dan sulit untuk dihapus.

Layaknya pisau bermata dua, apabila dalam menggunakan media sosial tidak berhati-hati, maka bisa saja dampak negatifnya berbalik kepada kita, seperti senjata makan tuan.

Di era digital ini, jejak digital menciptakan dan menggambarkan kepribadian kita di mata orang lain, melalui apa yang kita posting dan komentar kita pada media sosial. Saat ini, sebagian besar orang menganggap apa yang terjadi pada seseorang di media sosial merupakan jati diri mereka sebenarnya.

Manfaat dan kerugian dari jejak digital tergantung bagaimana kita melaksanakan dan menggunakan media sosial atau internet itu sendiri. Banyak dari kita harus memahami bagaimana cara bijak bermedia sosial. Sebagai acuan dalam bermedia digital, kita harus membentuk pola pikir bahwa hal-hal bersifat pribadi dan bermanfaat bagi orang lain dapat disebarkan. Karena hal baik akan meninggalkan jejak digital positif bagi diri kita.

Akan tetapi, postingan hal pribadi yang tidak berkaitan dengan kepentingan publik sebaiknya disimpan sebab dapat menjadi jejak digital yang kurang baik. Dalam artian, jejak digital ini mengharuskan kita untuk selalu menyaring dan berpikir sebelum menyebarkannya kepada orang lain.

Sebagai contoh, kecelakaan yang menimpa artis muda Vanessa Angel dan suaminya Febri Andriansyah dalam kecelakaan di ruas Tol Jombang-Mojokerto pada Kamis (4/11/2021). Mereka berdua meninggal dunia di lokasi kejadian. Di media sosial ramai beredar video Instagram Story dari sopir Vanessa Angel yang diketahui memiliki akun Instagram @tubagusjoddy tersebut merekam video perjalanan yang diunggah di Instagram Story.

Tampak dalam video tersebut, sopir Vanessa Angel merekam saat melewati Tol Nganjuk Km 555. Namun, tak lama setelah kecelakaan terjadi, video tersebut sudah tidak ada di Instagram Story Tubagus Jody. Sekitar sepekan setelahnya, pengemudi mobil Vanessa Angel, Tubagus Muhammad Joddy Pramas Setya ditetapkan menjadi tersangka.

Melalui kasus tersebut kita menyadari bahwa unggahan tersebut atau jejak digital yang ditinggalkan, memungkin setiap orang masih bisa mengaksesnya, apalagi di era sekarang yang sudah banyak aplikasi pihak ketiga yang bisa mengakses unggahan-unggahan kita, yang bahkan sudah kita hapus.

Tak dapat dimungkiri perkembangan dunia digital sudah masuk hampir ke segala sisi kehidupan. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat percaya oleh Informasi yang tidak benar.

Medsos seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, Twitter, YouTube, SnapChat, dan TikTok memiliki karakteristik tersendiri. Platform medsos memudahkan setiap penggunanya untuk membuat dan menyebarluaskan konten.

Dampak positif media sosial yakni mudah berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, mudah mengekspresikan diri, dan memperoleh informasi dengan cepat dan murah. Meski begitu media sosial juga mempunyai dampak negatif, salah satunya adalah penyebaran hoaks dan kejahatan siber. Hoaks meliputi misinformasi, yakni informasi salah yang disebarkan orang yang mempercayainya sebagai hal yang benar. Contoh, opini yang pernah viral di awal munculnya pandemi bahwa air putih dapat menyembuhkan Covid-19, dan masih banyak lagi informasi-informasi yang tidak benar terkait obat herbal yang dapat menyembuhkan Covid-19.

Kemudian ada juga yang namanya disinformasi. Disinformasi merupakan informasi yang salah. Namun, disebarkan oleh orang yang tahu bahwa informasi itu salah. Jadi, ada kesengajaan. Dan terakhir ada malinformasi, yakni informasi yang berdasarkan realitas tapi digunakan untuk merugikan orang, organisasi, atau negara lain.

Kehadiran platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, LinkedIn, WhatsApp mengubah cara orang berkomunikasi dan berinteraksi. Alasan menggunakan medsos berbagai macam. Biasanya sebagai sarana dalam berkomunikasi dan berinteraksi sehari-hari. Mengikuti keadaan perkembangan, aktivitas dan informasi dari teman. Berkenalan dengan orang baru, membentuk kelompok berdasarkan minat dan hobi. Menginformasikan aktivitas dirinya kepada orang lain.

Pemahaman terhadap literasi digital menjadi dasar yang sangat penting dalam menggunakan medsos. Medsos juga memiliki etika dan etiket. Tata karma dalam menggunakan medsos. Keduanya wajib dipahami oleh pengguna digital.

Etika didefinisikan sebagai sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Etika biasanya dibuatkan panduan. Etiket didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat berlaku secara umum.

Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadar, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquette dalam kehidupan sehari-hari.

Bermain medsos bisa dengan menggunakan banyak platform. Dengan berbagi apapun, sering membuat kita lupa kalau informasi pribadi seharusnya tidak di-sharing kepada publik. Ada istilah oversharing yang artinya terlalu banyak mengumbar informasi yang tidak seharusnya disampaikan kepada publik. Karena jika kita oversharing, hal itu akan merugikan diri kita sendiri bahkan di kasus tertentu ada yang kehilangan nyawanya karena tidak teliti mengamankan datanya.

Apalagi di masa pandemi ini peningkatan bermain medsos cukup tinggi, dan pada kenyataannya medsos menjadi incaran para hacker atau peretas di seluruh dunia. Bahaya oversharing ada dua hal, yaitu social engineering dan phising. Social engineering adalah merekayasa sosial atau memanipulasi psikologisnya. Sehingga ada orang yang tidak bertanggung jawab yang dapat menggunakan data kita dan berpura-pura mengaku sebagai diri kita yang mana ujungnya adalah meminta uang.

Yang harus kita pahami dalam bermain media sosial adalah menyadari bahwa kita tidak sendiri ketika menggunakan internet. Sehingga kita harus memanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan diri kita. Dan kita harus berhati-hati dalam meninggalkan jejak di media sosial.

Kemudian juga kita harus membatasi anak-anak dalam bermedia sosial, batasan anak-anak ini biasanya di medsos terdapat batasan umur, sehingga anak di bawah umur tidak boleh memiliki medsos dan harus didampingi orangtua, dan platform medsos itu banyak konten untuk anak seperti YouTube Kids. Jadi, dapat dipastikan kontennya sesuai dengan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun