Mohon tunggu...
Mohamad Rivaldi Mole
Mohamad Rivaldi Mole Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Aktif

semoga tulisan saya dapat memberi inspirasi kepada pembaca

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak New Normal bagi Pertumbuhan Ekonomi

3 Juni 2020   19:56 Diperbarui: 3 Juni 2020   20:03 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/jokowi/ 

Pandemi Covid-19 yang belum dapat dipastikan kapan berakhir mulai membuat pemerintah dan masyarakat mulai khawatir akan pertumbuhan ekonomi. Saat ini pemerintah mulai mencari cara dalam mengatasi masalah tersebut, salah satu cara yang diupayakan adalah new normal

Presiden Joko widodo saat ini gencar mewacanakan untuk berdamai dengan Covid-19 atau hidup normal kembali. Apakah wacana ini ampuh untuk menjadi senjata dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi? atau malah menjadi kabar buruk bagi pertumbuhan ekonomi?

Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira mengatakan penerapan new normal ini akan menyebabkan pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat karena masyarakat khawatir ke pusat perbelanjaan atau mal di saat kurva positif virus Covid-19 masih meningkat. 

Menurut dia, konsumen lebih mengkhawatirkan keselamatan dan biaya kesehatan dirinya. Situasi ini membuat omzet dari penjual juga tidak maksimal.

Pemerintah, kata Sri Mulyani, tengah mempersiapkan detil skenario penerapan new normal tersebut, khususnya dari sisi desain kebijakan fiskal. 

“Selama Covid-19 belum ditemukan obat atau anti virusnya, maka kita harus mampu menyeimbangkan untuk tetap menjaga kesehatan, namun juga tetap bisa menciptakan ruang interaksi sosial dan ekonomi,” kata Sri Mulyani, Selasa 2 Juni 2020.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan melemahnya konsumsi yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat inflasi menjadi perhatian bank sentral. 

Tingkat inflasi pada bulan Mei 2020 tercatat sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,07% (month to month) atau 2,19% (year on year). “Tampaknya tren lemahnya inflasi masih akan terus berlanjut,” katanya.

Meski begitu, inflasi harga pangan ke depan harus perlu diwaspadai akibat adanya potensi rantai pasokan global yang terganggu. “Namun harga barang di dalam negeri dipastikan tetap terkendali, begitu juga pasokannya tetap terjaga.” Bank sentral memperkirakan inflasi tahun ini yaitu berkisar antara 2-4 persen.

Jokowi menilai, perekonomian tetap harus berjalan, meskipun dunia tengah dilanda pandemi. Saat ini, banyak masyarakat yang terkena PHK akibat wabah Covid-19, sehingga mereka tak memiliki penghasilan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun