Mohon tunggu...
I Nyoman Cahyadi Wijaya
I Nyoman Cahyadi Wijaya Mohon Tunggu... Konsultan - Forum Penulis dan Penerbit Indonesia

Penulis saat ini berprofesi sebagai dosen praktisi dan konsultan makanan dan minuman yang berfokus pada UMKM, Hotel, Villa, Restaurant dan Cafe. Topik-topik bahasan penulis pada platform ini seputar pariwisata, ulasan dan opini seputar film, gastronomi/kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komersialisasi Seni dan Budaya dalam Pariwisata

23 Agustus 2021   14:53 Diperbarui: 23 Agustus 2021   15:09 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia sebagai Negara yang kental akan seni dan budaya nya memiliki potensi yang besar untuk di kembangkan kearah pariwisata berbasis budaya, yang tidak hanya mementingkan eksploitasi kearifan seni dan budaya lokal untuk pendapatan devisa yang bersifat quick yielding, tapi juga mementingkan keberlanjutan dari seni dan budaya local tersebut demi menjaga autensitas, pariwisata sebagai industri komersil, berbeda dari industri-industri lain yang mempunyai bahan baku terbatas, pada sektor pariwisata bahan baku nya tidak akan pernah habis. 

Dalam buku Komersialisasi Seni dan Budaya dalam Pariwisata oleh Oka A Yoety yang di tulis pada 1982, pada dua dekada terakhir (1960-1970) industri pariwisata telah di golongkan sebagai industri yang tidak mengeluarkan asap, yang dapat menciptakan kemakmuran melalui pembangunan komunikasi, transportasi dan ekonomi, yang kedepan di harapkan dapat menurunkan angka penganguran, 

serta banyaknya program yang di rencakan dalam kurun waktu perencaan pariwisata di tahun 1960-1970, tidak di barengi dengan pertimbangan secara matang, apakah keuntungan yang di peroleh lebih besar dari akibat yang mungkin ditimbulkan, dalam hal ini proyeksi pariwisata sebagai penggerak ekonomi tidak sejalan dan seiringan dengan komitmen dari landasan hukum yang melindungi aspek seni dan budaya dalam pariwisata, 

sehingga timbul rasa di benak saya bahwa komersialisasi seni dan budaya dalam pariwisata ini sudah terlalu melewati batas, dalam World Tourism Conference tahun 198 di Manila, Penyair Malaysia Cecil Rajendra telah memprediksi pariwisata kedepan melalui sajak puisi yang menjabarakan pengaruh egatif yang di timbulan pariwisata sebagai suatu "industri", sajak nya sbagai berikut:

When the tourist flew in

Our men put aside

The fishing neets

To become waiters

Our women become whores

When the tourist flew in

What culture we had

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun